Chapter 39: (FINAL) The Next Winter

2.6K 201 25
                                    

Tirai jendela kamar tersingkap lebar, dan wajah pria di baliknya tersenyum gembira.

Pemuda itu memandangi salju yang turun di luar. Meski angin dingin berembus, dia sama sekali tak terpengaruh untuk berpaling dari keindahan yang ada. Segera kakinya melangkah lebar menuju ranjang di dalam kamar, lalu menepuk-nepuk seseorang yang tertidur pulas di atasnya.

"Seungcheol, bangun!"

Kelopak mata Seungcheol, yang tadinya  terpejam nyaman, setengah membuka. Rambutnya acak-acakan dan kerut wajahnya kentara di bawah paparan sinar lampu. "Ada apa?" tanyanya dengan suara berat dan parau.

"Sini ikut, cepat!" Jeonghan antusias  menarik kedua lengan Seungcheol, memaksa pria itu untuk segera bangkit dan menelantarkan kehangatan selimutnya.

"Ini masih jam lima pagi..." keluh Seungcheol ketika melihat jam dinding. Meski begitu, Jeonghan tampak tak peduli dan tetap menyeretnya menuju balkon.

Baik di atas langit maupun di halaman rumah, segalanya tampak putih. Butiran salju turun bagai taburan gula kastor. Di sudut jalan yang berbatasan dengan apartemen, segerombol anak kecil berjaket thermal asyik menimbun salju menjadi gundukan bola raksasa, sementara orang tua mereka mengawasi di pinggir jalan. Pemandangan itulah yang ingin Jeonghan tunjukkan pada Seungcheol, namun dia tidak sadar bahwa Seungcheol yang dia seret keluar saat itu hanya terbalut sehelai piyama. Lantas pria itu langsung mengiggil begitu menginjakkan kakinya di luar.

"Lihat, salju turun lagi!" ujar Jeonghan riang. Namun begitu melihat Seungcheol meringkuk kedinginan, sinar wajahnya sontak meredup digantikan kecemasan. "Astaga, maaf! Aku lupa kau hanya memakai piyama!"

Jeonghan langsung melingkarkan tangannya pada tubuh Seungcheol untuk memberinya kehangatan. Melihat reaksi spontan itu, Seungcheol yang tadinya ingin segera kembali mendekam di balik selimut hangatnya pun berubah pikiran. Dia menarik pinggang Jeonghan dan mendekapnya tanpa ampun. "Hangatkan aku."

Pria itu tidak tanggung-tanggung menciumi pundak Jeonghan. Lama kelamaan, tangannya mencapai area lain. Dari pinggang, ke pinggul, lalu-- "Seungcheol!" Jeonghan memekik kaget dan berusaha melepaskan diri.

Pasangan itu kini saling bergumul dalam canda. Yang satu berusaha melepaskan diri, yang satunya lagi tak jera mengejar. Keduanya tak mau menyerah, hingga suara tangisan bayi menyeruak dari dalam kamar.

Baik Jeonghan dan Seungcheol seketika bergemint. Keduanya mengerjap, memandang satu sama lain dalam keterkejutan, lalu serentak berlari masuk ke dalam kamar.

Musim itu memang terasa dingin. Salju turun lebat membubuhi bumi. Namun kehangatan pun hadir menyertainya.

-------

"Lucu sekali! Aduh, dia menguap. Aah, pipinya! Aku ingin sekali menggigitnya!"

Lantunan pujian itu tak henti berkumandang. Bak seorang penggemar, Chan tak bosan menyanjung makhluk kecil di depannya. Bayi itu menggeliat di ayunan mungilnya, tak tahu-menahu bahwa dirinya sedang menjadi objek pengamatan. Terkadang dia menguap, terkadang mengusap wajahnya, lalu kembali hanyut dalam rasa kantuk dan memejamkan mata.

Sejak datang bertamu ke apartemen Seungcheol dan Jeonghan di Seoul, Chan tak pernah menjauhi Seunghan lebih dari jarak satu meter. Berbeda dengan Wonwoo yang lebih banyak duduk diam menikmati secangkir kopi, Chan sangat antusias melihat keponakanya. Dia bahkan datang membawa entah berapa kotak hadiah berisi peralatan dan mainan bayi.

"Seokmin belum pulang ke Korea?" tanya Wonwoo ketika melihat Jeonghan datang dari dapur membawa camilan untuk para tamunya.

"Dia masih di Amerika. Katanya dia belum akan pulang sebelum mendapat info apapun tentang Jisoo," jawab Jeonghan sambil menaruh kue yang dibawanya ke atas meja ruang tamu sebelum duduk di samping Chan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Next WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang