Jeonghan memainkan jemarinya berulang kali dengan resah. Sudah sepuluh menit sejak dia dan Seungcheol duduk manis di ruang tamu, menanti Chan yang hilang entah ke mana. Jeonghan menduga ada hal penting yang ingin Chan bicarakan, mengingat ekspresi super serius yang pemuda itu tadi tunjukkan. Dia melirik Seungcheol di sampingnya, berbisik, "Chan akan membicarakan apa dengan kita?"
Seungcheol pun tampak tak tahu-menahu dan menggeleng. "Entahlah. Kita tunggu saja."
Genap pada menit kelima belas mereka menunggu, Chan mendadak muncul membawa sebuah cake besar penuh lilin. Bersama beberapa karyawan rumah itu yang mengekor di belakangnya, mereka kompak berseru, "Happy birthday!"
Mereka melepas hujan confetti dan mulai bertepuk tangan. Jeonghan yang takjub seketika menganga lebar, berbeda dengan Seungcheol yang hanya mengangkat sebelah alisnya dan bertanya, "Apa ini?"
"Ini perayaan ulang tahunmu, Kak! Maaf terlambat, tapi aku ingin merayakannya!" balas Chan antusias.
Baru saat itu Jeonghan teringat bahwa kemarin Chan sempat membahas soal ulang tahun Seungcheol dengannya. Ternyata kejutan itu yang direncanakannya. Sekonyong-konyong perasaan khawatirnya sirna. Dia akhirnya bisa tersenyum dan ikut bertepuk tangan memeriahkan suasana.
Seungcheol yang menjadi target kejutan itu awalnya bertampang datar. Namun ketika melihat senyum manis mengembang di wajah Jeonghan, dia ikut tersenyum. "Terima kasih. Tapi kau tidak perlu repot-repot, Chan."
Chan yang masih memegang strawberry shortcake itu menggeleng. "Tidak repot, kok. Ayo tiup lilinnya! Tapi sebelum itu, ucapkan dulu harapanmu dalam hati."
Alis tebal Seungcheol menekuk. "Perlukah?"
"Iya! Ayo cepat, lilinnya keburu meleleh!"
Serangan berbagai tatapan mata membuat Seungcheol mau tak mau menurut. Setelah sunyi bernaung selama beberapa detik, dia meniup seluruh lilin di atas kue itu hingga padam. Seketika tepukan tangan kembali membahana.
Acara tiup lilin digantikan dengan memotong kue. Semua orang sibuk membagi piring kepada satu sama lain, sementara Jeonghan berdiri di samping Seungcheol dan mengambil serpihan confetti yang menempel di rambut suaminya. "Selamat, Seungcheol."
Seungcheol tersenyum. "Terima kasih."
Sambil memerhatikan keseruan semua orang menyantap kue, Jeonghan lanjut berkata, "Jujur, aku senang karena Chan menyiapkan kejutan ini untukmu. Aku tidak sempat melakukannya."
Kejutan semacam itu memang hal yang Jeonghan ingin lakukan setelah Seungcheol pulang dari Jepang. Sayangnya hal itu tidak sempat terlaksana. Tentu saja penyebabnya tidak perlu dijelaskan lagi. Melihat wajah sendu Jeonghan, Seungcheol meraih serpihan kertas yang juga menempel di rambutnya. "Tidak apa-apa. Aku sudah senang menerima hadiah dan ucapan selamat darimu."
Tiba-tiba Chan hadir di depan mereka, membawa dua piring kue dan berseru, "Ayo makan cake! Aku membelinya dari bakery di dekat sini. Enak, loh!"
Jeonghan mengambil salah satu piring dari tangan Chan, namun Seungcheol menolaknya. "Nanti saja. Aku kurang suka makanan manis."
Chan yang mendengarnya langsung cemberut. Ditaruhnya piring cake itu ke atas meja. Melihat Chan berlalu, Jeonghan memotong kue di piringnya sendiri dengan garpu, lalu menyodorkannya ke arah mulut Seungcheol. "Ayo coba sedikit. Kasihan Chan sudah repot membelikannya."
Seungcheol melirik kue itu dan Jeonghan bergantian. Tanpa memberi penolakan lagi, dia melahapnya.
"Enak?" Jeonghan mengamati raut wajah Seungcheol dengan cermat. Entah mengapa dia penasaran bagaimana pria itu akan bereaksi. Untungnya reaksi yang tampak tidaklah buruk. "Mhm. Tidak terlalu manis."
![](https://img.wattpad.com/cover/278466675-288-k20707.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Winter
Romance"Akan kubayar seluruh utangmu, dan kau hanya perlu melakukan satu hal: menjadi pendamping hidupku." Jeonghan tahu hidupnya menyedihkan. Yatim piatu, terlilit utang, dan harus menebus biaya operasi sang adik yang tak sedikit jumlahnya. Sementara Seun...