Yasha pulang ke rumah di jemput oleh Gerdylan sepulang Kakak sulungnya itu pulang kerja, hari ini sangat melelahkan bagi Yasha.
Meski tidak sampai membuatnya kambuh namun kejadian kepiting itu cukup membuat jantung nya agak nyeri.
Tadi saja karena insiden kepiting Justin menangis sangat lama karena gigitan kepiting yang sakitnya bukan main, Ibu Justin sampai membawa anaknya ke klinik untuk mengobati lukanya agar tidak infeksi dan acara lomba masak nya gagal total.
Gagal total karena semua bahan masaknya berantakan akibat keributan kemarin, mereka semua tidak masalah yang penting Justin aman.
Yasha juga begitu, dia aman dan cukup senang hari ini.
"Dek, istirahat setelah mandi. Nanti turun pas malam malam Kakak panggil."
Yasha mengangguk, tubuhnya sudah begitu lelah hari ini. Dia ingin segera tidur rasanya tapi jam sudah menunjukan pukul setengah lima.
Dia belum sholat ashar, jadi memutuskan untuk mandi sholat dan berbaring sebentar mengistirahatkan tubuhnya yang sudah berontak ingin tidur padahal tidak lama dari itu adzan magrib berkumandang.
Sejam kemudian, Gerdylan masuk ke kamar adik bungsunya. Mendapati Yasha yang sudah tertidur dengan baju piyama yang di kenakan, mulutnya menganga lebar dengan mata yang terbuka setengahnya menandakan kalau anak itu tidur dengan nyenyak.
Gerdylan ingin membangunkan tapi tidak tega ketika merasakan napas Yasha yang terasa begitu berat.
Dengan inisiatif Gerdylan mengambil Oximeter yang ada di laci dan menempelkannya ke jari Yasha. Melihat saturasi oksigen adiknya yang kurang dari semestinya menandakan kalau Yasha kekurangan pasokan oksigen dalam darah dan itu tentu menyebabkan napasnya terasa sesak.
Gerdylan menatap wajah adiknya khawatir, Yasha selalu saja membuat hatinya tidak tenang bila sudah seperti ini.
Si sulung Gemelard itupun berjalan ke ujung ruangan dimana tersimpan alat-alat kesehatan yang di perlukan khusus untuk adik bungsunya, menarik Tabung oksigen berserta selang nya hingga ke samping ranjang adiknya.
Gerdylan mengeluarkan ponsel nya dan menelpon satu-satunya Adik perempuan nya. Urusan begini dia bukan nya tidak paham hanya saja dia tidak mau bertindak seenaknya ketika ada calon dokter di rumah nya.
"Dek, ke kamar Yasha. Kakak tadi cek tekanan oksigen nya turun. Kalau bisa cepetan dek Ya." Gerdylan memasukan kembali ponselnya kedalam saku dan duduk di samping ranjang Yasha.
Lima menit kemudian Tara datang dengan handuk yang masih menempel di kepalanya, sepertinya anak itu baru saja mandi setelah pulang praktek.
"Kenapa Kak?" Tanya Tara setelah memasuki Kamar Yasha dan menghampiri adiknya.
Ada stetoskop yang menggantung di leher Tara, wanita itu langsung mengecek Yasha.
"Kecapean pasti ini anak."
Tara memasangkan selang oksigen di bawah hidung Yasha, adiknya menggeliat sedikit dan menggaruk pipinya yang terkena selang oksigen yang melintang mengenai pipinya.
"Gimana Ra? Apa perlu di bawa ke rumah sakit?" Tanya Gerdylan setelah Tara selesai memasangkan oksigen pada adiknya.
"Engga usah, cukup kasih oksigen aja. Adek cuman kecapean." Ucap Tara.
Gadis itu mengalungkan stetoskop di lehernya, dan berkacak pinggang. "Bandel lagi aja ini anak." Ucap nya dengan wajah santai.
"Kamu jaga Adek disini ya Ra, aku turun dulu kasih tau Mamih." Ucap Gerdylan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Yasha Gemelard
Teen FictionHanya berisi keseharian Yasha yang manja, jahil dan di sayang keluarga.