“Jika saat ini kalian mengalami cinta bertepuk sebelah tangan, maka lepaskan saja, itu lebih baik daripada mempertahankan egoismu yang tak kunjung hilang. Sama halnya juga saat kalian menggenggam setangkai mawar berduri, tanganmu akan terluka, jadi lepaskanlah, karena kamu masih bisa menemukan setangkai bunga mawar yang baru."
✿Selamat ෴ membaca✿
"Ini semua salahku Nara, Jinyo udah menyelamatkan nyawaku beberapa kali, tapi justru sebaliknya, aku yang gak berdaya ini, gak bisa membuatnya sembuh sekali pun."
"Karena itulah, rasanya aku ingin sekali melindunginya setiap saat, selalu dekat bersama dengannya, dan tetap mencintainya sampai akhir cerita."
Gadis yang belum mempunyai dosa itu berjalan pelan di sepanjang lorong lantai tiga, sedangkan suara langkah kedua kakinya yang menapak lantai secara bergantian terdengar setiap dia lewat.
Karena semua orang sudah tertidur siang, lorong panti ini sepi, tidak ada kakak kelas yang berkumpul di koridor, jadi Nara bisa berjalan bebas di lorong tiga tanpa takut dilihat sana-sini oleh seniornya.
Sejak Kirana mengatakan beberapa kalimat yang cukup mengejutkan untuknya, pikiran Nara langsung menjadi kacau balau, hatinya berkecamuk, sepanjang lorong Nara tidak berhenti memikirkan semua kalimat-kalimat Kirana. Seolah-olah kalimat itu adalah mantra yang mampu menghipnotisnya.
Dan sekarang, disinilah dia. Di depan pintu kamar Jinyo, Nara memberhentikan langkah kakinya, pandangannya lurus ke depan, namun pemikirannya sedang kosong.
Nara ingin menemui Jinyo, tapi di sisi lain dirinya takut menganggu.
Padahal ada yang harus Nara beritahu kepada Jinyo, dan ada juga sesuatu barang yang telah dititipkan dari Kirana untuk Jinyo lewat dirinya, tidak mungkin bukan jika Nara balik lagi?
Lima detik kemudian, gadis kecil itu menurunkan tatapan matanya, digenggaman tangannya saat ini ada sebuah buku, buku yang harus dia berikan kepada Jinyo sekarang.
Tanpa diberitahu oleh siapapun, Kirana tau betul apa kesukaan Jinyo, bahkan dari yang terkecil pun Kirana tau.
"Kak Kirana memang bucin.." bisik Nara kepada dirinya sendiri, lalu tersenyum miris setelah mengetahui kisah percintaan antara Kirana dan Jinyo yang sering disebut cinta bertepuk sebelah tangan.
Tok! Tok! Tok!
Karena Nara sudah diberi amanah dan ia juga tidak mau membuat Kirana kecewa, mau tak mau diketuklah pintu kamar Jinyo. Namun sayangnya, pada ketukan pertama pintu tidak terbuka, mungkin saja Jinyo tak mendengarnya.
Mencoba untuk tetap berpikir positif, kemudian sekali lagi, gadis kecil itu terpaksa mengetuk pintu kembali, sambil berharap semoga saja Si pemilik segera keluar.
Tok! Tok! Tok!
Sayang sekali, tidak ada jawaban sama sekali dari dalam sana, padahal ketukannya barusan sudah cukup keras sampai jari-jari kecil Nara ikut memerah, ditambah lagi sudah lima menit Nara berdiri disini.
Apa jangan-jangan Jinyo lagi tidur siang ya?
Jika spekulasinya benar, ah seharusnya saja dia berpikir seperti itu dari tadi.
"Udah aku bilang, tolong usir kecoaknya Jinyo, kenapa kamu cuman diam aja sih hah?"
"Aku sibuk Kak Clara, lagian masa cuman kecoak sekecil itu doang Kak Clara takut?! Usir sendiri lah, manja banget sih."
Suara perdebatan kecil yang berasal dari dalam kamar tersebut sangatlah berisik sehingga Nara yang berada di luar bisa mendengarnya. Hanya mendengarnya saja Nara sudah bisa menebak, bahwa Kak Clara masih ada di dalam kamar Jinyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MY LIVE - ||BAE JINYOUNG||
Phi Hư Cấu"Tanpa adanya kegelapan, cahaya mungkin saja tidak pernah ada di dunia, begitupula juga hidupku, jika saja kehidupanku tidak gelap saat aku terpuruk, mungkin saja aku tidak pernah bertemu denganmu." "Aku ingin bunuh diri, hanya itu saja yang aku ing...