5. Menyesal

1.3K 81 0
                                    

Happy Reading!

****

Sinar mentari menyinari wajah cantik Tiffani yang masih terlelap. Menembus dari celah jendela kamar cewek itu yang di sengaja di design seperti kamar orang zaman dahulu. Tiffani sangat menyukai sejarah, sehingga ia mendekorasi kamarnya.

Tiffani menggeliat ketika ponselnya berdering. Takut ada hal yang penting, Tiffani langsung mengangkat telepon tersebut tanpa membaca namanya terlebih dahulu.

Bahkan perempuan yang masih asyik memeluk guling tersebut belum menyiapkan barang-barangnya untuk pergi ke Lombok. 

'Hallo, selamat pagi Bu Tiffani.'

Tiffani melempar handphonenya dan langsung menguap. Setelah itu ia membuka matanya dan melihat kalau nomor asing milik Satrio yang sedang menghubunginya. Pagi-pagi seperti ini mood Tiffani sudah hancur hanya karena menerima telefon dari Satrio.

"Maaf, Pak. Saya matikan telfonnya."

TUT.

Ya, daripada menguras kesabarannya sendiri untuk meladeni Tiffani. Lebih baik perempuan itu menghindari telefon dari Satrio. Tiffani juga tidak tahu kalau laki-laki itu mendapatkan nomornya dari mana.

Seperti psikopat saja yang selalu meneror musuhnya. Bukan, Satrio tidak menganggap Tiffani sebagai musuh karena sudah jelas laki-laki yang berumur tersebut menyukai pemilik Butik Applause.

"Mengganggu pagi cerahku saja. Aku jadi tidak bersemangat untuk pergi bekerja hari ini," ujar Tiffani.

Tiffani menatap jam di dinding kamarnya yang menunjukan pukul tujuh pagi. Sebenarnya kalau Tiffani tidak berangkat bekerja pun karyawannya tidak akan berani menggunjing di belakang. Karena sedari dulu Tiffani yang lebih rajin daripada mereka.

Bahkan perempuan cantik itu selalu merepotkan dirinya sendiri untuk mencari bahan-bahan baju yang diperlukan. Padahal ia bisa menyuruh salah satu karyawannya.

"Rasanya aku ingin mengganti nomor telepon hari ini juga. Tapi bagaimana dengan rekan bisnisku? Banyak sekali data yang tersimpan di whatsApp," ujar Tiffani.

Perempuan itu harus memikirkan supaya Satrio tidak mengganggunya lagi. Ia ingin cepat-cepat menyelesaikan jas yang dipesan Satrio. 

Karena tidak ingin membuang waktu, Tiffani beranjak dari ranjangnya dan menelfon nomor ART di rumahnya untuk segera menggosokan baju kerjanya. Walaupun ada baju lain yang sudah di gosok, Tiffani sedang tidak ingin memakai baju formal sekarang.

Niatnya pergi ke Butik hanya untuk menyelesaikan jas tersebut. Mungkin Tiffani hanya bekerja setengah hari.

* * *

Ketika Tiffani sampai di Butik Applause. Erika baru saja turun dari ojek online yang di pesannya dengan terburu-buru. Tiffani tidak masuk, ia mencegah dan mengamati penampilan Erika.

"Rambutmu berantakan," ujar Tiffani.

"Ah iya, terimakasih telah memberitau kepadaku Bu Tiffani," ujar Erika sambil menunduk.

Tiffani tersenyum lalu melangkah kembali. Erika menatap Tiffani yang sekarang sedang menggunakan pakaian biasa. Namun, tetap terlihat elegan.

"Orang cantik memakai apa saja tetap cantik," ujar Erika sambil mengaca di layar handphonenya.

Baru saja Tiffani ingin menyapa Lita dan Sofi yang berada di tempat kasir. Hati Tiffani rasanya panas melihat keberadaan Satrio yang sedang duduk bersantai sambil membaca koran.

YOUNG DESIGNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang