keluarga Sean

23K 2.3K 217
                                    

''Gue sama Caca mau ke panti asuhan tempat Ayra di tampung dulu''. Ucap Sean menarik Caca.

Alarik menahan tangan Sean dengan lirikan sinis nya. Sean paham, ia mengerti arti tatapan yang Alarik berikan kepada. Alarik sedang cemburu kepadanya.

''Tenang bro, gue sama Caca nggak ada hubungan apa apa. Gue udah anggep Caca sebagai adik gue''. Sean menepuk tangan Alarik yang menahan tangannya. Alarik melepaskan tangannya dan menagguk.

''Hati hati, jangan sampe luka''. Alarik mencium dahi Caca. Sang empu mematung, wajahnya memerah. Caca dengan cepat mengalihkan pandangannya.

''Gue duluan''. Alarik meninggalkan mereka berdua.

Caca dan Sean pergi ke tempat Panti Asuhan Tempat Ayra di tampung dulu. Letaknya di Bandung, satu kota dengan dirinya dulu.

''Sean Caca laper''. Ucap Caca mencari camilan yang ada di mobil. Sean lebih memilih mengendarai mobil karena udara malam hari tidak baik untuk Caca..

''Sekarang kalo lo ngomong coba pake lo-gue''. Ucap Sean

''Nggak bisa, Ca- maksudnya Gue g-gak bisa''. Ucap Caca agak tergagap.

''Nggak papa, pelan pelan pasti bisa. Sama gue bakal ajarin lo bela diri, buat jaga jaga''. Ucap Sean menepuk nepuk kepala Caca.

Sean menyodorkan camilan, '' nih, katanya laper''. Ucapnya. Caca menerima itu,tak lupa ia mengucapkan terima kasih.

''Kita nanti nginep di rumah kakek gue dulu ya''. Ucap Sean dan di angguki Caca.

Menit per menit berjalan, tak terasa sudah 3 jam lebih perjalanan Jakarta - Bandung. Mereka sampai di rumah kakeknya Sean.

''Ca bangun,udah sampe''. Caca dari tadi tertidur selama di perjalanan.

''Engh, udah sampe ya?''. Caca malah bertanya balik ia mengucek ucek matanya. Sean terkekeh melihat perilaku Caca.

''Iya. Cepetan gih kita masuk, nanti lanjut tidur di kamar''.

Mereka berdua berjalan, jangan lupakan jika mereka tadi tidak membawa sepotong pakaian. Pun kecuali pakaian yang mereka pakai.

Tapi tenang, Sean berhenti di suatu mall. Caca dan Sean membeli peralatan mereka tak lupa camilan yang mereka makan selama di mobil.

''Sean nanti kalo seumpamannya Kakek Sean nggak suka sama Ca- gue gimana?''. Tanya Caca takut, meskipun begitu ia tetap mencoba menggunakan bahasa lo-gue seperti perintah Sean tadi.

Sean tersenyum menanggapi itu, ''Kakek gue gak jahat kok''. Ucap Sean mengetuk pintu rumah itu.

Rumah dengan nuansa klasik, ornamenya banyak yang terbuat dari kayu. Halaman yang luas dan jangan lupakan taman taman kecil di setiap pojok pagar rumah itu.

''Enak banget ya, tempatnya sunyi''. Ucap Caca.

''Gue sering kesini buat nenangin diri''.

Caca menganggukan kepalanya dengan mulut membentuk huruf O.

Ceklek .

Pintu itu terbuka, menampakkan sosok laki laki tegas dan sangat berkharisma. Wajahnya bahkan tak terlihat seperti Kakek kakek yang Caca pikirkan.

'Ini mah lebih cocok buat di jadiin Sugar daddy'. Batin Caca


'

'Gimana kabarmu Boy?''. Tanya Kakek itu ah tidak, lebih tepatnya Sugar Daddy bagi Caca.

''Gilaa Daddy gula''. Gumam Caca yang masih mereka dengar.

Kakek itu menatap Caca. Caca kelimpungan, apa yang harus ia lakukan sekarang.

''H-halo Om eh maksudnya pakdhe, eh halo Mbah, tapi masak mbah sih? Keliatan tua banget padahal Wajahnya nggak kaya Kakek kakek''. Ucap Caca berfikir, kakek yang awalnya menatap tajam Caca kini malah tersenyum.

''Panggil saya Opa''. Jawab kakek itu.

''Oke opa?''.

''Jorrdy Willshon''. Jawab Opa Jordy.

''Oke Opor, Opa Jordy di singkat jadi Opor''. Gumam Caca terkikik.

''Terserah kamu. Nama kamu siapa?''. Tanya Opa Jordy

''Nama Gue Clazzora, panggil aja Caca''. Ucap Caca menggunakan bahasa gaulnya.

''Kenapa kamu memakai bahasa seperti itu?''. Tanya kakek. Di keluarganya, dilarang menggunakan bahasa gaul jika sedang mengobrol.

''Nggak tau, Sean yang nyuruh''. Jawab polos Caca. Walaupun sekarang sifatnya agak sedikit bar bar, sifat polosnya yang mengarah daging mungkin akan sulit untuk di ubah.

Opa menatap manik Caca, dan benar tidak ada kebohongan yang ia lihat. Opa berganti menatap tajam Sean, Sean menelan ludahnya kasar. 'Mampus masuk kandang macan dah nih'. Batin Sean.

''Jadi anak itu yang mengajari mu? Tak apa biar opa beri sedikit pelajaran untuknya. Ayo sekarang kita masuk''. Opa merangkul Caca dan meninggalkan Sean yang terbengong.

Sean menatap Caca tak percaya. Baru kali ini kakek nya mudah akrab dengan orang lain, apalagi dulu ia pernah membawa pacarnya menemui Opa-nya. Namun ia di tolak mentah mentah oleh sang Opa.

Seenaknya sekarang? Ia malah di tinggal di depan pintu. 'Emang dasar aki aki biadap, serasa cucu tiri gue'. Batin Sean membawa barang barang yang tadi di beli.

Awal masuk Caca tercengang melihat digsain bangun. Sangat klasik namun elegan. Dan furniture yang tertata rapi pasti berharga Fantastis.

''Woah sangat indah''. Caca tak bisa menyembunyikan kekagumannya, benar benar indah. Digsain yang sangat elegan.

''Apakah indah?''. Tanya Opa melihat kemanusiaan Caca.

''Sangat sangat indah''. Ucap Caca seperti anak kecil.

Tiba tiba ada seorang yang turun dari tangga. Suara ketukan lantai dan high heels terdengar merdu dan tertata.

Turun wanita cantik, jika di lihat lebih teliti, umurnya mungkin sama dengan Grandmanya di rumah.

''Kau membawa siapa?''. Tanya orang itu melihat kakek merangkul Caca yang menunduk.

''Teman Sean, cucu baru ku''. Ucap Opa diakhiri dengan lirihan.

''Perlihatkan wajah mu''. Ucap Orang itu sinis.

Caca perlahan mengangkat Wajahnya, orang itu tertegun melihat Caca. Bagaimana ada orang yang sangat cantik dan manis seperti ini. Dan juga pipi nya yang sangat menggoda. Sangat di sayangkan jika di amggurkan.

''Kyaa imut bagett''. Teriak orang itu, reflek Opa menutup telinganya.

''Sayang, pelankan suara mu''. Ucap Opa menatap sang istri.

Orang itu mengacuhkan opa, dan lebih memilih menguyel uyel pipi Caca. ''Hai manis, panggil aku Oma Berlyn''. Ucap orang itu.

''I-iya''.

Caca menginap disana, selama menginap, Sean selaku cucu kandung hanya teracuhkan.

''Dasar kakek nenek peyot, tau aja yang cakep''. Sinis Sean yang melihat Omanya dari tadi terus memanjakan Caca.

''Dari pada kamu, nggak ada manis manisnya''. Sinis oma.

Sean berdecih lalu masuk kekamar nya. Ia tau kalo mereka hanya bercanda. Apalagi Sean senang melihat Caca yang melupakan sejenak masalah.

''Gue seneng liat lo bahagia Ca, bahagia terus meskipun gue gak selalu ada di samping lo''. Batin Sean menatap keluarga kecil itu yang nampak Bahagia.


Gimana gaiss dah mulai konflik nihhh

Aaaa mas Sean kenapa ngomong gitu 😭

Spam next 200 yok bisa lah

Vote juga yang banyak

My Transmigrasi [Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang