"Orang-orang depresi itu ibaratnya seperti mayat hidup, yang dipaksakan untuk harus tetap hidup, padahal jiwanya sudah mati."
✿Selamat ෴ membaca✿
"Aw Aw一 sakit, Kak Clara! Tolong lepasin! Ini sakit!!"
Bocah laki-laki manja itu meronta-ronta, kemudian ia memukul-mukul pergelangan tangan Clara yang sedang menjewer telinganya walaupun tidak sampai memerah.
Padahal gadis itu menjewernya hanya pelan saja, namun sayangnya Jinyo memang terlalu berlebihan. Ternyata benar, semua manusia di dunia ini, sudah benar-benar munafik!
"Kalau kamu makin tambah nangis, aku bakal kencengin nih jewerannya! Kamu mau, hm?"
Dengan wajah galaknya yang telah dinaungi oleh sebuah payung pink, Clara mengancam tegas, dan alhasil, Jinyo pun yang telah mendengar ancamannya itu, langsung melotot terkejut.
"Aku bilang tolong lepasin aku, Kak Clara!!! Tolong lepasin! Jangan bisanya ngancem aku kaya gitu terus!! Memangnya gak sakit apa?!"
Entah dorongan darimana, anak manja itu tiba-tiba menjadi berani seperti ini, berbeda sekali dengan insiden saat dirinya mendorong Jinyo karena sudah memasuki kamarnya tanpa izin.
Boro-boro berani, nyali Jinyo sudah menciut duluan.
Meskipun Jinyo sudah memohon berulang-ulang kali, akan tetapi Clara tetap tidak mau melepaskannya, dia hanya menaikkan sebelah alisnya yang tebal, sambil menunggu sampai kapan Jinyo mau berhenti menangis.
"Clara, udah lepasin aja, kamu gak liat apa Jinyo sampai kesakitan kaya gitu? Dia kan wajar nangis karena kangen sama bundanya, jangan maksa kaya gini! Lagian di panti gak pernah kan mengajarkan tentang pemaksaan?!"
Di tengah derasnya hujan dan juga tangisan Jinyo yang terus merintih, Grizeel bersuara, tentu saja ia kesal, yang Clara sakiti sekarang adalah anak muridnya sendiri.
Namun ekspresi wajah Clara hanya datar saja, dia tidak menjawab sama sekali, melainkan gadis cantik itu lebih memilih berbicara dengan Jinyo.
"Bangun, baru nanti aku lepasin jewerannya kalau kamu mau bangun."
Jewerannya sengaja Clara kencangkan sedikit, supaya anak itu menurut kepadanya, dan ternyata berhasil, dengan wajah cemberut setengah mati, Jinyo terpaksa membangunkan tubuhnya.
Setelah jewerannya benar-benar dilepaskan, anak itu lalu mendengus kesal, menatap seniornya yang pemaksa itu dengan tajam.
"Buat apa Kak Clara ngelakuin ini? Sebenarnya buat apa? Kemarin kayaknya Kak Clara gak terlalu peduli sama aku, tapi sekarang kenapa Kak Clara sok peduli begitu?!! Apa jangan-jangan cuman mau menarik hati Tante Grizeel?!"
Jinyo mencebik, segala pertanyaannya yang sejak tadi ia kumpulkan di dalam otak akhirnya sudah tersalurkan sepenuhnya, saking banyaknya pertanyaan itu, Jinyo tidak sempat bernapas, dan dada anak itupun sekarang menjadi naik turun-naik turun.
Tapi sayangnya entah kenapa, Clara hanya memasang ekspresi wajah datarnya saja, seolah-olah Jinyo baru saja memarahi sebuah patung.
Dalam hati Jinyo mengumpat, suasana ini benar-benar konyol, ia baru merasakan hal ini pertama kali dalam hidupnya.
"Biasakanlah jangan suka berburuk sangka, aku bukan sok peduli padamu, tapi aku khawatir sama anak-anak yang masih ada di panti."
Tanpa nada, tanpa ekspresi, Clara menyangkal, Jinyo memang benar, bahkan Grizeel yang masih berjongkok merasa Clara itu seperti robot atau patung.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MY LIVE - ||BAE JINYOUNG||
No Ficción"Tanpa adanya kegelapan, cahaya mungkin saja tidak pernah ada di dunia, begitupula juga hidupku, jika saja kehidupanku tidak gelap saat aku terpuruk, mungkin saja aku tidak pernah bertemu denganmu." "Aku ingin bunuh diri, hanya itu saja yang aku ing...