11. Chatting

826 46 0
                                        

Selamat Membaca^-^

***

Pulang dari Mall, Tiffani dan Larisa segera berganti pakaian biasa untuk keseharian mereka di rumah. Sepertinya Larisa belum lelah setelah mengelilingi Mall untuk membeli sesuatu yang ia inginkan.

Larisa mengajak Tiffani untuk membuat puding yang perempuan itu inginkan sebelum pergi ke Mall. Sebenarnya Tiffani ingin menolak ajakan tersebut dan segera menyiapkan segala keperluannya untuk berangkat ke Bandung. Namun, ia tidak tega menolak ketika melihat wajah ceria yang sudah menyambutnya.

Alhasil mereka berdua sedang berada di dapur. Membuat puding bukan lah suatu kesulitan. Tiffani harus meluangkan waktunya sedikit saja untuk menemani dan mengajari adiknya supaya bisa membuat puding sendiri.

"Ini di aduk terus?" tanya Larisa.

Tiffani mengangguk. "Jika kamu merasa pegal, beritau aku."

"Oke, Kak."

Keberadaan Tiffani hanya mengarahkan aba-aba dan Larisa yang melakukannya. Adiknya yang meminta itu semua, sepertinya Larisa memang tidak sedang main-main ketika membuat puding tersebut.

"Buat puding sebenernya nggak susah ya, Kak?"

"Tidak, apapun jika kamu ingin belajar dan merasa sudah bisa. Akan terasa lebih mudah." 

"Berarti kalau aku latihan motor pasti bisa, 'kan?" tanya Larisa lagi sambil memperlihatkan giginya yang rapi.

"Bisa, tapi sekarang belum waktunya."

Tiffani dan orang tuanya sangat menjaga Larisa supaya perempuan itu akan merasa baik-baik saja. Keselamatan Larisa adalah segalanya. Tidak ada yang boleh mengganggu perempuan itu sampai tertekan. Tanisha pun selalu bertanya kepada Larisa apakah ada yang membully perempuan itu di SMP atau tidak.

Tanisha tidak ingin anak keduanya tertekan. Namun, ia sendiri malah menekan anak pertamanya.

"Bibi pasti capek ya kerja terus?" tanya Larisa saat melihat Bi Surti yang sedang menghampiri mereka berdua.

"Nggak, Non. Bibi udah biasa," jawab Surti dengan tersenyum canggung karena ada Tiffani.

Surti memang lebih dekat dengan Larisa karena perempuan itu yang selalu di rumah dan selalu menyapanya. Jika Tiffani? Mengobrol saja rasanya membuat Surti senang bukan main karena bisa mengobrol dengan anak majikannya yang satu itu.

Tiffani juga baik kepadanya. Kadang menyempatkan diri untuk memberi gaji lebih untuk diberikan kepada anak-anak Surti. 

"Non lagi bikin puding? Kenapa nggak bilang aja ke Bi Surti," ujar Surti.

"Aku lagi belajar, Bi. Ini lagi diajarin sama Kak Tiffani," ujar Larisa.

"Semangat Non Larisa! Bibi ikutan masak ya buat makan malem," ucap Surti.

"Iya, Bi. Silahkan," jawab Larisa.

Sebenarnya Surti merasa salah tingkah karena sedang di perhatikan oleh Tiffani. Perempuan itu tidak banyak bicara ketika di rumah. Sehingga para pekerja di rumahnya sangat segan hanya sekedar menyapa, walaupun Tiffani sangat baik kepada mereka semua.

"Non Tiffani tumben udah di rumah?" tanya Surti.

"Aku pulang cepat untuk menjemput Icha," jawab Tiffani.

Larisa tersenyum. Tangannya sudah pegal tapi sangkin semangatnya perempuan itu tidak mengeluh kepada Tiffani dan menggantinya dengan tangan kiri. Mengaduk puding yang belum matang tersebut. Bahkan Larisa menghafal resep rahasia dari Tiffani ketika membuat puding walaupun di belakang kemasannya sudah di beri arahan.

YOUNG DESIGNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang