41. Kekanakan

420 42 6
                                        

HAPPY READING. JANGAN LUPA PENCET TOMBOL VOTE DAN TINGGALKAN KOMENTAR YA.

udah? terimakasih ^-^

****

Riza membuka pintu mobil ketika ia sudah sampai di rumah perempuan yang akan ia ajak untuk datang ke sebuah acara. Sudah lama sekali ia tidak menginjakan kaki di rumah besar dan megah ini. Selain di rumahnya, tempat ini adalah saksi bagaimana hubungannya dengan Tiffani terjalin dengan sangat romantis. 

Baru saja Riza ingin melangkah. Tiffani muncul dengan Tanisha yang berada di samping perempuan itu. Riza melemparkan senyuman terbaiknya untuk menyapa Tanisha yang sedang memberikan tatapan terkejut. Kedua perempuan itu berhenti berjalan, Riza dengan langkah pasti menghampiri keduanya.

"Hallo, Tante."

Jujur saja, meskipun Tiffani tidak pernah menyangkal jika orang-orang akan mendefinisikan Riza sebagai lelaki yang penuh percaya diri dan pembawaannya sangat berwibawa. Namun, untuk sekarang Tiffani dapat merasakan jika lelaki itu tengah menutupi kegugupannya. Tidak sulit untuk menebak. Terlihat dari gesture tubuh dan cara lelaki itu menyapa Tanisha, Tiffani yakin seratus persen bahwa dugaanya tidak salah.

"Hai, sudah lama tidak bertemu kamu melupakan panggilan untukku, ya?"

Tentu saja Tanisha bercanda ketika mengatakan hal tersebut. Tetapi berhasil membuat Riza tersenyum canggung, Tiffani menahan tawanya. Ia tidak mau membuat Riza semakin malu didepan Tanisha.

"Panggil seperti biasanya saja, Nak. Tidak perlu canggung kepadaku. Ya sudah, aku masuk dulu. Kalian mau pergi, 'kan?"

"Iya, aku izin membawa Tiffani pergi, Ma."

"Tentu, jaga dia baik-baik."

***

Di mobil tidak henti-hentinya Tiffani menertawakan ekspresi Riza tadi ketika mengobrol dengan Tanisha. Setelah Tanisha pamit akan masuk ke rumah dan mempersilahkan mereka untuk pergi. Tawa Tiffani meledak, perempuan itu tidak bisa menahannya lagi. Riza masih fokus mengemudi, membiarkan Tiffani meledeknya habis-habisan.

"Berhenti tertawa, Tiffa."

Tiffani berusaha meredakan tawanya. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud. Tapi serius, tadi ekspresimu sangat lucu, ha–"

Baru saja Tiffani ingin melanjutkan acara menertawakan laki-laki disampingnya. Tiba-tiba, Riza mengecup bibirnya dengan gerakan cepat dan tidak terbaca sama sekali. Riza nyaris yakin dan tidak akan marah jika Tiffani menampar dirinya. Namun, tubuh Tiffani membeku dan perempuan itu tidak berusaha menjauhkan diri, bahkan ketika tangan Riza menyentuh rahangnya dan semakin merapatkan diri.

"Aku minta maaf."

Jika saja Riza tidak mengingat mereka masih didalam mobil dan melakukan perjalanan. Ia tidak akan rela melepas ciuman itu secara cuma-cuma seperti ini. Riza menoleh ke samping, ia tidak melihat tanda-tanda Tiffani ingin menjawab permintaan maafnya.

Meskipun hanya menempel dan Riza tidak melakukan pergerakan sama sekali, jantung Tiffani terasa ingin copot. Lebih memalukan lagi, wajahnya yang tiba-tiba terasa panas. Hal itu tidak luput dari penglihatan Riza. Laki-laki tampak tersenyum sangat manis dan kembali fokus ke jalanan seolah tidak terjadi apa-apa.

"Manis."

Riza tertawa kecil saat melihat tatapan horor dari samping. Dibawah penerangan yang remang-remang, perempuan itu tetap terlihat menggemaskan dengan wajah memerah. Riza laki-laki dewasa dan normal, ia tidak mungkin menyangkal jika penampilan Tiffani kali ini begitu menggoda imannya. Ya, perempuan itu memang selalu tampil cantik dan menawan. Namun, rasanya malam ini Tiffani sangat lah memancarkan pesonanya.

YOUNG DESIGNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang