"Semua orang selalu saja berkata hingga berkali-kali, bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi kali ini, aku tidak akan percaya lagi dengan omong kosong itu, dan tidak akan pernah membutuhkannya sampai kapanpun."
~Jinyo
✿Selamat ෴ membaca✿
"SUDAH AKU BILANG!! AYAH BUKAN PEMBUNUHNYA!!!"
Teriakan itu menggelegar sangat keras seperti petir yang menyambar di langit, dan semua orang terkejut bukan main, hanya karena seorang anak kecil yang tidak tau apa-apa sama sekali, namun dengan beraninya berteriak dengan lantang.
"Jinyo, tante mohon tolong tahan amarah kamuㅡ"
"Lepasin aku tante!! Aku mau bilang ke mereka semua kalau ayah gak salah apapun! Kalau ayah-ku bukan pembunuhnya!! Aku yang melihatnya sendiri!! Cuman aku yang tau!"
Tak mengenal rasa takut, Jinyo menatap tajam ke arah jaksa itu, tak tanggung-tanggung anak itu tadi berteriak sekalian berdiri, supaya dirinya menjadi pusat perhatian.
Biarkan saja semua orang memandangnya aneh atau apapun itu, yang terpenting mereka semua harus tau, bahwa Jinyo sudah muak sekali dengan jaksa itu, lagian seenaknya saja jaksa itu menuduh ayah berkali-kali.
"Tidak ada orang lain yang mengizinkanmu berbicara, tapi kamu siapa nak? Apakah kamu termasuk keluarga dari terdakwa?"
Tiba-tiba Sang hakim bertanya di atas sana, sebelum menjawab, Jinyo melirik dulu ayahnya, yang ternyata ekspresi wajah Raditya juga sama terkejut, tidak jauh berbeda dari yang lain.
"Bukan, saya bukan termasuk keluarga dari terdakwa. Tapi saya adalah anak dari bapak yang duduk disana, Pak Raditya."
Lagi-lagi, Jinyo telah membuat semua orang yang ada disana terkejut, pasalnya barusan Jinyo telah menunjuk ayahnya dengan ibu jari tanpa ragu sedikit pun, serta tampang anak itu pun terlihat polos.
"Katamu tadi, kamu bukan termasuk keluarga terdakwa, tapi mengapa kamu malah menunjuk Si terdakwa, nak?"
Sang hakim bertanya kembali, sedangkan Jinyo yang sudah jengah karena ditanya mulu, menghela napas dengan malas.
"Karena ayah bukan terdakwa yang sebenarnya. Ayah cuman dituduh aja sama om itu!"
Jinyo menatap sinis pada jaksa itu, entah apa yang tengah merasuki Jinyo pada saat itu, namun dia tidak merasa takut dengan orang-orang hukum sama sekali.
Bahkan Clara yang sejak tadi hanya diam saja, tapi kini, dia menatap Jinyo horor, dengan pertanyaan di benaknya, kenapa nyali bocah manja itu berani sekali? Apakah bocah itu berusaha untuk menjatuhkan nama panti?
"Astaga udah ya Jinyo, kamu memangnya mau nanti dihukum gara-gara gak sopan? Padahal om itu jaksa loh, seharusnya kamu gak boleh begitu..."
Karena takut Jinyo terlibat masalah dengan orang-orang hukum, mau tak mau Grizeel menarik lengan Jinyo untuk menyuruhnya segera duduk kembali.
"Tapi ayah dituduh mulu sama jaksa itu, tante!" Kukuh Jinyo, dan karena terlanjur sakit hati, Jinyo meneteskan air matanya.
"Udah ya gak apa-apa kok, kamu tenang aja, jangan nangis, nanti yang ada ayah kamu malah khawatir sama kamu kalau liat kamu nangis kaya gini.." untuk menenangkan muridnya, Grizeel memeluk tubuh Jinyo.
"Waktu persidangan terbuang-buang karena anak itu, izinkan saya untuk melanjutkannya lagi Yang Mulia.."
"Ya, silahkan!" Sang hakim pun mengizinkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MY LIVE - ||BAE JINYOUNG||
Документальная проза"Tanpa adanya kegelapan, cahaya mungkin saja tidak pernah ada di dunia, begitupula juga hidupku, jika saja kehidupanku tidak gelap saat aku terpuruk, mungkin saja aku tidak pernah bertemu denganmu." "Aku ingin bunuh diri, hanya itu saja yang aku ing...