hal yang serius.

1.9K 203 42
                                    

Jam istirahat sepuluh menit lagi akan berakhir tapi Yasha belum juga kembali, mereka sendiri keasikan ngobrol sampai Shaquille menyadari ada yang aneh ketika Yasha tidak kunjung kembali.

"Kalian yakin Yasha cuman pergi buat pipis?" Tanya Shaquille khusus nya pada Jemmy juga Justin yang memang sekelas dengan Yasha.

"Iyah, katanya udah gak tahan." Justin melirik jam nya baru sadar kalau Yasha pergi terlalu lama. "Tapi ko lama banget yah, apa dia juga sakit perut mungkin sembelit." Ucapnya kemudian.

"Lo mau kemana?" Xavier bertanya ketika Shaquille berdiri dari tempat duduknya mengabaikan makannya yang belum habis.

"Feeling gue gak enak ni, gue mau nyusulin Yasha dulu." Ucap Shaquille.

Tapi Xavier masih mencekal tangannya. "Tunggu, kita juga ikut." Ucap Xavier, Shaquille sendiri mengangguk tanda setuju.

Mereka semua akhirnya ikut mencari Yasha bersama dua tertua di antaranya yang memimpin jalan.

Mereka bahkan tidak menghabiskan makan siang dan mengabaikannya begitu saja.

"Tadi Yasha masuk kamar mandi yang mana?" Tanya Shaquille pada Justin juga Jemmy yang jelas tau dimana Yasha berada.

"Kamar mandi yang dekat kelas kita."

Shaquille mengangguk singkat, lalu berlarian ke kamar mandi yang di tuju saat banyak kerumunan orang di tempat yang mereka tuju.

Jantung ke enam anak muda itu bertalu dengan cepat belum tau apa yang sebenarnya terjadi tapi hati mereka sudah berpikiran buruk ketika mendengar bisik-bisik orang yang berkerumun.

"Itu kan adiknya Yoda kelas tiga bukan sih."

"Kayaknya dia jatuh pas kambuh, katanya kan emang sakit gitu anak nya."

"Iyah bener dengar-dengar sih sakitnya parah mungkin karena itu."

"Biasanya juga temen-temen nya selalu ada ini malah sendirian aneh. Kasian anak kaya gitu harus nya jangan di tinggal sendiri. Bahaya."

Shaquille tau siapa yang sedang mereka bicarakan. Tidak lain lagi itu Yasha, langkah kakinya semakin cepat dengan ponsel yang ada di genggaman nya.

"Yoda, datang ke kamar mandi dekat kelas Yasha. Telepon ambulan juga."

Panggilan telepon di matikan oleh Shaquille ketika kakinya menapaki lantai kamar mandi, melihat tubuh Yasha yang tergeletak dengan orang-orang yang hanya menjadi penonton di sekitar Yasha tanpa ada yang menolongnya.

"Keluar kalian semua, bukannya minta bantuan kalian hanya menjadikan Adikku tontonan." Aura dingin Shaquille keluar bersama sorot mata tajam nya yang menatap satu persatu orang yang hanya menjadikan Yasha tontonan gratis.

"Bubar, tidak ada yang ada di dalam, kalian hanya akan menambah pengap ruangan ini dengan keringat kalian." Nazriel mulai berbicara, menggiring siswa-siswi yang semula berkerumun.

Shaquille mendekat memeriksa luka menganga pada dagu Yasha yang masih mengeluarkan darah segar. Dia meraba kantong celana nya menemukan ada sapu tangan yang selalu ibunya masukan di sana.

"Xavier coba periksa denyut nadi nya." Xavier mengangguk, dia mengambil pergelangan tangan Yasha dan memeriksa denyut nadinya.

Justin lalu ingat kalau dia membawa kotak obat Yasha disitu ada alat seperti oxymeter yang selalu di bawa Yasha untuk mengukur saturasi oksigen dan denyut jantung.

"Kak, coba pakai ini." Justin memberikan alat tersebut pada Xavier dan mulai memasangkannya di jari telunjuk Yasha.

"Saturasi oksigennya rendah, terus denyut jantungnya cepat." Ucap Xavier.

Gema Yasha GemelardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang