18. Dia?

667 40 3
                                    

HAPPY READING^-^

****

Entah mengapa perasaan Tiffani mendadak tidak enak setelah ia dan Tanisha berbincang-bincang mengenai Riza dan Neon kemarin. Tiffani tidak tahu mengapa, tetapi feelingnya mengatakan Tanisha sedang merencanakan sesuatu untuknya. 

Sekarang Tiffani sedang dalam perjalanan menuju Butik Applause. Rasanya tubuh Tiffani jika tidak digerakan atau otaknya tidak berfikir pasti akan merasa bosan di rumah. Sedangkan Larisa hanya bisa menemaninya saat sore hari sampai malam, tidak mungkin Tiffani selalu mengobrol dengan Tanisha.

Setelah memasuki pekarangan Butik Applause yang halaman parkirnya masih luas. Tiffani memarkirkan mobilnya dengan rapi lalu perempuan itu turun. Melihat Butiknya yang sudah beberapa hari tidak ia lihat. Lalu berjalan dengan cepat, mungkin saja karyawannya sudah menunggu kedatangannya.

"Selamat pagi Erika," ujar Tiffani.

Erika sedang berada di pintu utama. Perempuan itu sedang membersihkan pintu yang terbuat dari kaca itu, karena ada debu.

"Selamat pagi Bu Tiffani," jawab Erika.

"Semuanya sudah berangkat?" tanya Tiffani.

"Sudah, Bu. Sedang merapikan beberapa baju karena kemarin sangat ramai pembeli."

Mendengar hal itu, hati Tiffani sangat senang mendengarnya. Berarti tanpa dirinya pun Risna dan teman-teman yang lain bisa di percaya untuk menjaga Butik. 

"Saya senang mendengarnya. Beberapa jam lagi kita akan melakukan rapat, karena sepertinya ada pembeli," ujar Tiffani. Menebak dari mobil yang sedang memarkikan mobil di sampingnya, sepertinya mobil itu di isi banyak orang.

Erika mengangguk. "Baiklah, Bu."

Saat masuk ke dalam Butik, Tiffani langsung melihat pemandangan beberapa baju yang sedang di tata rapi oleh karyawannya. Dan juga ada yang sedang di pasangkan untuk manekin karena baju tersebut sudah di beli. Karyawan Tiffani langsung menyapa perempuan itu ketika melihat Tiffani sudah sampai.

Walaupun wajah Tiffani sudah memakai make up, wajah lelahnya tetap terlihat dan senyuman lemahnya itu. Tiffani memang belum benar-benar kembali ke kondisi semula.

"Maaf saya lancang bertanya, apakah Bu Tiffani sedang sakit?" tanya Risna.

"Tidak, apakah aku terlihat seperti orang sakit?"

Tiffani memang jujur kepada teman-teman terdekatnya apa keluarga. Tetapi untuk jujur kepada karyawannya, Tiffani masih malu untuk mengakui walaupun itu hal yang sangat biasa.

"Wajah Ibu seperti orang yang beberapa hari tidak tidur," sahut Sofi.

"Mungkin begitu, tapi saya memang baik-baik saja," jawab Tiffani.

Tiffani meletakan tas nya di meja lalu ikut membantu karyawannya untuk melipati stok-stok baju. Rena tersenyum saat Tiffani duduk di sampingnya, wangi tubuh Tiffani langsung tercium di hidungnya. 

"Bu Tiffani, kemarin ada orang yang ingin memesan gaun pernikahan," ujar Rena.

"Lalu?"

"Tetapi kemarin stok gaun pernikahan yang terbaik di Butik ini sudah di pesan oleh orang lain, mereka belum sempat mengukur badan," ujar Rena. Bercerita kepada Tiffani rasanya seperti bercerita kepada kakak perempuannya sendiri.

Dari bertanya-tanya tentang mesin jahit beberapa waktu lalu, Rena tidak canggung lagi ketika menyapa Tiffani. Ia baru menyadari jika Tiffani adalah perempuan yang ramah dan tidak membeda-bedakan para karyawannya.

YOUNG DESIGNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang