27

10.7K 1.1K 56
                                    

"Babe, setelah kamu pulang sekolah nanti kita langsung pindahan aja ya kerumah aku, nanti aku bantuin kamu buat beres-beres pakaian kamu"

Kerumahnya? Astaga...gimana aku bisa bebas kalau aku yang tinggal bersamanya di rumahnya? Yang ada aku di kekang dan di penjara di rumahnya

"Emangnya gak kecepetan ya?",tanyaku pelan karena aku gak mau dia tau kalau aku sebenarnya gak mau pindah ke rumahnya

Blair menggeleng pelan "enggak babe, kamu tau kan kalau aku ini masih sangat cemburu sama kakak ipar kamu, so...aku gak mau kamu serumah sama kakak ipar kamu, kalau kamu menolak buat pindah kerumah aku berarti kamu masih cinta sama kakak ipar kamu"

Kedua bola mataku memutar malas "please babe, jangan mulai deh, lagian nih...aku itu udah sehidup semati sama kamar aku, kamar aku tuh saksi hidup aku dari aku brojol, berlatih tengkurap, berlatih berjalan dan belajar"

"No babe, aku gak mau terima alasan apapun, kamu istri aku jadi kamu harus nurut sama aku, lagian kamu bisa pulang ke rumah kamu kapan aja kalau kamu kangen sama kamar kamu, tapi perginya harus sama aku, karena aku gak bakalan biarin kakak ipar kamu itu bicara sama kamu apalagi deketin kamu, ngerti?"

Mampus... posesif nya keluar lagi, lagian siapa juga yang mau ngomong sama kak Arsya? Dia cuma manfaatin aku buat muasin nafsu dia doang pas gak ada abang

Aku menghela nafas pelan saat mobil yang kutumpangi berhenti tepat didepan kampusku, Blair tersenyum kearahku dan mengusap pipiku dengan lembut "kuliah yang bener, jangan nakal...awas aja ya kalau kamu nakal, aku borgol kamu di ranjang dan aku bdsm"

Kepalaku hanya mengangguk dan Blair mengecup bibirku singkat "nanti aku jemput"

"Iya"

Aku turun dari mobil Blair dan masuk kedalam kampus, aku menoleh kesamping saat ada yang merangkul pundakku dan kulihat Kei tersenyum lebar menunjukan gigi putihnya "apaan?"

"2 hari ini kamu kemana? Terus barusan juga kamu berangkat sama Blair....hummm mencurigakan"

Kutunjukan jari manis kananku kepadanya untuk memperlihatkan sebuah cincin emas berlian yang melekat di jari manisku "aku nikah sama Blair"

"WHAAATTT!!!!"

Kei sontak menutup mulutnya tak percaya dan menatap sekelilingku yang lumayan sepi lalu menatapku dengan tatapan terkejut "beneran?"

Aku mengangguk mantap namun juga aku tersenyum sendu dengan seketika "aku jadi gak bisa nakal lagi deh, Blair itu posesif banget anjing"

Kei menepuk-nepuk bahuku pelan "lagian kamu kenapa malah nikah sama Blair? Bukannya kamu awalnya cuma main-main aja sama dia?"

"Iya sih, tapi dia tau kelemahan ku Kei, makanya akulah yang malah nurut dengannya, aku aja terpaksa menikah dengannya"

Aku terpaksa karena aku ingin bebas dari rumah dan menjauhi kak Arsya, aku gak ingin ambil resiko, papa dan mama bisa membunuhku jika mereka tau kebobrokanku tapi kalau ada Blair....mereka gak bakalan berani macam-macam sama aku dan aku juga bisa berlindung sama daddy dan mommynya Blair, mereka kan suka banget sama aku

"Kelemahan apa?"

Aku menghela nafas pelan "dia tau aku player Kei, dan aku nikah sama dia supaya aku bisa lebih bebas tanpa kekangan peraturan yang papa buat, tapi Blair malah posesif banget sama aku"

"Ya jelas lah dia posesif, kan kamu udah nikah sama dia, tapi btw...jadi kalian nikah dadakan dong"

Aku hanya berdehem sedangkan Kei tersenyum lebar "pajak nikah dong Dis, masak kamu nikah tapi aku ,Frida dan Yuna gak di undang sih?"

"Minta sama Blair sana, dia kaya"

"Lah...kamu kan istrinya, kamu aja yang minta duit sama dia terus kita nanti party"

Party? Sama aja aku cari mati dong

Aku menatap Kei dengan kesal "kamu pikir Blair bakalan ngijinin aku party? Mustahil, lagian Blair itu gak bakalan biarin aku keluyuran malam-malam, apalagi nanti aku bakalan pindahan kerumahnya"

Kedua mata Kei membulat sempurna "lhoo...seriusan?"

"Hummm sedih nih aku, aku kira aku bakalan keluar dari kandang singa, tapi aku malah masuk kekandang macan"

"Emang udah nasibmu Dis hahahaha"

"Bangsat",umpatku kesal sedangkan Kei terus tertawa disampingku

Hufttt...sekarang aku harus berfikir supaya aku bisa bebas dari Blair, apa aku minta tolong sama tante Katya aja ya? Kayaknya dia holang kaya, siapa tau kan dia mau membantuku supaya aku bisa terbebas dari Blair

Ahhh benar, ide bagus Dis....ide bagus, nanti aku hubungi dia setelah kelasku selesai

******

Aku menata pakaian-pakaian ku di koper sedangkan Blair ada di ruang tengah bersama papa dan mamaku, entah apa yang mereka obrolkan karena aku gak mendengar percakapan mereka, maklum aja sih...kamarku ada di lantai 2

Lagian bukannya ngebantu aku beres-beres tapi dia malah asyik bersantai sama papa dan mamaku... menyebalkan

"Mau kakak bantuin?"

Kepalaku menoleh kesamping dan melihat kak Arsya berjalan mendekati ku lalu tiba-tiba mengambil beberapa bajuku dan menatanya di dalam koperku

Aku belum jawab lho, kenapa dia malah langsung gas aja ngebantu aku

Aku sontak mengambil celana dalamku yang dipegang kak Arsya saat kak Arsya hendak memasukannya kedalam koperku dan kumasukan dengan acak kekoperku, ku sembunyikan celana dalamku di balik pakaian ku "udah kak, biar aku sendirian aja yang ngeberesin pakaian ku"

Kurasakan pipiku memanas karena kak Arsya barusan memegang celana dalamku sedangkan dahi kak Arsya mengernyit bingung melihat tingkahku tadi "kenapa? Kamu malu kakak lihat pakaian dalammu terus kamu gak mau kakak bantu? Lagian kakak cuma mau ngobrol aja sama kamu, gak boleh?"

"Ya boleh sih, tapi..."

"Udahlah Dis, kamu nih kayak sama siapa aja, gak usah malu kalik",sahut kak Arsya lalu menata buku kuliahku dan aku hanya bisa menghela nafas pelan

Aku memilih melanjutkan membereskan pakaian ku lalu menutup koperku sedangkan kak Arsya duduk melihat-lihat memo-memo yang menempel di meja belajar ku

"Kamu rajin banget ya"

"Gak juga kok kak"

Kak Arsya menoleh kearahku, menatapku lekat lalu tersenyum tipis "kakak pasti bakalan kangen banget sama kamu kalau kamu gak tinggal di rumah ini lagi"

Aku hanya tersenyum tipis dan kak Arsya berdiri dari duduknya "boleh kakak meluk kamu?"

Sebelah alisku terangkat dan tubuhku menegang saat kak Arsya memelukku dengan sangat erat, aku terbius dengan wangi tubuhnya, bulu kudukku meremang merasakan dagunya bertumpu di pundak kananku "baik-baik ya Dis, kalau kamu pengen ketemu kakak, kamu bisa telfon kakak atau datang ke apartemen kakak, kakak pasti akan nemuin kamu"

Kenapa mendadak kak Arsya berubah jadi ramah dan baik begini? Eh dulu dia kan emang baik dan ramah, tapi wajar sih, aku kan adik iparnya

"Selamat juga untuk pernikahan mu, maaf kalau kakak dan abang kamu gak bisa datang, karena kami harus pergi ke Milan untuk bisnis, kadonya nanti nyusul ya, pokoknya kamu gak bakalan nyesel deh sama kado kakak nanti"

Aku mengangguk pelan dan kurasakan kecupan lembut di pipiku yang membuat kedua mataku membulat sempurna, kak Arsya tersenyum manis dan mengusap pipiku pelan "kakak keluar dulu, takut istri kamu cemburu, oh ya....kalau kamu pengen ketemu kakak, diam-diam aja ya , jangan ngasih tau abang kamu atau istri kamu, oke?"

Tubuhku masih mematung saat kak Arsya mengusap bibirku dengan ibu jarinya sambil tersenyum manis lalu dia pergi meninggalkan kamarku

Apa maksudnya? Kenapa ketemu kak Arsya harus diam-diam? Memangnya kenapa kalau ketemu secara terbuka?

Membagongkan...kak Arsya berubah menjadi aneh

Voted?
Komen?

Not My Fault (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang