"Hari dimana pertama kali aku bertemu denganmu adalah hari paling beruntung di dalam hidupku."
- Qoutes Drakor
✿Selamat ෴ membaca✿
"Ekhem ekhem, tadi om denger katanya cuman temen, tapi kok nempel banget ya sekarang?"
Kenzi iri, sepasang anak-anak muda yang berada tepat di depan matanya pada saat itu, tak berhenti melakukan hal-hal yang romantis sejak tadi, hatinya mulai memanas, bagaimana mungkin dia bisa kalah sama anak-anak muda zaman sekarang?
Jinyo yang sibuk menyeka sudut bibir Clara sebelumnya, tersadar ketika mereka berdua menjadi tontonan Kenzi sejak tadi.
Jinyo peka, pasti om-nya itu cemburu, bukannya berhenti, Jinyo sengaja melanjutkan aksinya kembali, lagipula siapa suruh jomblo terus?
"Oh ya ampun, Kak Clara cantik banget, kok aku baru sadar sekarang ya?" Terlampau usil, Jinyo mengeraskan suaranya, menangkup kedua pipi Clara yang lembut, lalu mengedipkan sebelah matanya pada Clara.
"Jangan marah, aku cuman mau buat Om Kenzi cemburu," bisik Jinyo pelan, setelah Clara melotot dan berniat ingin menyingkirkan tangannya.
"Hei, itu makanannya mulai dingin, mau sampai kalian berdua kayak gitu terus?!" Kenzi menyentak, kedua bola matanya melotot tersirat kekesalan, menatap Jinyo yang menyeringai. "Kamu Jinyo! Om tau, kamu sengaja bukan ngeledekin om?!"
Tebakan yang tepat sasaran, meskipun telah ditanyai seperti itu, Jinyo terlihat santai, kemudian menurunkan tangannya dan cengengesan tanpa dosa, Jinyo memang jahil, seperti ayahnya dulu.
"Makanya Om Kenzi cari pasangan dong, sekarang dunia tuh udah canggih, lewat aplikasi juga bisa, omnya aja yang ketinggalan zaman mulu." Sindir Jinyo pedas, lalu mengambil air putih dalam gelas dan meneguknya beberapa sebelum makan.
Kenzi tersenyum kecil, ia tidak perlu tersinggung karena perkataan keponakannya yang memang benar apa adanya, dia sudah berkepala tiga, tapi nyatanya sampai saat ini Tuhan belum mengirimkannya jodoh.
"Sebenarnya om sering ketemu banyak cewek sih, tapi emang belum cocok aja, nanti kamu liat sendiri aja, paling sekalinya, om dapet bidadari."
"Uhuk! Uhuk!"
Jinyo terbatuk seketika, air putih yang baru saja diteguknya masuk ke dalam paru-paru, namun anehnya tidak ada siapa pun yang mau membantunya, baik itu Clara di sampingnya ataupun Kenzi, karena mereka tau Jinyo hanya berlebihan saja.
Si gadis hanya memutar bola matanya, sedangkan jaksa pria itu tersenyum sewajarnya saja, watak Jinyo dengan abang kandungnya Raditya, memang sama.
Menepuk-nepuk dadanya berkali-kali, sembari menahan tawanya, Jinyo berusaha menormalkan nafasnya kembali.
"Apa tadi om bilang? Bidadari? Bidadari darimananya? Turun dari kayangan, om ada-ada aja hahaha," suara tawa Jinyo membahana, membuat Clara sebagai seniornya tidak enak hati kepada Kenzi.
"Jinyo kamu gak boleh gitu."
Clara menyikut lengan Jinyo, mengingatkan supaya Jinyo tidak kelewatan, meskipun wajah Kenzi terlihat kalem-kalem saja, tapi siapa tau hati om-nya terluka.
"Gak apa-apa, Om Kenzi mah orangnya bisa diajak ketawa, sebenarnya dulu Om Ken juga sering ngeledekin aku tau, tapi karena terlalu sibuk sama kerjaan ya jadi ya gitu deh." Jelasnya, teruntuk Clara, bertepatan dengan kedua matanya yang tiba-tiba tak sengaja melihat piring Clara yang belum tersentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MY LIVE - ||BAE JINYOUNG||
Non-Fiction"Tanpa adanya kegelapan, cahaya mungkin saja tidak pernah ada di dunia, begitupula juga hidupku, jika saja kehidupanku tidak gelap saat aku terpuruk, mungkin saja aku tidak pernah bertemu denganmu." "Aku ingin bunuh diri, hanya itu saja yang aku ing...