Chap 16- Hujan di sore hari

13 14 3
                                    

“Agar cahaya bisa bersinar begitu terang, maka kegelapan harus ada."

~ Francis Bacon (filsuf dan negarawan dari Inggris)

Ngomong-ngomong, jam berapa kalian baca ini? Oh iya, kayaknya sebentar lagi akan ada genre romance, jadi kalian tolong persiapin diri dari sekarang yaaa..

✿Selamat ෴ membaca✿

Jinyo termenung di tengah-tengah makan kedua orang tuanya, meskipun orang-orang sudah pergi dan suasana di kuburan pun sudah menjadi sepi, Jinyo masih tetap tidak mau beranjak dari sana, ia merasa kakinya terasa berat untuk berdiri.

Sedangkan hari semakin terang, gadis cantik yang masih ada disana juga menengadahkan kepalanya, lalu kedua bola mata hitam pekatnya langsung bertabrakan dengan teriknya matahari, yang membuat Clara dengan refleks menutupi sebagian wajahnya dengan tangan.

Sekarang sudah jam setengah sebelas, tapi mau sampai kapan Jinyo berdiam diri disini terus?

"Jinyo, kenapa bunganya gak diletakkan sayang? Ayo kita pulang, tante sama Kak Clara kepanasan..." Grizeel menegur lembut, dan lagi-lagi ia ikut rela berjongkok di samping Jinyo.

"Sebentar tante, aku masih mau sama ayah bunda, kalau kepanasan, tante ke mobil aja duluan," acuh Jinyo dingin, tanpa mengalihkan pandangannya dari gundukan tanah kuburan Sang ayah.

"Jinyo... Kamu jangan kayak gini terus sayang. Kamu harus ikhlas ya, percaya deh sama tante kalau Tuhan nanti bakal gantiin yang lebih indah lagi buat kamu, dan tante yakin pasti kamu kuat!"

"Jangan hibur aku mulu, tante." Sela Jinyo cepat.

Kemudian anak itupun menghembuskan napas pendek, sejujurnya dia sudah bosan mendengar kata-kata Grizeel yang tidak pernah masuk akal. Lagipula kedua orang tuanya kini sudah tidak ada, jadi untuk apa kata-kata itu?

Itu hanya kata-kata penenang saja, tapi sayangnya Jinyo tak akan mempan dengan itu.

"Ya ampun anak manja anak manja, kapan sih sifatnya berubah?!"

Clara tiba-tiba menjadi kesal sendiri, entah dirinya yang memang sudah letih atau ia yang sudah kelewat jengah dengan sifat Jinyo, rasanya sekarang Clara ingin sekali menarik tangan Jinyo untuk membawanya pulang.

"Tante Griz, mending kita pulang duluan aja deh, biarin anak yang tambeng gak usah diladenin, tinggalin aja dia." Sunggut Clara, lalu alhasil dirinya-lah yang malah mendapatkan pelototan dari Grizeel.

"Jinyo bukan anak tambeng, Clara. Seharusnya kamu yang bantu tante, jangan bisanya cuman mengeluh doang!"

Padahal awalnya niat Clara hanya ingin mengatakan itu saja untuk mengancam Jinyo, tapi sekarang Grizeel malah mencibirnya tak kalah pedas, astaga tidak bisakah Tante Griz mendukungnya sekali ini saja?

"Aku mau pulang. Tapi tolong gendong aku dulu, tante.."

"Apa?!! Digendong?" Clara melotot terkejut, permintaan yang baru saja didengar dari Jinyo membuat rahangnya nyaris saja terjatuh, seolah-olah Clara baru saja melihat hantu di depannya.

Ah tidak juga. Mungkin lebih tepatnya permintaan Jinyo barusan lebih horor daripada hantu apapun baginya.

Lagipula bisa-bisanya Jinyo meminta seperti itu kepada Grizeel! Apakah anak itu sedang bercanda?! Hei, bagaimana mungkin di umur 7 tahun Jinyo tidak malu meminta untuk digendong?

"Ohh jadi kamu mau digendong ya? Kenapa gak bilang dari tadi aja sih Jinyo, tante kan gak mungkin marah."

Grizeel terkekeh tanpa suara, di saat yang seperti ini Jinyo terlihat lucu di matanya, selain itu dia merasa Jinyo seperti anak kandungnya yang malu-malu saat meminta sesuatu kepadanya.

YOU'RE MY LIVE - ||BAE JINYOUNG||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang