Mencari alasan.

817 94 8
                                    

Seperti yang Yasha rencanakan, mereka akhirnya terdampar di sebuah cafe bernuansa ungu dengan tema outdoor yang sangat memanjakan mata karena letaknya berada di lantai dua.

Pemandangannya cukup bagus, banyak lampion yang di pasang membuat suasana nyaman.

Cafe tersebut masih milik keluarga nya Sultan, makanya Yasha di beri ijin oleh kedua orang tua dan para Kakak nya padahal mereka pergi nya cukup malam sekitar setengah tujuh baru keluar dari rumah.

Sampai di Cafe bertepatan dengan suara Adzan Isa berkumandang, jadi mereka tidak ada alasan untuk pergi dulu ke mesjid yang memang kebetulan tidak jauh dari cafe tersebut.

Setelah menyelesaikan sholat Isa empat raka'at mereka kompak berjalan santai menuju kembali ke cafe.

"Kan bisa pakai motor aja minjem punya pegawai Ka Sultan kenapa harus jalan kaki kan kasian Yasha cape jadinya."

Semua mata tertuju pada Jeremy yang berjalan paling belakang bersebelahan dengan Justin.

Anak itu sejak tadi paling banyak mengeluh, menjadikan Yasha sebagai alasan padahal anak yang di jadikan alasannya malah tidak peduli dia malah senang bisa jalan santai seperti ini bersama teman-temannya.

"Aw, sakit. Kenapa harus pake nginjek kaki sih Just."

Jeremy berjongkok mengusap jari kelingking nya yang terasa paling sakit di bandingkan dengan jari yang lain. Justin hanya tersenyum menampilkan gigi kelinci yang lucu.

"Abis nya, kalo Jeremy ngeluh terus pahala jalan kaki kita dari mesjid ke cafe bisa abis. Mana ngeluh nya pake nama Yasha lagi."

"Emang iya? Kalo gitu Yasha injek lagi sini kaki Jemmy biar pahala yang udah Yasha kumpulin pas jalan tadi enggak berkurang lagi."

Yasha yang semula berjalan bergandengan dengan Rasyel mendekati Jeremy yang masih mengusap jari kelingking nya.

"Eh, stop!"

Jeremy melindungi kaki nya. Tidak lagi ingin di injak apalagi itu Yasha, pasti anak polos itu akan menginjak nya kencang dengan alasan pahala nya lebih besar kalau injak nya kencang.

"Udah ayo lanjut jalan, gue tutup mulut kalo gitu gak jadi ngeluh biar pahala kalian gak bakalan berkurang dan kaki gue tetep aman dari Yasha."

Jeremy berdiri kali ini tangan nya menutup mulut dan mulai jalan dengan cepat meninggalkan Yasha yang menatap nya dengan pandangan heran.

"Apa gak bau yah tangan Jemmy udah usap-usap kaki langsung nutup mulut. Ih jorok."

Yasha bergidik membayangkan jijik, lalu kembali melanjutkan langkah. Kali ini dia mendekati Justin menyenderkan kepalanya di bahu Justin yang berjalan santai di paling belakang, lalu membisikan sesuatu.

"Mau pahalanya nambah gak?"

Justin menoleh pada Yasha ketika anak itu menghentikan langkah dan menampilkan deretan gigi rapihnya.

"Gendong Yasha."

Sejenak Justin memutar bola matanya, seharusnya bisa menebak apa yang di pikirkan sahabat nya itu.

Tadinya Justin ingin menolak tapi melihat Yasha yang sudah berharap dengan tatapan matanya mana bisa Justin menolak. Jadi Justin berjongkok di hadapan Yasha.

"Ayo naik cepet, gue itung sampe tiga ni kalau gak naik Gue tinggalin."

💖

"Pesaraan kalo kita kumpul terus jalan bareng ada aja yah cobaannya, kalo gak Yasha jatuh atau buat ulah ada aja kaya di kejar Anjing misal."

"Bener kata Rasyel, Ini sekarang malah sandal Nazriel yang putus. Kaki loe di buat dari apaan dah bisa sampe putus itu sendal. Heran deh gue!"

Gema Yasha GemelardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang