4. Foto Usang

1.4K 87 0
                                        

Selamat Membaca^-^

****

Tok, tok, tok.

Pintu ruangan kerja Tiffani di ketuk tiga kali. Sebelum mengizinkan seseorang untuk masuk Tiffani mengingat terlebih dahulu. Apakah ia menyuruh karyawannya untuk datang ke ruangannya. Tiffani adalah orang yang selalu waspada.

"Masuk!" perintah Tiffani.

"Ada apa Rena?" tanya Tiffani heran karena Rena hanya berdiri dan tak kunjung mengatakan sesuatu.

"Ada orang yang sedang menunggu Bu Tiffani, namanya Pak Satrio," ujar Rena.

Mendengar nama itu Tiffani menghela nafas dengan membuang muka ke arah lain. Rena menebak kalau bosnya tidak menyukai orang tersebut. Namun, Tiffani tetap memperlakukan Satrio dengan baik.

"Ada yang disampaikan kepadamu? Misalnya hal penting yang dia ingin bicarakan," tanya Tiffani. Ia sungguh tidak ingin mengulang kembali kejadian beberapa jam lalu.

"Tidak ada, Bu. Beliau hanya berpesan kepadaku ingin bertemu denganmu. Itu saja," jawab Rena.

"Tolong kamu saja yang menemuinya, jika dia membahas pekerjaan kamu layani dengan baik. Saya percayakan ini kepadamu," ujar Tiffani.

Rena mengangguk mengerti. "Baiklah Bu Tiffani, saya permisi."

"Silahkan."

Rasa bahagia menyelimuti diri Rena sekarang. Ini pertama kalinya Tiffani menyuruh ia menemui orang penting dan membahas bisnis biasanya yang di percaya oleh Tiffani adalah Risna. Rena akan melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin. Ia tidak akan mengecewakan Tiffani.

"Aku sangat mengetahui kalau kamu sedang ingin bermain-main denganku," gumam Tiffani.

Dari tatapan Satrio kepadanya saja Tiffani dapat memprediksi kalau Satrio menyukainya. Tiffani harus tetap berwaspada jika berurusan dengan orang seperti Satrio. Tidak mungkin pria seumuran Satrio belum memiliki istri dan anak.

Sekalipun Satrio sudah duda, Tiffani tidak akan tertarik. Reputasinya di depan keluarga ayahnya akan hancur. Bagaimanapun juga sekarang Tiffani sedang sering-seringnya mendengar pertanyaan 'Kapan menikah?' Dari ibunya dan keluarga ayahnya.

"Ah aku melupakan sesuatu! Baju untuk pajangan minggu depan belum dibuat."

Daripada memikirkan Satrio yang tidak penting itu. Lebih baik Tiffani menjahit baju dengan model trendi. Bahan-bahan yang ia beli sudah di terima Risna dan gadis itu pun menyimpannya dengan baik. Ketika mood nya sedang tidak bagus, Tiffani lebih memilih untuk menjahit daripada menggambar.

Tiffani memotong kain yang ia butuhkan untuk menjahit. Sebelum itu Tiffani sempat melepas high heels nya dan menganti dengan sandal Selop. Ruangannya yang sedari tadi hening dan damai, berubah rusuh saat pintu di tendang dan di buka secara paksa.

"Maaf Pak, Bu Tiffani sedang tidak bisa di ganggu!"

Tiffani sangat mengenali suara Rena yang sedang berlari menghampiri Satrio yang sudah masuk ke ruangannya.

"Apa yang dimaksud tidak bisa diganggu? Bosmu ini sedang bersantai!" geram Satrio.

Tiffani meghela nafas kasar lalu tersenyum.

"Pak Satrio yang terhormat, bisakah anda berlaku sopan sedikit saja?" tanya Tiffani.

"Perduli setan dengan itu semua! Apa anda tidak bisa menghargai tamu yang datang Bu Tiffani?"

Rena menunduk ketakutan ketika pandangan Tiffani tertuju kepadanya. Tidak seperti apa yang ada di pikiran Rena. Tiffani tersenyum kembali dan mempersilahkan Satrio duduk dan menyuruh Rena untuk keluar.

YOUNG DESIGNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang