Chapter 7: Proposal

4.7K 576 57
                                    

Menikah.

Itu kata yang Jeonghan simpulkan setelah mendengar ucapan Seungcheol. Pria itu baru saja memintanya memberikan masa depan, tubuh, hati, dan segala hal yang dia miliki. Dengan kata lain, pendamping hidup. Tidakkah itu sama dengan menikah?

Jeonghan tak dapat memercayai kenyataan elusif itu. Dia sangat bingung sampai kerap membasahi bibirnya berulang kali. "Seungcheol, aku tahu aku berutang banyak padamu. Tapi...menikah...?"

"Kau punya kekasih?"

"Tidak, tapi--"

"Aku kurang tampan untukmu?"

Nafas Jeonghan kembali mencelus. Kedua mata dan bibirnya bergerak gelisah. "Kau sangat tampan. Maksudku, bukan karena itu. Tapi mengapa kau ingin menikah denganku?"

"Karena aku menyukaimu."

Pipi Jeonghan seketika memanas. "Jangan bercanda..."

"Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?"

Sulit menebak apakah pria itu bercanda atau tidak. Choi Seungcheol selalu memasang mimik wajah yang serius.

"Apakah...aku bisa menolak?"

Pertanyaan itu dibalas Seungcheol dengan mengangkat kedua alisnya. "Tentu saja bisa. Tapi kau harus tetap membayar utangmu. Dengan bunga tiga puluh persen."

Jeonghan hampir memekik. Beruntung suaranya tertahan di ambang mulut mengingat tempat itu adalah rumah sakit dan hari sudah larut malam. Seungcheol menarik sudut bibirnya menyaksikan wajah syok Jeonghan, lalu bangkit berdiri dari kursinya. Sebelum beranjak pergi, dia berkata, "Pikirkanlah, dan cepat berikan jawaban. Aku bukan pria yang sabar menunggu terlalu lama."

Jeonghan hanya mematung mengamati sosok Seungcheol yang lambat laun menghilang di balik pintu lobby.

Sudah sangat sering dia diberi kesempatan untuk memilih dengan cepat, namun baru kali ini dia terhambat di antara jalan bercabang. Dia bahkan tak bisa menentukan pilihan secepat ketika memutuskan untuk menjalani one night stand. Menikah adalah tanggung jawab seumur hidup, dan itu berarti dia akan terikat selamanya dengan Choi Seungcheol. Bagaimana mungkin mereka bisa menikah ketika dunia yang mereka tempati amat jauh berbeda? Dan bagaimana mungkin Seungcheol bisa menyukainya? Segalanya terasa tak nyata. Terlalu mustahil terjadi.

Namun sekeras apapun berpikir, Jeonghan tetap tak mengerti. Bahkan hingga fajar menyingsing, dia tidak kunjung menemukan jawabannya.

*****

Jeonghan tak pernah bersyukur pada Tuhan lebih dari yang dia rasakan belakangan ini. Tanpa terasa, empat pekan berlalu sejak operasi Jihoon berjalan lancar. Tak hanya kesehatan Jihoon yang berangsur pulih, kehidupan mereka pun kian membaik. Tiada lagi penagih utang, telepon berisi ancaman, ataupun surat tagihan yang memenuhi kotak pos mereka. Jeonghan tak lagi harus menekuni beberapa pekerjaan sekaligus. Dia juga tidak harus bangun sepagi biasanya dan pulang kerja tak lebih dari pukul sembilan malam.

Ini berkat Seungcheol yang telah melunasi seluruh utangnya meski tak diminta. Suatu pagi, sekretaris pria itu datang ke rumah membawa selembar cek. Sang sekretaris memaksanya menerima cek itu berbekalkan sedikit 'ancaman': bahwa jika dia menolak, maka dia harus menandatangani surat pernikahan sebagai ganti biaya operasi Jihoon. Jeonghan tidak tahu Seungcheol bergurau atau tidak, namun pada akhirnya dia terpaksa menerima cek itu dan membayar seluruh utangnya.

The Next WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang