42. Cemburu?

677 41 9
                                    

HAPPY READING GUYS. JANGAN LUPA PENCET TOMBOL VOTE DAN TINGGALKAN KOMENTAR YA💋

****

Kembalinya Tiffani langsung membuat orang disekitar spontan menoleh. Perempuan dengan rambut panjang itu duduk dengan anggun disebelah Riza setelah dipersilahkan oleh rekan kerja laki-laki itu. Sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan karena Tiffani sudah pasti duduk apalagi melihat Neon dan Teddy yang memberikan ekspresi bingung ketika melihat kehadirannya ditengah-tengah kumpulan CEO muda. 

"Hai, Tiffani. Kamu hadir juga?" sapa Teddy terlebih dahulu sebelum Riza sempat memperkenalkan Tiffani kepada dirinya dan Neon.

Riza tentu tidak tahu mengapa Teddy berbicara dengan Tiffani seolah mereka berdua sudah akrab sebelumnya. Namun, menanyakan hal itu sekarang sepertinya bukan waktu yang tepat.

"Hai, Teddy, bagaimana kabarmu?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Teddy. Tiffani lebih memilih untuk menanyakan hal yang sangat basi. Tak lupa perempuan itu memberikan perhatiannya kepada laki-laki yang duduk disamping Teddy dan memberikan ekspresi kaku terhadap dirinya. Tiffani tidak tahu pasti mengapa Neon memberikan ekspresi seperti itu terhadapnya. Karena tidak mau ambil pusing, Tiffani memilih mengabaikannya dan ikut menanyakan kabar Neon.

"Dunia memang sempit, ya. Aku tidak menyangka kamu akan datang ke acara ini."

Tiffani menjawab seadanya. Memangnya ia harus menjawab seperti apa? Mengobrol santai padahal ini bukan lingkungannya dan membiarkan rekan-rekan kerja Riza mendengarkan obrolannya dengan Teddy dan Neon? Ah tentu tidak. Tiffani tidak seberani itu. Ia juga tidak mau mengabaikan orang-orang yang duduk disana. Mereka lah yang lebih berhak mengobrol daripada dirinya. Ia hanya menemani Riza disini dan berusaha tidak mempermalukan laki-laki itu saja sudah sangat cukup.

"Hai, Bro! Sudah sampai mana pembahasannya?"

Tiba-tiba suara dari belakang tubuh Tiffani terdengar. Suara yang pernah membuat dirinya marah sekaligus bertengkar dengan Virly itu kembali muncul setelah sekian lama. Sosok itu tentunya bernama Albert. Albert menyalami semua orang yang berada disana, termasuk Tiffani meskipun laki-laki itu terlihat terkejut– tak lama kemudian ia berusaha mengontrol mimik wajahnya.

"Mengobrol santai saja. Pembahasan diluar bisnis tentunya."

"Kamu tidak apa-apa? Ingin pulang?" bisik Riza saat semua orang sedang asik membicarakan tentang saham-saham yang tentunya tidak mau Tiffani dengar.

"Memangnya kenapa? Apakah wajahku terlihat tidak menikmati acara ini?"

Ini benar-benar pertanyaan. Bukan pertanyaan sarkas yang dilontarkan Tiffani kepada Riza setelah ia pergi terburu-buru dengan ditemani oleh Feri tadi. Emosinya mulai mereda juga. Ya walaupun masih ada Viola yang duduk disamping Riza. Perempuan itu cukup mudah untuk berbaur dan mengimbangi pembicaraan mereka semua.

"Bukan seperti itu. Jika kamu ingin pulang beritahu aku, acara ini tidak terlalu penting yang mengharuskan tamu untuk mengikuti acaranya sampai selesai," ujar Riza.

"Ssst, diam lah."

"Jadi, Tiffani kamu disini sedang apa? Virly tidak mengatakan apapun bahwa kamu akan datang ke acara ini," ujar Albert.

Setelah kejadian itu rupanya laki-laki ini masih bisa bertanya sesantai itu kepadanya. Tiffani sedikit menyipitkan matanya karena terganggu dengan kalimat 'Virly tidak mengatakan apapun' hei, memangnya jadwal dan informasi Tiffani sepenting itu untuk disebarkan kepada Albert? Lagian, Virly juga tidak selalu tahu acara apa saja yang dihadiri Tiffani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOUNG DESIGNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang