Bagian yang terlupakan.

1.6K 219 17
                                    

Hanna tidak pernah menyangka bahwa sosok yang hampir enam belas tahun ini dia jaga bagai permata di dalam rumah bisa mendapat perlakuan buruk dari orang di luar sana.

Entah di mulai dari mana Hanna tidak tau, karena hari ini Hanna melihat sendiri puncak dari rasa takut yang di tunjukan oleh anak bungsunya.

Hanna bahkan langsung berlarian ke kamar atas untuk memastikan kalau teriakan itu bukan dari kamar Yasha.

Namun saat kakinya menapaki lantai atas bersama Yasir dan kedua anaknya yang lain hati Hanna seketika hancur.

Ketika pintu di buka, pemandangan yang di lihatnya selama mengasuh Yasha mungkin inilah yang paling buruk.

Anak itu mengamuk parah, bahkan Yoda yang ada bersamanya sampai tidak berani mendekat sebab Yasha menghalau siapapun yang mencoba mendekatinya.

"Kenapa ini." Suara lirih Hana tidak sebanding dengan teriakan kencang dari Yasha.

Tangan Yasha menekan kuat kedua kupingnya, berjerit sambil menendang siapapun yang mencoba mendekat.

"Berhenti, jangan bicara lagi. Aku tidak seperti itu."

Yasha meracau, kepala ya menggeleng dengan raut ketakutan. Yasha seperti tengah dihadapkan oleh ribuan orang yang menunjuk tidak suka kearahnya.

Air mata Yasha bahkan sudah banjir membasahi pipi, Yasha menangis di sela napas mengap nya. Dia tetap belum sadar kalau seluruh keluarganya sudah berkeliling di hadapannya untuk menanyakan keadaannya yang tiba-tiba seperti ini.

Namun dalam bayangan Yasha orang-orang itulah yang sedang mencemooh dirinya sama seperti ujaran kebencian yang baru dia lihat dari kolom komentar akun media sosial nya.

Yasha tidak tau atas dasar apa semua orang menuduhnya tidak baik, dia pikir cukup Sidik yang punya ulah membuatnya ketakutan untuk masuk sekolah lagi.

Tapi setelah melihat forum sekolah dengan berbagai umpatan yang di tujukan kepada Yasha di kolom komentar cukup membuat jantungnya yang memang sudah rusak itu menjadi sakit.

"Yasha bukan pecandu. Yasha bukan anak haram Yasha bukan anak badug, BERHENTI BICARA SEPERTI ITU!" Yasha berteriak di akhir kalimatnya.

Hanna ikut menangis tidak tega melihat anak bungsu nya yang kembali histeris seperti ini.

Dia tidak tau penyebab utama anak nya bisa seperti ini. Tapi melihat Yasha sampai begini artinya permasalahan nya sangat serius.

"Ara tolong adik kamu nak."

Tara satu-satunya calon dokter di rumah ini bahkan tidak berkutik di hadapan Yasha, terlalu kaku badannya untuk mendekati dan memeriksa Yasha.

"Mih, tolong telpon dokter Kim. Aku gak tau harus gimana." Suara Tara bergetar, dia bingung mau berbuat apa tapi terlalu takut untuk bertindak.

"Dek, ini Kakak. Kak Tara, adek kenapa?"

Tara bertanya memberanikan diri untuk mendekat ke hadapan Yasha yang masih tidak fokus pada sekitar.

Sedangkan Yoda mendekat kepada Hanna dan memeluk ibunya itu, Yoda terlihat pucat mungkin dia terkejut sebab Hanna Yoda yang ada di kamar itu bersama Yasha sebelum Yasha mengamuk tadi.

"Mih, hiks Yoda takut." Hanna memeluk Yoda mengusap kepala anak itu, meski dalam hati ketakutannya mungkin lebih besar dari pada Yoda bila di gambarkan.

Gerdylan sendiri sudah menghubungi dokter Kim, meski agak sulit menghubungi dokter Kim di atas jam sepuluh seperti ini tapi Gerdylan tetap berusaha, terus menelpon sampai panggilan nya di sambut.

Gema Yasha GemelardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang