Chap 34- Tangisan Putus Asa

7 6 7
                                    

Kekuatan tidak datang dari suatu kemenangan. Melainkan kekuatan datang dari pedihnya perjuangan yang telah menjadi pelajaran dalam hidup kita.”

- Clara

✿Selamat ෴ membaca✿





"Hei, ada apa semuanya ribut-ribut kayak gini? Kamar kalian kan ada di bawah semua, kenapa kalian malah naik ke lantai dua?"

Gadis cantik berambut sehitam arang tersebut dengan keberanian dan ketangguhannya langsung mencegat sekawanan murid yang tengah berbondong-bondong berjalan ke arah kamar Jinyo, dengan melemparkan pertanyaan basa-basi padahal Clara sudah tau betul mau kemana mereka semua.

Sedangkan anak-anak panti yang telah dicegat dan ditanyai seperti itu, terpaksa menghentikan langkah kaki mereka, kemudian saling pandang satu sama lain, tidak menyangka bahwa mereka bisa bertemu dengan senior yang paling tua di panti ini.

"Maaf Kak Clara, kami kesini mau berbicara sama Jinyo." Seorang murid menjawab, mewakili semua teman-temannya.

Benar bukan dugaan Clara? Tuduhan itu sepertinya telah membuat semua anak-anak panti kecewa dan juga marah besar dengan Jinyo.

Clara tidak bisa membayangkan bagaimana jika tadi dia tidak mengikuti Jinyo sampai di depan kamarnya, mungkin sekarang Jinyo dibully.

Memikirkan bayangan kejadian itu, Clara dengan refleks menggelengkan kepalanya, jangan sampai kejadian itu terjadi, Jinyo pasti akan mudah untuk berniat bunuh diri seperti beberapa tahun yang lalu.

"Aku tau pasti kalian udah mendengar kabar itu, aku juga tau kalian menemui Jinyo karena pengen memakinya bukan? Kalian punya otak, seharusnya coba kalian pikir, jelas-jelas bukan Jinyo pelakunya."

Padahal Clara berusaha untuk berbicara setenang mungkin tanpa emosi, namun sepertinya murid-murid yang ada di depannya saat itu mulai tersinggung dengan kata-katanya.

"Kami gak butuh logika Kak Clara, kami semua udah melihat bukti!"

Karena terlanjur emosi, murid laki-laki tadi lanjut berbicara sambil menekan kata-katanya, auranya sungguh tegas, dari sini Clara tau, pasti dialah pemimpin yang telah mengajak teman-temannya untuk datang kesini.

Sepertinya dia seumuran dengan Jinyo, apa jangan-jangan anak itu mempunyai dendam kesumat kepada Jinyo?

"Hadehhh udah ya, kalian mending balik aja deh, sebentar lagi makan siang, jangan buat kegaduhan napa, memangnya kalian udah lupa sama peraturan disini hm?" Tanya Clara yang semakin muak.

Akan tetapi lagi dan lagi, anak laki-laki tadi malah menjawab kembali. Oh ya Tuhan, siapa sih namanya?

"Ini urusan kami Kak Clara, kita semua cuman gak mau bernasib seperti Kirana, seorang pembunuh jangan dibela, atau nanti ada korban lainnya."

Suasana hati Clara semakin panas mendengarnya, kenapa orang-orang mudah sekali dengan bukti? Kenapa mereka tega sekali mengklaim Jinyo sebagai pembunuh? Bukankah selama ini Jinyo lah yang memberi uang donatur untuk mereka semua? Ataukah mereka sudah lupa?

"Kalian denger aku gak sih tadi? Jinyo itu bukan pelakunya! Jinyo bukan pembunuh! Apa kalian segampang itu percaya sama bukti?!!" Tanya Clara kesal, membuat Nara yang sejak tadi berdiri di belakang menjadi gemetaran.

Nara berdoa, semoga saja emosi Clara tidak kelepasan.

"Maaf Kak Clara, kalau misalnya kami bersikap gak sopan, tapi coba Kak Clara melihat diri sendiri dulu, bukannya Kak Clara juga segampang itu mempercayai logika—"

YOU'RE MY LIVE - ||BAE JINYOUNG||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang