jangan menyerah!

703 90 13
                                    

Malam yang dingin tidak mengusik Gerdylan dalam diam nya. Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam tapi Gerdylan masih betah dalam posisinya, duduk di balkon kamar rawat Yasha sembari melihat jauh jalanan kota Jakarta yang masih saja ramai kendati itu malam.

Raga nya memang berada disitu lengkap dengan mata yang masih terbuka juga tangan yang sejak tadi sibuk memainkan bibirnya sembari mengelupasi kulit bibirnya hingga ada yang berdarah.

Jiwanya sendiri seperti melayang entah kemana memikirkan kejadian tadi saat dirinya bicara dengan Yasha.

"Cape.."

Hanya satu kata tapi kenapa sampai bisa membuat hati Gerdylan sakit mendengar nya.

Adiknya begitu terlihat putus asa, hingga berakhir menangis tanpa suara.

Gerdylan bahkan tidak bisa bersuara sekedar menenangkan. Adiknya yang kala itu menangis meratapi nasib nya yang buruk.

"Kebiasaan deh, bukannya tidur malah melamun di luar."

Gerdylan berhenti dari kegiatannya, melihat Hanna yang sudah duduk di samping nya.

"Gak bisa tidur mih."

"Itu bibir pasti di di kelupasin ya sampe berdarah gitu?"

Gerdylan tidak menjawab, mencoba mengigit bibir yang terluka dan merasakan sensasi perih seketika.

"Abisnya, mau ngerokok pasti gak boleh sama mamih, jadi ngelupasin bibir ini yang kering." Ucap Gerdylan dengan alasannya.

Hanna sampai mencubit pelan lengan anaknya. "Awas aja kamu ngerokok yah Ge. Mamih getok itu kepala kamu sama mulutnya." Ancam Hanna sambil memasang wajah garang nya.

Gerdylan hanya menanggapinya sambil tersenyum, kamu membawa tangan ibunya untuk di peluk.

"Mih, kepala Gege penuh banget. Lagi banyak pikiran."

"Coba ceritain apa aja yang bikin Gege banyak pikiran."

Gerdylan menghembuskan napasnya dalam, begitu sesak dadanya karena pikiran-pikiran yang begitu memenuhinya.

"Mih, kapan Adek boleh pulang?"

Kening Hanna mengerut, ketika Gerdylan memilih topik lain.

"Belum tau, dokter Kim juga belum ada bahas soal pulang, Adek masih harus di pantau dokter jadi kayak nya bakalan lama buat pulang."

"Kenapa ka?"

"Engga, cuman kepikiran itu kursi gamming kasian belum dicobain pemiliknya."

Gerdylan hanya ingin mencair kan suasana tapi Hanna jadi teringat soal kursi mahal itu, waktu itu belum sempat memarahi anak nya karena keburu kejadian kecelakaan Yasha membuat Yasha melupakan amarahnya.

"Ge, lain kali kalau beli barang mikir dulu. Masa kursi harganya sampai kaya gitu mahalnya."

Gerdylan melirik Hanna, jadi merasa salah telah membahas kursi gamming, yang waktu itu sempat membuat Hanna marah.

"Tapi apapun bakalan Gege berikan untuk Yasha Mih, hidup Gege juga kalau perlu Gege kasih kalau untuk dia."

Suasana hening, baik Hanna juga Gerdylan kehabisan kata-kata. Entah kenapa bila mulai membicarakan masalah Yasha mereka jadi seperti ini.

"Mih, apa gak ada cara lain untuk membuat Yasha sembuh selain donor jantung?"

Hanna menggenggam tangan si sulung dengan erat, matanya langsung menyiratkan kesedihan.

"Nanti kita bahas lagi nanti ya Ge, dokter Kim sedang berunding dengan prof Wildan dari rumah sakit pusat. Mereka sedang mencari jalan terbaik untuk kesembuhan Adek."

Gema Yasha GemelardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang