rollercoaster

444 78 7
                                    

Jika pagi nya Yasha bisa ceria sampai sibuk menjahili Yoda sampai anak itu kesal karena di edit fotonya jadi botak.

Malam hari nya Yasha harus menerima karma muntah-muntah sampai hampir pingsan rasanya.

Hueeekkk..

Itu muntahan kesekian kalinya setelah tiga puluh lima menit dirinya terbaring miring ke sebelah kiri.

Asam lambung nya kambuh lagi, kata dokter Kim itu karena pikiran Yasha yang sibuk hingga asam lambungnya naik.

"Adek mikir apa sih sampai gini." Itu Hanna yang bertanya, mengurut tengkuk anak bungsunya sambil menadah muntahan Yasha menggunakan baskom.

Yasha mual-mual tapi muntah nya terasa asam yang keluar hanya sedikit.

"Mih, Yasha gak mikir apa-apa tadi, tidur tiba-tiba gak enak perutnya." Yasha mual lagi di sela ucapannya.

"Dada Yasha kaya kebakar tapi bukan kaya pas jantungnya ngambek!" Anak itu mengeluh lagi, mengusap dada tegah nya yang terasa panas.

Hanna melirik Yasir, hari ini yang tidur di rumah sakit hanya mereka berdua. Karena anak-anak yang lain seperti Gerdylan dan Yoda juga Tara harus pulang ke rumah membantu Grandma dan Aunty Rydia yang harus pulang besok pagi.

Di luar rencana mereka yang tadinya akan menetap selama satu bulan penuh, ada hal mendesak yang terjadi di Bali hingga mereka harus segera berangkat kesana.

"Tunggu ya, papih manggil dokter Kim dulu nanyain gimana solusinya."
Yasir keluar dari ruangan menuju ke ruangan jaga khusus dokter.

Dokter Kim hari ini tidak pulang, pasien kesayangan nya sedang membutuhkan jadi dia sengaja bermalam di rumah sakit untuk berjaga-jaga kalau ada kondisi darurat.

Sekitar lima belas menit lagi Yasir kembali bersama dokter Kim, melihat Yasha ternyata sudah berbaring. Keringat nya banyak sekali, Hanna bilang tadi muntah lagi tapi tidak ada yang keluar selain cairan asam.

"Pusing?" Yasha membuka matanya, melirik tajam mendengar pertanyaan bodoh dari Dokter di sebelah nya yang menampilkan senyum khas nya.

"Pake ditanya lagi, jelas la pusing. Aneh aja dokter ini!" Yasha masih bisa menjawab ketus, meskipun napas anak itu mulai terasa berat.

Dokter Kim hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Memeriksa tetesan infus juga mencapitkan oximeter di jari telunjuk Yasha.

"Adek, yang sopan kalau ngomong sama yang lebih tua." Tegur Hanna, dia tidak enak saja karena dokter Kim selalu jadi sasaran kekesalan Yasha kalau kondisinya sedang menurun.

"Iya, maaf." Yasha masih berucap ketus, Matanya kembali memejam. Benar katanya kalau kepalanya sekarang pusing belum lagi tekanan di dada membuat napasnya menjadi berat.

Dokter Kim mengusap kepala Yasha, lalu memeriksa saturasi oksigen nya. "Saturasi nya turun, mau pakai selang oksigen?" Dokter Kim malah bertanya lagi.

Yasha malas menanggapi sebenarnya tapi mau bagaimana lagi kali ini dia sedang butuh sekali dengan dokter Kim untuk menghilangkan rasa tidak nyaman di lambung dan dadanya.

Yasha mengangguk, dan dokter Kim kembali memasangkan selang oksigen yang baru sore tadi di lepas. Mengatur kembali tekanan oksigen nya hingga anak itu sedikit nyaman.

"Lama-lama bisa lecet idung Yasha kalau kaya gini." Di tengah pejam matanya masih saja mengeluarkan kata-kata seperti itu.

Yasir jadi tersenyum tidak enak dan malu kepada dokter Kim atas tingkah anak nya yang begini.

"Di suntik perut nya mau?" Dokter Kim bertanya santai.

Tapi yang di tanya sepertinya tidak santai, Yasha bahkan langsung melotot melihat dokter Kim, ini memang kali pertamanya sakit asam lambung sampai menurut nya parah begini.

Gema Yasha GemelardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang