Chap 2- Jangan tangkap, ayahku!

26 14 1
                                    

"Kenangan yang paling membuatku bahagia adalah ketika aku masih bisa berkumpul dan bercanda tawa dengan ayah dan bunda, tapi untuk sekarang, bisakah aku mendapatkan kembali kebahagian yang seperti itu?"

~Jinyo

✿Selamat ෴ membaca✿

"Ayah!! Ayah!! Bangun, ayah!!"

Setelah sekian lamanya anak lelaki itu berusaha keras untuk membangunkan Sang ayah sejak tadi, bahkan hampir saja ia menyerah karena ayahnya yang tak kunjung bangun-bangun juga.

Namun tak berapa lama kemudian, Jinyo sangat bersyukur, dia langsung bernapas lega ketika kedua mata ayahnya sudah mulai terbuka secara pelan-pelan, dan seketika pun bibir merahnya tersenyum dengan lebar.

"Ayah.."

Jinyo menggumam sangat pelan, masih tersenyum sembari memandangi ayahnya yang masih terdiam pertanda kalau nyawa Sang ayah belum tersadar sepenuhnya.

"Ayah, apa tubuh ayah ada yang sakit? Kalau ada, ayah tinggal bilang aku ya.." Jinyo berkata dengan lembut, walaupun sejak tadi ia menunggu ayahnya sampai terbangun, namun anak itu tidak merasa letih sedikit pun.

Raditya pun yang mendengar itu lantas perlahan menoleh, kemudian tanpa diminta olehnya air matanya turun dengan begitu saja.

"Tubuh ayah gak ada yang sakit Jinyo.. cuman tadi ayah hanya mimpi buruk aja, ayah bermimpi kalau bunda pergi sangat jauh, tinggalin ayah dan kamu.."

Jinyo yang telah mendengar itu pun, mendadak terdiam dengan begitu saja, namun ternyata diam-diam Jinyo merasa sedih, rupanya ayahnya itu menganggap bahwa semua kejadian barusan hanyalah sebuah mimpi saja.

"Ayah. Sebenarnya ayah ngomong apa?" Anak lelaki itu menggumam sedih, lalu menundukkan kepalanya, menahan air matanya yang ingin mengalir lagi.

"Ayah juga gak tau kenapa ayah bisa bermimpi seperti itu, Jinyo.. tapi mimpi itu terasa nyata bagi ayah."

Raditya kemudian menarik napasnya sepanjang mungkin, lalu ketika ia mendongakkan kepalanya, air matanya turun semakin deras.

Ah, kenapa ia bisa menangis seperti ini? Dan kenapa juga perasaannya menjadi tidak enak? Kenapa mimpi itu terasa nyata sekali? Dan sejujurnya Raditya membenci mimpi yang seperti itu.

"Jinyo, sekarang bunda ada dimana?"

Jinyo langsung terpaku di tempatnya, tubuhnya menegak seketika, untuk pertanyaan yang satu ini, Jinyo tidak tahu harus menjawab apa, dia takut membuat ayahnya menangis dengan hebat lagi.

"Jinyo, kenapa kamu cuman diam aja? Apa kamu gak tau bunda ada dimana?" Tanya Raditya sembari memicingkan kedua matanya.

Merasa tidak benar apa yang dikatakan ayahnya, dengan cepat Jinyo mendongak, kemudian ia menggelengkan kepalanya hingga beberapa kali.

"Enggak ayah! Aku tau bunda ada dimana!" Jawab Jinyo tanpa ragu.

"Terus kenapa kamu dari tadi diam aja? Padahal kan ayah cuman tanya, dimana bunda sekarang?" Tanpa mengganti pertanyaannya barang sedikit pun, Raditya mengernyitkan dahinya secara samar, dari sini ia sudah bisa merasakan keanehan dari sikap Jinyo.

Untuk sejenak, Jinyo terdiam sebentar, sedangkan kedua manik matanya yang terlihat amat sendu beradu pandang dengan Raditya, lagi-lagi rasanya ia ingin sekali menjatuhkan air matanya.

"Ayah, apa ayah lupa? Satu jam yang lalu bunda udah pergi, ayah. Barusan itu bukan mimpi ayah, itu nyata, pas bunda berhenti bernafas, ayah-lah sendiri yang memeluk mayat bunda." Jelas Jinyo.

YOU'RE MY LIVE - ||BAE JINYOUNG||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang