38 Kecewa

20.7K 3.1K 1.1K
                                    

Hey guys...!!! Welcome back to my storyy...!!!

Gimana kabarnya nih? Kangen gak sama Author? hehehe.... Kalo kangen mana suaranya komen dulu dong!

Okeh, hari ini Author datang bawain kelanjutan Shailene dan Bian yang kalian tunggu tumggu ya guys. seperti biasa sebelum baca kalian wajib tekan vote dan komen dulu, jangan lupa follow author biar dapat banyak info yaah.

Hope you guys enjoy it, let's check this out...

Enjoy and happy reading...

*

*

*

Pagi ini hal yang sudah hampir 2 bulan ini tidak terjadi, kembali terjadi. Hal itu adalah kedatangan Shailene di kelas Fabian.

Dulu Shailene sering sekali mengunjungi kelas Fabian, baik untuk sekedar menyapanya, memberikannya makanan, maupun untuk melabrak siswi-siswi yang genit dengan Fabian. Namun semenjak naik kelas 12, gadis itu tidak pernah lagi menyambangi kelas Fabian seperti dulu. Dan hal itu hari ini kembali terjadi.

Pagi ini tepat jam 7.25 pagi, 5 menit sebelum bel masuk berbunyi Shailene tiba-tiba masuk ke kelas Fabian. Namun tidak dengan raut wajah sumringah dan bahagianya seperti biasa, kali ini dia datang dengan wajah dinginnya.

Semua orang yang ada di kelas itu menahan nafasnya ketika sosok Shailene berjalan mendekati Fabian yang duduk diam di tempatnya. Fabian menatap Shailene dengan pandangan terkejut. Ia kira Shailene sudah berada di kelasnya setelah ia mengantarnya ke sana sebelum masuk ke sini.

"Sha..." gumam Fabian yang kemudian bangkit berdiri.

Shailene tidak mengatakan apapun. Gadis it uterus berjalan mendekat. Ia menatap Fabian yang juga menatapnya dengan tatapan datar. Gadis it uterus mendekat sampai berada tepat di depan Fabian.

Semua orang benar-benar menghentikan aktivitas masing-masing. Baik aktivitas menggosip, bermain game, mengambil foto, ataupun mengerjakan tugas. Perhatian semuanya teralihkan pada Shailene dan Fabian.

Namun mereka semakin tercengang ketika Shailene tidak berhenti di depan Fabian dan justru melewatinya begitu saja. Gadis itu terus berjalan hingga berhenti tepat di depan gadis yang duduk di belakang Fabian. Vania.

Shailene menatap Vania yang sedang duduk diam di bangkunya. Gadis itu tertunduk bingung dan takut.

"Masih nggak tau malu ya lo berangkat ke sekolah ini." ucap Shailene sarkas.

Vania langsung mendongak mendengar ucapan Shailene. Gadis itu perlahan bangkit dari duduknya sambil menatap Shailene bingung.

"Mak-maksud kamu apa Sha?" tanya Vania bingung.

Shailene tersenyum sinis melihat tampang polos Vania.

"Enak ya nanyanya, setelah lo ngancurin keluarga gue dengan gampangnya lo nanya maksud kamu apa?" sinis Shailene.

Vania mengerutkan keningnya menatap Shailene semakin bingung.

"Aku bener-bener nggak ngerti Sha, ngancurin keluarga apa maksud kamu?" tanya Vania semakin bingung. Kedua matanya mulai berair mendapat tatapan intimidasi dari Shailene dan juga atensi dari seluruh teman-teman kelasnya.

"Gila ya lo? Lo nggak nyadar lo tu udah nyebabin nyokap gue pergi selama 2 taun dari rumah? Lo nggak nyadar kalo lo dan nyokap lo udah ngebuat keluarga gue berantakan? Dan dengan nggak tau malunya lo enak-enakan tinggal di rumah gue dan berangkat ke sekolah elit berkat bantuan dari bokap gue? Udah ngerasa jadi tuan putri?" ucap Shailene dengan telunjuk yang menunjuk tepat ke wajah Vania.

Semua yang mendengar ucapan Shailene pun terperangah. Mereka tidak paham dengan situasi saat ini. Kenapa Vania yang menjadi penyebab hancurnya keluarga Shailene? Memangnya keluarga Shailene hancur? Dan sejak kapan juga Vania tinggal di sana?

"Sh-Sha ini semua nggak seperti yang kamu pikir," ucap Vania takut dengan mata berkaca-kaca.

"APA? Lo mau bilang kalo nyokap lo nggak selingkuh sama bokap gue? Lo mau gue buat percaya itu setelah kebungkaman lo selama ini? Lo nggak akan diem aja kalo lo nggak berharap apa-apa!" sentak Shailene.

Vania menangis mendengar tuduhan-tuduhan Shailene.

"Tapi itu semua nggak bener, aku sama ibu nggak pernah ngelakuin itu hiks.." tangis Vania.

"Nggak usah munafik lo! Nyatanya lo sama nyokap lo udah ngebuat keluarga gue berantakan! Apa kalian nggak punya pikiran buat hidup mandiri setelah meninggalnya bokap lo? Apa kalian harus bergantung segitunya sama bokap gue? Kalian pasti punya rencana licik buat nyingkirin gue sama nyokap gue kan?" bentak Shailene emosi.

"Hiks nggak... hiks itu semua nggak bener...hiks" tangis Vania yang semakin menjadi-jadi.

"Jangan sok jadi korban lo! Sok nangis segala! Kemana lo selama ini? Asyik-asyikkan nikmatin harta bokap gue! Asyik menjilat di kaki bokap gue sampe bokap gue jadi begok, nggak punya harga diri lo!" bentak Shailene lagi.

Vania yang mendengar itu semakin menangis kencang.

"NGGAK! ITU SEMUA GAK BENER..!! Hiks, kalian semua jangan percaya hiks hiks..." isak Vania.

"Apanya yang gak percaya? Heh kalian semua yang di sini denger ya, cewek yang ada di depan gue sekarang ini, dia Vania Putri sama ibunya, nggak lebih dari gundik nggak tau diri yang suka menjilat dan menikmati harta bokap gue!" lantang Shailene kepada seluruh penghuni kelas di sana.

Mereka semua yang mendengar sontak terkejut. Tidak menyangka. Hal ini begitu mengejutkan bagi mereka, skandal tentang keluarga Shailene hampir tidak pernah ada. Bahkan mereka baru tahu kalau ibu Shailene sempat pergi selama 2 tahun.

"Shailene cukup!!!" seru Fabian keras.

Shailene menatap Fabian nyalang. Ia tidak pernah menyangka kalau Fabian akan menghentikannya. Kalau Fabian akan membentaknya di depan orang seperti ini. Sakit. Seperti inikah perasaan yang dialami Shailene Mashard selama ini?

[Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin membaca versi lengkapnya bisa ikut PO di bulan januari 2024 tanggal 4 - 20. Kalo udah gak sabar bisa baca lewat eBook di Google Playbook dengan judul yg sama atau bisa klik link yg ada di bio profil. Terimakasih]

Saving The Male Lead (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang