"Yasha ngucap dong, sekata doang gak apa-apa deh. Sepi ni kita dari tadi Lo diem Mulu. Bukan tipikal Yasha sekali." Celoteh Justin dengan wajah cemberut nya.
Yasha hanya menatapnya dengan mata laser imaginer. Yang siap untuk membelah tubuh Justin kalau memang itu nyata.
Jemmy sendiri langsung menyikut perut Justin, memang sahabat nya yang satu ini tidak tau diri. Sudah jelas dagu Yasha bengkak hingga kesulitan untuk berbicara masih saja itu anak penasaran karena ini hari ke tiga tapi Yasha masih belum bisa untuk berbicara dan membuka mulut dengan lebar.
Mereka hanya bosan, sudah tiga hari juga mereka terus menjenguk tanpa absen, begitupun ke lima temannya yang lain.
"Lo pikir gak sakit apa itu dapet jahitan di dagu. Gue aja yang cuman lecet kemarin susah mau ngomong apalagi Yasha." Sekali lagi Jemmy berkata begitu kepada Justin.
Sedangkan anak itu hanya nyengir saja. Sebenarnya Yasha bisa bicara hanya saja karena takut untuk membuka mulut lebar jadi bicaranya kurang jelas, sehingga anak itu memutuskan untuk puasa bicara dulu untuk sementara waktu.
Palingan kalau di tanya dia hanya jawab dengan tangan misal kalau mau dia menggabungkan ujung jari telunjuknya dan kempul membentuk kata ok, kalau tidak dia hanya melambai tangan sambil di gerakan ke kanan dan ke kiri.
Sejauh ini kata dokter Kim juga kondisi Yasha masih bisa di katakan stabil, hanya tinggal memantaunya sampai jahitan anak itu bisa di lepas.
Karena untuk saat ini sepertinya dokter Kim tidak akan memberikan lagi kelonggaran setelah kejadian tempo lalu.
Dada Yasha juga masih ketara sakit karena penanganan CPR, kayanya jantung nya saat datang benar-benar lemah hingga memerlukan penangangan begitu.
Yasha masih beruntung Tuhan masih mengijinkannya untuk hidup lebih lama. Kendati demikian, Yasha masih memikirkan kalimat-kalimat yang dia dengar dari Sidik saat itu.
Anak Haram.
Yasha yakin, kalau dia itu anak kandung. Begitu yang di jelaskan oleh Hanna dan Yasir saat Yoda yang dulu sering mengejeknya kalau dia itu bukan anak Mamih dan Papihnya.
Tapi di pikir lagi, kenapa bisa Sidik berkata begitu. Memang yah Sidik itu membuat Yasha menjadi overthinking, jadinya.
"Eh yah, engga ngomong bukan berarti Lo ngelamun kali." Ucap Rasyel.
Dia sejak tadi memperhatikan Yasha yang seperti orang bingung. "Ada yang mau Lo bagi? Lo bisa ketik aja curhatan Lo kalau emang belum sanggup buat ngomong." Sambung Rasyel.
"Iyah siapa tau Lo mau nyeritain ke kita gimana Kronologis Lo bisa jatuh di kamar mandi? Serius emang gak ada sangkut pautnya sama si Sidik?" Tanya Shaquille.
Pria pucat itu selalu saja bisa membuat Yasha menjadi salah tingkah dengan kalimatnya.
Yasha menggerakkan tangannya. Memberikan tanda kalau itu tidak benar, kesal sendiri karena sekarang dirinya kesulitan berkomunikasi.
Baru satu nikmat yang Allah ambil tapi rasanya siksaan yang Yasha terima terasa begitu besar.
Yasha jadi malah berpikiran betapa kuatnya orang-orang di luar sana yang tidak bisa hidup di kelilingi oleh nikmat Tuhan.
"Kan, malah ngelamun lagi." Kali ini Xavier yang bersuara, pria paling tua di antara mereka itu sejak tadi memang tidak bersuara sebab fokus memperhatikan Yasha.
Ngomong-ngomong Xavier itu bermimpi menjadi seorang psykiater, jadi dia sudah mulai mempelajari hal semacam itu sebelum benar-benar masuk kuliah mengingat sekarang dia sudah berada di kelas tiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Yasha Gemelard
Teen FictionHanya berisi keseharian Yasha yang manja, jahil dan di sayang keluarga.