Chap 3- Kue yang terakhir

23 14 3
                                    

"Jangan sedih, ayah. Ayah jangan khawatir, percayakan saja semuanya kepadaku, bahwa aku akan mengeluarkan ayah dari penjara. Dulu ketika aku masih kecil, ayah selalu membelaku di depan bunda saat aku melakukan kesalahan, sekarang giliranku, biarkan aku yang akan membela ayah di depan pengadilan nanti."

✿Selamat ෴ membaca✿

Keesokkan harinya, pagi hari telah tiba, tepat pada pukul enam pagi kurang, langit mulai cerah, dan matahari perlahan-lahan mulai terlihat di atas sana.

Kening Jinyo lalu mengernyit sesaat, tubuhnya menggeliat sejenak, kemudian secara perlahan-lahan kedua kelopak matanya pun akhirnya terbuka.

Persis ketika cahaya lampu yang langsung memasuki rentina sepasang matanya, Jinyo lantas melenguh, kemudian ia berusaha untuk menyesuaikan cahaya lampu yang sangat silau itu.

Dan saat ia mulai bergerak, Jinyo dengan refleks meringis pelan, seluruh tubuhnya sangat sakit dan terasa pegal-pegal, ternyata setelah anak itu mengedarkan pandangannya, ia baru tersadar, bahwa sejak semalam dirinya tidur di lantai tanpa beralaskan apapun.

Pantas saja tubuhnya terasa remuk. Lagipula bisa-bisanya ia sibuk menangis sampai ketiduran seperti ini, apalagi kalau misalnya ia menangis sampai pagi hari tiba, mungkin sekarang bisa saja kedua matanya juga ikut membengkak.

Menarik napasnya terlebih dahulu, kemudian anak itu membangunkan tubuhnya sendiri, meskipun tubuhnya sangat sakit dan merasakan kedinginan, namun dengan sisa-sisa tenaganya, Jinyo memilih untuk tetap berdiri.

Jinyo haus, tenggorokannya terasa kering setelah semalaman dirinya terus menangis tanpa henti, mau tak mau dia memutuskan untuk berjalan menuju dapur agar bisa mengambil minuman di lemari es.

Namun setelah Jinyo keluar dari kamar, rumahnya sepi tidak ada siapapun selain anak itu, ternyata itu semua benar, Jinyo benar-benar ditinggalkan oleh semua orang.

Kalau biasanya, bundanya pagi-pagi sudah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan di atas meja, namun sekarang, semuanya telah berubah total hanya dalam sekejap saja.

Kemudian tanpa sadar, air mata Jinyo turun ketika mengingatnya kembali.

"Aku sayang bunda, dimanapun tempat bunda sekarang, semoga bunda selalu bahagia.." gumam Jinyo ketika ia sudah tiba di dapur, lalu tangannya mengambil botol minumannya dari dalam lemari es.

Tepat ketika baru saja Jinyo ingin membuka tutup botolnya, tidak ada angin atau apa, tubuh anak lelaki itu seketika membeku, sedangkan tatapannya mengarah lurus ke dalam isi kulkas.

Sepertinya, sesuatu di dalam lemari es sana benar-benar menakjubkan untuknya. Tapi, apakah kalian bisa menebaknya, apa isi di dalam lemari es itu?

"Pasti bunda terlalu kecapean ya karena buatin aku kue susah payah, makanya karena itu bunda pergi ninggalin aku. Maafin aku ya bunda, maafin Jinyo yang udah ngerepotin bunda dari dulu.." lagi-lagi suaranya itu bergetar, untuk menahan tangisannya, anak lelaki itu kemudian mengigit bibir bawahnya.

Ternyata yang telah membuatnya terkejut barusan adalah sebuah kue ulang tahun besar yang sengaja disimpan oleh Kirana di dalam lemari es, kue coklat yang dihiasi buah ceri dan oreo, serta ada sepenggal kalimat yang tertulis di atas kue itu.

Hanya sepenggal kalimat yang sederhana, namun bisa membuat hati Jinyo tersentuh.

Happy Birthday, malaikat kecil bunda..

Rasanya sekarang juga, Jinyo ingin sekali menerjang tubuh bundanya yang kurus, memeluk bundanya dengan sangat erat, sembari mengatakan kalimat penuh ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya, kemudian yang terakhir, menciumi seluruh wajah bundanya yang menjadi letih demi membuat kue untuknya.

YOU'RE MY LIVE - ||BAE JINYOUNG||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang