33 Fabian Vs Shailene's Parents

20.4K 3.3K 1.1K
                                    

Hey guyss...!!! Welcome back to my storyy....!!!!

Hai.. Ayo ikutan PO Saving The Male Lead sebelum ketinggalan ‼️

Cuma sampai tanggal 20 Januari 2024 aja 🔥

*
*
*

"Aku nggak bisa berpaling dari kamu, sedikitpun," lanjut Fabian dengan tatapan dalam yang menusuk tepat ke netra hazel milik Shailene.

Sebuah perkataan yang sanggup membuat Shailene terbius, entah karena keseriusan dalam nada bicara Fabian, atau kesungguhan yang terpancar jelas dari matanya. Sampai sebuah gelengan tercipta.

"Aku takut buat percaya," ucap Shailene.

Fabian menatap Shailene dalam. Ia mengerti kalau pengkhianatan yang baru saja gadis itu alami membuatnya tidak dapat mempercayai apapun begitu saja.

"Akan ada waktunya kamu percaya kata-kata aku," balas Fabian dalam.

Fabian beranjak dari duduknya, menghampiri Shailene dengan tatapan yang tak lepas dari hazel yang masih memandanginya mencari sebuah makna dari kata yang diucapkannya.

Fabian membungkuk dan mengangkat Shailene yang masih duduk di kursinya. Cowok itu menatap Shailene yang kini melingkarkan tangannya di pundak Fabian, menatapnya dengan penuh tanya.

Fabian tidak mengatakan apa-apa sebelum ia mencondongkan wajahnya ke wajah Shailene hingga keningnya menyentuh kening gadis itu.

"Masih panas," gumam Fabian sebelum berjalan menuju kamarnya dan menaruh Shailene di atas ranjangnya yang baru ia ganti seprainya tadi.

"Istirahat, aku jagain di sini," ucap Fabian setelah menyelimuti Shailene.

Shailene yang sejak tadi hanya diam kini menggenggam tangan Fabian. Gadis itu menatap Fabian dalam dengan sorot penuh kelelahan.

"Aku nggak tau tapi ada di deket kamu selalu bikin aku ngerasa di rumah, bahkan di rumah aku yang sekarang nggak gitu," ucap Shailene lirih.

Fabian balas menggenggam tangan Shailene lembut, "Karena aku satu-satunya tempat kamu pulang.".

Shailene tersenyum kecil mendengar ucapan penuh percaya diri dari Fabian.

"Semoga aja bukan hoax," lirih Shailene sebelum benar-benar menutup matanya.

Fabian menunggu Shailene sampai benar-benar tertidur dengan tangan yang masih saling menggenggam. Sampai ia mendengar nafas teratur yang menandakan kalau gadis itu telah tertidur, Fabian mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Shailene.

Cup.

Sebuah kecupan ringan yang Fabian berikan di dahi Shailene, disertai dengan tatapan lembut penuh makna yang memandangi wajah tidur gadis itu.

"Bertahanlah sebentar lagi," ucap Fabian lirih sambil membelai pipi Shailene yang memerah karena demam.

***

Tok tok tok!

Suara ketukan di pintu mengalihkan perhatian Fabian dari komputer di depannya. Fabian menoleh sebentar pada Shailene yang masih tertidur, sebelum beranjak ke pintu depan untuk melihat siapa yang berkunjung malam-malam begini.

Cklek.

Seorang pria dengan pakaian kerja yang berantakan berdiri di balik pintu yang baru saja dibuka oleh Fabian. Fabian mengenalinya sebagai ayah dari gadis yang kini sedang tidur di kamarnya, Julian Mashard.

"Apa Shailene ada di sini?" tanya Julian begitu mendapati Fabian yang menatapnya datar.

"Kalau iya kenapa?" jawab Fabian yang lebih seperti menantang.

Julian yang mendengarnya menatap Fabian tajam. Pemuda di depannya bersikap begitu tenang, seakan dirinya bukan apa-apa, belum lagi nada bicaranya yang terkesan menantangnya.

"Masih bertanya kenapa? Shailene itu seorang gadis, anak perempuan, kamu biarin anak perempuan masuk rumah kamu yang seorang laki-laki?" ujar Julian keras.

"Benar," jawab Fabian tegas.

Julian menyipitkan pandangannya menatap Fabian kesal.

"Kamu ini punya otak nggak? Yang kamu bawa masuk ke rumah ini itu anak saya! Saya bisa tuntut kamu atas kasus penculikan!" gertak Julian.

"Silahkan," balas Fabian tenang.

Julian memandang Fabian dengan alis mengerut dalam. Kenapa ada orang yang begitu tenang menghadapi dirinya? Terlebih dia hanya seorang anak SMA yang masih jauh dari kata dewasa.

"Kamu berani ya," gertak Julian.

"Apa yang saya lakukan bisa saya pertanggungjawabkan," balas Fabian tetap tenang.

Julian menghela nafas sebentar. Sepertinya yang sedang berbicara dengannya bukan hanya sekedar anak SMA biasa.

"Oke, Fabian..., nama kamu Fabian kan?" tanya Julian kemudian.

"Betul," jawab Fabian.

"Jadi kamu mau mulangin anak saya sekarang atau saya tuntut karena kasus penculikan?" tawar Julian.

"Tergantung," jawab Fabian tenang.

Julian mengerutkan keningnya bingung.

"Apa? Kamu mau minta uang sebagai ganti menampung Shailene di sini?" Julian bertanya dengan nada sengit.

"Saya tidak serendah itu," bantah Fabian dengan tatapan yang menajam.

Julian berdehem melihat perubahan ekspresi anak yang berdiri di hadapannya sekarang.

"Jadi tergantung apa maksud kamu?" Julian kembali bertanya dengan nada datar.

"Apa dengan saya mulangin anak Bapak, Bapak bisa menjamin dia akan bahagia?" Fabian bertanya dengan tenang.

Julian yang mendengarnya mengerutkan kening dan menajamkan matanya.

"Apa maksud kamu?" sengit Julian.

"Laki-laki yang sudah mengkhianati kepercayaan putrinya sendiri, apa bisa dipercaya untuk membahagiakan putrinya?" Fabian kembali bertanya sambil menatap Julian datar.

"Tau apa kamu? jangan sok ikut campur urusan saya!" Julian berkata dengan nada tegas.

"Urusan keluarga Bapak tentu bukan urusan saya, tapi kalau sudah menyakiti gadis yang saya cintai, saya nggak akan tinggal diam," ujar Fabian tegas dengan mata yang menatap langsung ke mata Julian.

[Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin membaca versi lengkapnya bisa ikut PO di bulan januari 2024 tanggal 4 - 20. Kalo udah gak sabar bisa baca lewat eBook di Google Playbook dengan judul yg sama atau bisa klik link yg ada di bio profil. Terimakasih]

Saving The Male Lead (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang