Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!
Gimana kabarnya? Semoga klian sehat yaah karena Author datang bawain kelanjutan ceritanyaaaa...!!!
Sebelum baca kalian wajib banget tekan vote dan komen sebanyak2nya sampe lebih dari 1k yaaah. Oh iya bantuin juga Shasa-Bian biar dapat 300k views yaah.
Oke langsung aja kita masuk ke ceritanya, ambil posisi yg bagus, hope you guys enjoy it, let's check this out...
Enjoy and happy reading...
*
*
*"Apa yang Anda lakukan kepada Mommy saya?" tanya Shailene tajam.
Julian yang mendapatkan tatapan seperti itu dari putrinya bagai tertusuk belati di jantungnya rasanya. Ia menatap nanar anak dan istrinya dengan lemas. Dunianya telah memperlakukannya begitu asing saat ini.
"Pergi dari sini!" usir Shailene memandang Julian sengit.
"Sayang..." panggil Julian memelas.
"Jangan panggil saya seperti itu! Sebaiknya Anda pergi dari sini karena kehadiran Anda sangat tidak diinginkan di sini." usir Shailene sekali lagi.
"Daddy nggak akan pergi dari sini tanpa kalian." balas Julian.
"Dan kami nggak akan pergi kemanapun bersama Anda!" sahut Shailene.
Julian menghela nafas. Putrinya sangat keras kepala seperti dirinya. Tidak ada jalan lain lagi untuk membawa anak dan istrinya pulang ke Indonesia. Julian menatap beberapa orang yang dibawanya dan menganggukkan kepala.
Beberapa orang yang ditatapnya itu segera berjalan mendekat. Namun bukannya berjalan mendekat ke arah Julian, mereka justru mendekat ke arah Shailene dan Renata.
Shailene yang melihat 2 orang berjalan mendekatinya pun menatapnya tajam.
"Mau apa kalian?" tanya Shailene tajam.
2 orang itu tidak mengatakan apapun. Mereka hanya terus berjalan mendekat dan menghampiri Shailene dan Renata.
Shailene terus menatap tajam kedua orang itu yang kini sudah memeganginya dan Renata.
"Berani kalian pegang-pegang gue! Lepasin!" perintah Shailene galak.
Renata yang juga ikut dipegang oleh 2 orang itu pun segera menatap Julian tajam. Suaminya sedang menatapnya dengan tatapan bersalah yang kentara.
"Maafin aku Re," ucap Julian tepat saat Renata merasakan sesuatu yang tajam menyengat di kulitnya.
Renata membelalakkan matanya tidak percaya. Ia menoleh kepada Shailene yang kini meringis kesakitan dan mengutuki orang yang menyuntiknya dengan gumaman lemah. Renata kembali memandangi Julian yang juga terus memandanginya. Ia sama sekali tidak menyangka kalau suaminya tega melakukan ini kepada istri dan anaknya. Mungkin kalau hanya dirinya istri yang tak dianggap ia masih memaklumi, tapi tidak dengan Shailene. Gadis itu adalah putrinya, darah dagingnya sendiri.
"I hate you." ucap Renata dengan semua kebencian yang ada di matanya.
Jleb.
Julian mematung mendengar ucapan Renata. Ucapan penuh kesungguhan yang sanggup membuatnya merasa hancur tanpa bisa berbuat apapun. Seumur hidupnya Renata tidak pernah menatapnya dengan sorot itu, Renata selalu menatapnya penuh cinta hingga itu berubah menjadi sorot kekecewaan 2 tahun lalu, dan puncaknya sorot penuh kebencian saat ini.
Ketika Julian tersadar dari lamunannya ia dapat melihat anak dan istrinya yang sudah tak sadarkan diri di tangan orang-orang suruhannya.
"Minggir!" bentak Fabian sambil mengambil alih tubuh Shailene ke dalam pelukannya dan melayangkan tatapan membunuh ke orang yang tadi menyentuh Shailene.
Julian pun melakukan hal yang sama. Ia segera mendekat dan mengambil alih Renata dari tangan anak buahnya. Ia mengelus wajah Renata yang tak sadarkan diri dalam pelukannya. Wajah yang teramat sangat dirindukannya sejak 2 tahun lalu.
"Ternyata Anda bener-bener pengecut." ucap Fabian tajam sambil menatap Julian yang sedang memandangi istrinya penuh cinta.
Julian melirik Fabian yang sedang memeluk tubuh anaknya posesif. Ia menghela nafas.
"Tidak ada cara lain membawa mereka pulang." ucap Julian.
Julian segera mengangkat tubuh Renata dan segera berdiri.
"Kita pulang sekarang." titahnya sebelum diangguki oleh anak buahnya. Ia menolah dan menatap Fabian yang masih memandanginya dengan tatapan permusuhan.
"Jangan macam-macam dengannya." ucap Julian sebelum berbalik dan segera berjalan keluar dari rumah itu.
Fabian mengeraskan rahangnya menatap kepergian Julian. Benar-benar lelaki brengsek. Ia segera menoleh dan menatap Shailene yang berada dalam dekapannya. Mencium keningnya sebentar sebelum mengangkatnya dan berjalan mengikuti langkah Julian.
***
Perlahan tapi pasti Shailene membuka kedua matanya yang diakhiri dengan mengerjap pelan. Gadis itu menatap sekelilingnya dan menemukan ruangan yang sangat dikenalinya. Bukan. Bukan kamarnya seperti yang kalian pikirkan, melainkan ruang tamu di kediaman Mashard. Tepatnya ia tengah terbaring di atas sofa di ruang tamu. Ayahnya sudah membawanya kembali pulang ke tanah air.
Shailene merasakan sentuhan lembut di kepalanya dan menemukan Fabian yang sedang menatapnya lembut. Fabian menatapnya penuh kelembutan seakan berusaha untuk mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
Shailene tersenyum manis menatap Fabian. Lalu ia kembali teringat kejadian sebelum ia tiba-tiba ada di sini. Shailene segera bangun dan menyadari kalau tubuhnya tidak punya tenaga.
Fabian langsung membantu Shailene bangun perlahan. Menyandarkan tubuh gadis itu dengan tubuhnya sendiri.
Shailene langsung menemukan sosok yang ia cari. Sosok Renata yang terlihat baru siuman, tepat di sampingnya. Dan Julian yang sedang duduk di lantai menghadap ke arah sofa, ke arah mereka.
Shailene memejamkan matanya sejenak untuk mengumpulkan kesadarannya. Fabian memberikan segelas air putih untuk Shailene yang segera diminumnya hingga tandas. Fabian bahkan mengelap sudut bibir Shailene yang dilelehi sisa air minumnya.
"Katakan." ucap Renata memecah keheningan di antara mereka semua setelah hampir 20 menit mereka hanya diam tak bersuara.
Julian tampak mendongakkan kepalanya. Renata sudah duduk dengan pose anggun di hadapannya. Menatapnya lurus tanpa ada kesan hangat di sana.
"Kamu sudah bawa kami dengan cara paling pengecut yang aku tau, sekarang katakan." Ucap Renata lagi.
Julian tampak menelan ludahnya sendiri. Ia menatap Renata lurus, sebelum menoleh kepada Shailene yang sejak tadi diam tak bersuara bersama Fabian. Bi Wulan terlihat berdiri tak jauh dari mereka sambil menunduk. Julian menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia kembali menatap Renata dengan sorot penuh keseriusan.
"3 tahun lalu..." ucap Julian mengawali perkataannya.
[Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin membaca versi lengkapnya bisa ikut PO di bulan januari 2024 tanggal 4 - 20. Kalo udah gak sabar bisa baca lewat eBook di Google Playbook dengan judul yg sama atau bisa klik link yg ada di bio profil. Terimakasih]
KAMU SEDANG MEMBACA
Saving The Male Lead (COMPLETED)
JugendliteraturSeorang youtuber hits, Shailene Olivera harus mati karena terjatuh ke dalam kolam renang dan tersetrum. Lalu dia terbangun dalam dunia aneh yang cuacanya berganti setiap jam dan ternyata adalah dunia novel yang telah dimaki dan dihujat olehnya dalam...