"Orang yang selalu saja tertawa ceria setiap harinya belum tentu dia memiliki beban hanya sedikit, begitu juga sebaliknya, orang yang selalu menampilkan wajah murungnya, belum tentu bebannya banyak sebesar gunung. Dan begitulah cara masing-masing orang untuk menyampaikan rasa syukurnya."
✿Selamat ෴ membaca✿
Di kening yang mulus itu, terlihatlah sebuah kerutan yang bergerak secara samar, dan rahang Clara pun juga ikut mengeras untuk menahan segala kekesalannya.
Tapi setelah ditanyai yang mirip seperti interogasi itu, Grizeel tak bisa mengeluarkan satu kata patah pun, namun sebenarnya dia tersadar, bahwa sepenuhnya memang salah dirinya sendiri, bahwa Clara akan marah seperti ini, itu karena wajar.
"Kenapa tante? Kenapa? Bukannya dulu tante pernah berjanji gak akan membongkar masa lalu aku yang privasi itu kepada siapapun, tapi sekarang, kenapa tante melanggarnya?"
Untuk kedua kalinya, Clara mengulang pertanyaannya kembali, tapi lagi-lagi yang menjawabnya hanyalah kesunyian saja.
"Ini pertama kalinya aku kecewa sama tante, padahal awalnya aku udah mempercayai tante buat menjaga kunci supaya masa lalu itu tertutup rapat, tapi sekarang tante sendiri yang membukanya."
Tarikan napas kecewa menguar dengan begitu saja, saat ini ada rasa sakit hati yang telah menggerogoti ulu hatinya. Bahkan saking kecewanya, Clara sampai harus menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Terlebih lagi sekarang tante cuman diam aja, jadi aku gak tau harus mau bilang apa lagi ke tante.."
Perkataan yang sangat menyakitkan itu tidak mau Grizeel dengar sama sekali dari mulut Clara secara langsung, dan ia pun juga tidak menyangka bahwa anak muridnya yang sudah ia rawat selama bertahun-tahun bisa mengatakan hal ini kepadanya.
Apa Clara benar-benar sangat marah kepadanya ya?
"Karena sekarang udah larut malam, kalau gitu permisi tante, aku mau ke kamar.." gadis itu akhirnya memfinalkan pembicaraannya, setelah merasa, ia tak ada gunanya untuk berbicara sendirian seperti ini.
Percuma. Semua apa yang dikatakannya barusan itu hanya percuma saja, hari ini dia sangat lelah, dan kepalanya sedikit pusing karena suhu dingin saat hujan tadi, Jinyo memang sangat manja, karena anak itu dia harus sampai turun tangan untuk membujuknya.
Sepertinya malam ini dia harus terpaksa menegak obat Bodrex, padahal kan ia benci sekali dengan obat.
Saat gadis cantik itu mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Grizeel yang masih saja tak meresponnya, namun tak disangka olehnya, Si wanita pemilik panti tiba-tiba mengatakan sepatah kalimat dari belakang punggungnya, sehingga membuat langkahnya langsung berhenti seketika.
"Tante tau hati kamu sangat baik Clara, dan tujuan tante menceritakan rahasia kamu ke Jinyo, supaya Jinyo sadar. Apa hanya karena itu kamu gak mau bantu Jinyo yang lagi depresi?"
-({})-
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Sekarang jam 24 malam, tepat di tengah malam hari ini, Jinyo tiba-tiba terbangun saat merasakan tidurnya tidak bisa nyenyak. Seluruh badannya berkeringat, padahal AC di dalam kamarnya cukup dingin.
Jinyo merintih, sembari menggertakkan semua giginya, kepalanya pusing sekali, seperti ditusuk-tusuk dengan ribuan jarum. Suhu tubuhnya pun semakin meningkat, dan Jinyo membutuhkan seseorang sekarang.
Entah sakit apa Jinyo sekarang, namun wajah anak itu sampai memerah.
"Ayah bunda..."
Belum sadar sepenuhnya, Jinyo mengigau, anak itu lalu meringkuk, merapatkan selimutnya supaya angin dingin tidak menyentuh kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MY LIVE - ||BAE JINYOUNG||
Não Ficção"Tanpa adanya kegelapan, cahaya mungkin saja tidak pernah ada di dunia, begitupula juga hidupku, jika saja kehidupanku tidak gelap saat aku terpuruk, mungkin saja aku tidak pernah bertemu denganmu." "Aku ingin bunuh diri, hanya itu saja yang aku ing...