'' Hmm, Maura...''. Ucap seorang gadis yang duduk termenung dikasurnya.
''Terus juga, siapa perempuan yang masuk ke ingatan ku? Namanya seperti tak asing''. Lanjutnya.
''Aku penasaran, Ayra....Ayra. kaya pernah denger
tapi di mana?''. Bingung seorang gadis yang telentang di kasurnya. Matanya fokus menatap kearah atas. Sedangkan fikirannya berkelana entah memikirkan apa.Gadis itu terlonjak saat mendapatkan sebuah ide.
''Coba deh Caca cari. Moga aja ada''. Ucapnya.Ia menelisik seluruh kamarnya. Laci laci meja bahkan ia cek satu persatu. Lemari pakaian tak luput dari objek pencariannya. Tak lama matanya membukukan pada satu Benda.
Ini yang dia cari..
''Akhirnya ketemu..''. Soraknya memeluk erat sebuah buku usang.
Tok Tok Tok
Kesenangannya terjeda saat suara ketukan pintu yang cukup keras di sertai suara orang memanggilnya.
''Iya sebentar ''. Caca menyimpan buku yang ia temukan dan beranjak membukakan pintu.
''Kenapa Bun?''. Tanya Caca.
'' mau ikut bunda nggak?''. Tanya Bunda dengan senyum yang merekah.
''Kemana?''
''Secret''. Jawabnya.
''Nggak mau, Caca mau di rumah aja, nonton suami suami Caca''.
''Heh masih kecil udah suami suamian. Pokoknya Caca harus ikut, nggak boleh nolak''. Paksa bunda dan Caca terpaksa mengiyakan.
''Sekarang Caca mandi, terus dandan yang cantik oke''.
''Iya Bunda Cantikkk''. Jawabnya lalu berjalan menuju kamar mandi.
Saat ini Caca,Papa Al dan bunda Lia sedang di bandara. Aneh mengapa mereka mengajak Caca ke bandara? Apa Caca mau di buang ke luar negeri pikir Caca bergidik ngeri.
''Bunda, Papa ''. Panggil Caca memengang tangan keduanya. Bunda Lia dan Papa Al mengalihkan penglihatannya kearah mahkluk mungil yang memegang tangannya. Terlihat begitu imut.
Bagaimana tidak, tubuh Caca yang bisa dj katakan mungil, menggunakan celana joger dan di padukan dengan jaket bulu berbentuk hewan.
''Kenapa sayang?''. Tanya Papa Al.
''Kita kesini ngapain papa? Papa mau buang Caca? Papa mau buang Caca ke luar negeri? Kalo Iya no what what, asal perginya ke Korea kalo nggak ke Thailand, Caca ikhlas kok kalo di buang ke sana, ikhlas lahir batin malah''. Cerocosnya tanpa jeda membuat Papa Al dan Bunda Lia menggelengkan kepalanya.
''Stop, napas dulu sayang kalo ngomong, Astaga''. Kekeh Papa Al mengelus kepala Caca.
''Lagian kita kesini ngapain sih? Mending tadi Caca di rumah aja, rebahan''. Gumamnya namun masih terdengar ketelinga mereka.
''Udah sekarang kita duduk''. Papa Al menarik tangan Caca. Mereka duduk di ruang tunggu. Namun saat kedua orang tuanya sedang fokus melihat ke arah landasan pesawat, Caca diam diam kabur.
''Hehehe kalo gini kan enak, Caca bisa cari cogan''. Ucapnya.
''Om om''. Panggil Caca ke arah satpam yang berjaga di depan pintu bandara.
''Kenapa dek?''. Tanya satpam itu dengan gugup. Lantaran ia tak pernah melihat wanita secantik Caca. 'Astaga apa aku sedang di surga' batin satpam itu
''Nggak papa cuma manggil aja''. Jawab Caca lalu melenggang pergi meninggalkan satpam yang menatapnya cengo.
Caca di luar bandara, ia melihat sekeliling untuk mencari makanan yang bisa ia makan. Cacingnya meronta ronta meminta untuk di isi makanan.
Caca melihat penjual cilok. Ia menghampiri penjual cilok itu.
''Mang ciloknya masih?''. Tanya Caca.
''Masih kok neng, masih banyak''. Jawab penjual cilok itu dengan semangat.
''Oh, semangat ya jualannya''. Ucap Caca lalu pergi dengan begitu saja. Sama seperti satpam tadi,penjual cilok menatapnya dengan mulut beristigfar.
Caca berjalan menuju toko yang ada di sebrang. Ia membeli beberapa makanan ringan. Ah jangan lupakan es cream coklat dan juga susu pisang kesukaannya.
Sedangkan didalam bandara.
'' Bunda...''. Teriak beberapa pemuda memeluk bunda Lia.
''Hei boys, Gimana perjalanan kalian?''. Tanya Bunda memeluk dan mencium pipi beberapa pemuda itu.
''Sangat membosankan''. Ucap salah satu dari mereka.
''Mama''. Ucap Bunda Lia memeluk satu parubaya yang terlihat 20 tahun lebih muda.
''Gimana mbak kabarnya? Apa kalian bersenang senang?''. Tanya Bunda Lia keperempuan sebelahnya.
''Alhamdulillah baik, gimana kabar anak anak?''. Tanya perempuan itu.
'' Alhamdulillah baik mbak''.
''Gimana kabar anak itu?''. Tanya perempuan parubaya itu.
''Sekarang Caca sudah berubah''. Jawab bunda Lia dengan senyuman tipisnya.
''Bukan anak sialan itu! Tapi Kabar dia?''. Bantah wanita parubaya itu dengan tatapan tajamnya.
''Masih dengan keadaan yang sama''. Jawab bunda Lia dengan raut wajah sedih.
''Bundaa''. Teriak Caca yang membawa se lkantong makanan dan memegang es cream di tangannya.
''Dia siapa?''. Tanya Seorang pemuda dengan tatapan terkejutnya.
''Ya ampun cogan.... bang''. Panggil Caca kepada salah satu dari pemuda itu.
''I-iya?''. Jawab nya dengan gugup.
''Abang minta nomor rekeningnya dong?''. Tanya Caca
''Buat?''.
''Buat menransfer cinta Caca ke abang.. Eaaaaa ''. Ucap Caca lalu ia menyembunyikan wajahnya keperut papa Al.
''Anjir, gue baper masa''. Gumamnya dengan wajah dan telinga yang memerah.
''D-dia siapa?''. Tanya Salah satu wanita yang masih terkejut. Di Tambah lagi adik iparnya, Al yang membersihkan mulut gadis mungil yang blepotan dengan tissue basah.
Hei adik iparnya susah akrab dengan orang lain, apalagi dengan wanita.
''Dia Caca''. Ucap Bunda Lia yang membuat mereka menegang.
_________________________________________
𝙺𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔𝚔
𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚘𝚔𝚎
𝐕𝐨𝐭𝐞 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐯𝐨𝐭𝐞
𝐛𝐚𝐛𝐚𝐲𝐲𝐲𝐲
KAMU SEDANG MEMBACA
My Transmigrasi [Terbit]
Roman pour Adolescents𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐨𝐤𝐞 [END] #transmigrasi series 1 Buat yang udah pernah baca, bisa di baca lagi, karena cerita di revisi total dan alur cerita mungkin saja berubah. Terima kasih Warning!! ⚠️⚠️⚠️dapat menyebabkan esmosi ⚠️⚠️⚠️. Dilarang untuk plagiat...