Selamat Membaca^-^
****
Sekarang Tiffani sedang memandang dirinya di depan cermin yang berada di ruangannya. Sesekali merapikan beberapa helai rambut yang berantakan. Tiffani melirik makanan yang baru saja ia masak di dapur Butik. Lagi dan lagi menghela nafas dan menatap pesan yang tak kunjung dibalas.
Padahal laki-laki itu dalam keadaan online. Namun, sepertinya sangat enggan melihat pesan yang Tiffani kirimkan. Jam sudah menunjukan waktu istirahat dimana Riza pasti sudah bisa makan siang. Tetapi Tiffani masih belum beranjak dari kursinya.
Berusaha menghilangkan rasa keraguan yang masih hinggap di dalam lubuk hatinya. Lalu dengan keputusan yang sangat bulat dan ada tekad yang kuat. Tiffani mengambil tas dan kotak berisi makanan.
"Semoga saja Riza berada di kantor," ucap Tiffani bermonolog.
Berpamitan kepada Risna yang sudah kembali bekerja ke Butik. Perempuan itu terlihat kembali segar dan bersemangat seperti sedia kala. Walaupun semua pekerja sangat baik dan gesit, jika saja di suruh memilih asisten pasti Tiffani akan menunjuk Risna.
"Setelah bertemu dengan Riza, aku sangat sering meninggalkan Butik," gumam Tiffani ketika ia sudah berada di dalam mobil.
Ya mungkin saja para karyawan tidak ada yang mempermasalahkan karena itu adalah Butik Tiffani sendiri. Jabatannya sebagai pemilik dan Bos. Seharusnya tidak ada yang bisa menegur Tiffani untuk berbuat apapun selagi tidak merepotkan mereka semua. Namun, hati Tiffani sangat merasa tidak enak karena ia sering kali tidak membantu mereka.
Dari ada tamu yang berkunjung dan ingin mengobrol dengannya. Banyak juga teman-teman Designer dan model yang mengajaknya makan siang bersama di salah satu Cafe. Juga memikirkan tentang Riza yang hari ini membuat keberanian Tiffani kembali muncul.
Tiffani bukan takut. Namun, ia sedikit ragu ketika ingin mengunjungi kantor Riza. Banyak kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di sana.
Mencoba menghubungi nomor Riza pun hasilnya nihil. Sebenarnya Tiffani sangat takut jika ia mengganggu Riza sedang bekerja. Tetapi mau bagaimana lagi? Perasaan Tiffani tidak enak saat ia belum mempunyai jawaban yang pasti dari Riza.
* * *
Mobil Tiffani sudah terparkir rapi. Pemiliknya belum turun dan masih memantau suasana kantor yang lumayan ramai. Keraguan mulai muncul. Namun, Tiffani harus menepis rasa tersebut karena hanya beberapa proses lagi ia akan bertemu dengan Riza.
Dan Tiffani sangat berharap jika Riza berada di kantornya dan sedang tidak sibuk. Atau melayani beberapa klien yang penting. Sungguh Tiffani tidak ingin mengganggu pekerjaan Riza. Lalu Tiffani turun dari mobilnya dan membawa kotak makan.
"Selamat siang, Pak," sapa Tiffani kepada Satpam yang sedang berdiri di tempat yang tak jauh dari dirinya.
"Selamat siang calon istrinya Pak Riza," balas Satpam tersebut membuat Tiffani sedikit memaksakan senyumnya.
"Saya masuk dulu ya, Pak," pamit Tiffani.
Satpam itu mempersilahkan Tiffani pergi. Jarang sekali ada orang yang menyapa dirinya ketika berkunjung ke kantor selain orang-orang yang ramah dan sudah lama bekerja di sini. Tiffani hanya bertemu dengan satpam itu satu kali dan dua kali hari ini. Namun, tetap Tiffani sapa karena ia pernah di kenalkan oleh Riza.
Sebelum Tiffani pergi ke ruangan Riza. Ia harus bertanya kepada karyawan di sana untuk memastikan jika Riza tidak ada meeting dadakan atau sedang berada di luar. Jam makan siang biasanya akan di manfaatkan untuk pergi ke Cafe atau tempat makan lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/289313151-288-k24223.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG DESIGNER
Ficção Adolescente[DILARANG PLAGIAT] Tiffani Prasasti, perempuan berusia 23 tahun yang berprofesi sebagai Designer. Di usianya yang sekarang, Tiffani selalu ditagih pertanyaan orang tuanya 'Kapan menikah?' Bagaimana bisa menikah kalau dirinya saja belum menemukan la...