Selamat membaca^-^
****
Tiffani sampai di rumah tepat pukul jam dua belas malam. Ketika dirinya melangkah menuju pintu utama, dapat ia rasakan kalau rumah ini begitu sepi bak tanpa penghuni. Tiffani berulang kali melewatkan makan malam dengan keluarganya.
Mungkin orang tuanya dan adiknya memaklumi karena akhir-akhir ini Tiffani sedang sibuk. Namun, Tiffani lah yang tidak bisa memaklumi dirinya sendiri. Ia merasa terlalu menyibukan diri dan tidak pernah meluangkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga.
Tiffani ingin sekali berkumpul dengan mereka, bercanda di ruang keluarga seperti dulu jauh sebelum ia mempunyai butik sendiri. Namun, apa yang Tiffani lakukan sekarang hanya untuk keluarganya. Bukan untuk siapa-siapa. Sampai dirinya pun tidak pernah memikirkan percintaan.
Tanpa ingin mengganggu waktu istirahat keduanya, Tiffani langsung bergegas menaiki tangga untuk ke kamarnya. Berniat membersihkan diri dengan air shower yang mengalir lalu merebahkan dirinya di kasurnya.
"Hallo Kakak!" sapa Larisa— adik Tiffani yang masih berumur 13 tahun.
Tiffani tersenyum. "Hai Icha!"
Icha adalah panggilan kesayangan dari Tiffani dan orang tua mereka berdua untuk Larisa. Gadis itu tersenyum melihat kakak nya yang baru sampai ke rumah dengan selamat. Namun, senyuman itu luntur saat melihat betapa lelahnya wajah kakak tercantiknya itu. Berjalan gontai menuju kamarnya dengan menenteng tas membuat Larisa tidak tega.
"Kenapa kamu belum tidur Icha?" tanya Tiffani. Bisa merasakan kalau Larisa sedang berjalan di belakngnya.
"Belum ngantuk. Kak Tiffa udah makan?"
"Apa ada yang mengganjal di hatimu sehingga tidak bisa tertidur? Belum Icha, tapi sekarang aku tidak lapar," jawab Tiffani.
"Kak, masa sama adik sendiri ngomongnya masih formal sih?" gerutu Larisa.
Tiffani berhenti di ambang pintu. Benar juga, mungkin karena selalu mengatakan bahasa formal ketika bekerja membuat dirinya terbiasa akan hal itu.
"Kenapa tidak?" tanya Tiffani berniat menggoda adiknya.
"Kaya ngerasa jadi asing ih!" ujar Larisa.
"Ya mau gimana lagi? Aku udah terbiasa ngomong gitu Cha."
Larisa menghela nafas. "Ya udah, senyaman Kak Tiffa mau ngomong gimana. Tapi aku tetep gini ya gak mau ikutan jadi formal."
Tiffani mengangguk, ia menyuruh Larisa menunggu ia membersihkan badannya di kamar. Membiarkan adiknya melihat-lihat gambar atau pola yang dibuatnya kemarin. Larisa dan Tiffani tidak mempunyai satu hobby yang sama.
Keduanya lahir dari keluarga yang mapan. Walaupun begitu Tiffani tetap bekerja dengan giat tidak ingin menumpang nama dengan orang tuanya. Ia ingin sukses dengan perjuangannya sendiri. Larisa memandang bingkai foto yang menunjukan sepasang kekasih dengan tertawa bersama. Terlihat sangat bahagia waktu itu, Larisa dapat menebak kalau Tiffani tidak berniat membuang foto tersebut.
Pasti kakaknya masih menyimpan rasa kepada mantannya yang bernama Riza. Larisa tidak tahu banyak informasi laki-laki tersebut. Namun, kakaknya selalu senang dan menceritakan hal baik kepadanya ketika membahas Riza. Entah apa yang membuat mereka berpisah, Larisa tidak tahu.
"Ada apa dengan foto itu Icha?" tanya Tiffani.
Larisa terkejut. Ia menoleh ke belakang dan melihat Tiffani sedang berada di depan kaca rias sambil menyisir rambutnya yang basah.

KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG DESIGNER
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT] Tiffani Prasasti, perempuan berusia 23 tahun yang berprofesi sebagai Designer. Di usianya yang sekarang, Tiffani selalu ditagih pertanyaan orang tuanya 'Kapan menikah?' Bagaimana bisa menikah kalau dirinya saja belum menemukan la...