9. Kapan Menikah

867 47 0
                                        

Selamat Membaca^-^

****

Kemarin setelah Albert menyatakan perasaanya terhadap Virly, lalu Virly menanyakan sesuatu kepada Neon tentang truth or dare nya. Mereka menikmati udara di pantai lalu sebelum pulang, mereka menyempatkan diri untuk membeli buah tangan seperti makanan dan pernak-pernik khas Lombok. 

Pagi harinya mereka kembali ke Jakarta karena tidak bisa lama-lama di kota tersebut. Mengingat ada pekerjaan yang harus di urus. Hanya butuh beberapa jam untuk kembali dan mengistirahatkan diri mereka.

"Ah wajahku begitu kusam!" ujar Tiffani. Perempuan yang selalu mementingkan pekerjaanya itu sedang bercermin dan mengamati wajahnya sendiri.

Tidak memperdulikan wajahnya yang kusam. Tiffani dengan cepat turun dari kamarnya yang terletak di lantai atas lalu bergabung dengan keluarganya yang sedang melakukan sarapan.

"Selamat pagi," sapa Tiffani. Ia langsung duduk dan meletakan tas nya di kursi yang kosong.

"Pagi," jawab orang tuanya.

"Pagi Kak Tiffa!" ujar Icha.

Tiffani hanya tersenyum mendengar jawaban yang super cuek dari kedua orang tuanya. 

"Bagaimana dengan liburan kalian?" tanya Tiffani basa-basi. 

"Seperti biasanya, selalu menyenangkan," jawab Tanisha— mama Tiffani dan Larisa.

"Liburanmu menyenangkan Tiffa?" tanya Genta— papa Tiffani dan Larisa.

Tiffani mengangguk dengan tersenyum lebar. Walaupun Tanisha seperti orang yang sedang membencinya, tetapi Genta tidak seperti itu. Ia selalu memperhatikan Tiffani atau sekedar bertanya tentang kesehatan perempuan itu. Jangan sampai anak sulungnya sakit hanya karena sibuk bekerja dan tidak ada yang memperhatikannya.

"Anak temanku dia masih berumur 20 tahun, tapi lusa sudah mengadakan acara pernikahan," ujar Tanisha.

Perasaan Tiffani sudah tidak enak mendengar kata pernikahan. Pasti ia akan dibanding-bandingkan dengan anak temannya Tanisha.

"Kamu kapan menikah?" tanya Tanisha. 

Tiffani yang selalu menatap mata lawannya ketika berbicara sekarang hanya ingin menunduk. Menatap roti yang telah tersedia di piringnya dan segelas susu yang rasanya ingin segera ia teguk.

"Sudah lah, Ma. Jangan terlalu menekan Tiffani untuk menikah, pasti dia punya alasan tersendiri," ujar Genta.

"Anakmu ini yang terlalu pemilih jika di dekati laki-laki, apa tidak malu umur 23 tahun belum menikah?" tanya Tanisha.

"Aku tidak malu, mungkin Mama yang malu," ujar Tiffani datar lalu memakan rotinya.

"Ucapanmu sangat tidak sopan untuk di dengar," ujar Tanisha.

Tiffani hanya mengatakan isi hatinya. Namun, di cap tidak sopan karena Tanisha memang menjunjung tinggi kata sopan santun yang sebenarnya. Tiffani rasanya ingin mengatakan segala unek-uneknya terhadap Tanisha jika membangun rumah tangga bukan lah sebuah perlombaan.

"Kakak nggak lupain oleh-oleh buat aku, 'kan?" tanya Larisa sambil berbisik.

"Tentu saja aku membawakan oleh-oleh untukmu, Icha. Nanti akan aku berikan setelah kamu pulang dari sekolah," ujar Tiffani.

"Kenapa nggak sekarang aja?"

"Aku malas menaiki tangga," jawab Tiffani.

Sebenarnya ia sangat malas jika sedang sarapan atau makan malam, Tanisha selalu membahas pertanyaan kapan menikah untuknya. Seperti tidak ada pertanyaan lain yang harus di jawab oleh Tiffani.

YOUNG DESIGNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang