Hey guys...!!! Welcome back to my story...!!!
Gimana kabarnya? Udah kangen sama Bian dan Shailene? Hehehe hari ini kalian bakal dimanjain sama part khusus mereka berdua ya.
Sebelum baca pastikan tekan tombol vote nya yg bentuk bintang biar gak lupa ya. Biar sama2 enak kita guys. Vote sampe 1k ya, Nih buat kalian yg baca ini kalian harus tekan vote sekarang juga. Author tunggu.
Jangan lupa juga buat tinggalin komen lucu2 dari kalian ya guys. Ya asal nggak ngajak ribut aja komennya, karena author kalo komen di cerita orang entah kenapa ada aja orang yg nggak suka dan malah nyuruh author diem guys. Padahal yg author komen itu karakternya, bukan alur ceritanya. Kalian pernah di posisi itu juga nggak guys? Kalo kalian pilih tinggalin ceritanya atau bales komen?
Tapi jangan sampe tinggalin ceritanya sih guys. Hehehe.
Sekarang mari kita ke ceritanya, hope you guys enjoy it, let's check this out...
Enjoy and happy reading...!!!
*
*
*Shailene hanya menatap lurus pemandangan di depannya, mengabaikan Fabian yang sejak tadi tak berhenti menoleh ke arahnya. Ia masih kesal kepada cowok yang berstatus sebagai pacarnya itu. Padahal ia sudah membayangkan akan seperti apa indahnya hari pertama mereka berpacaran. Namun semua itu harus pupus karena tentu saja pacarnya tidak bisa diharapkan. Malah membawanya mengerjakan tugas di perpustakaan.
Shailene juga semakin kesal karena Fabian bukannya membujuknya malah mendiamkannya seperti ini. Ia kan ingin dibujuk dan dirayu, bukannya dianggurkan seperti ini. Shailene sibuk menggerutu di dalam pikirannya sampai tidak sadar kalau mobil yang ditumpanginya sudah berhenti. Dilihatnya rumah Fabian di hadapannya. Ia langsung menoleh ke arah Fabian.
"Hari ini mood kamu udah jelek, kalo kita tetep keluar juga nggak ada gunanya." ucap Fabian tanpa ditanya.
"Terus kamu malah bawa kita pulang?" kesal Shailene. Fabian hanya mengangguk.
"Ck, dasar nggak peka." gerutu Shailene membuka pintu mobil dan keluar lalu membanting pintunya.
Fabian hanya tersenyum kecil melihat tingkah Shailene yang kekanakan. Kemudian ia menyusul Shailene yang sudah berdiri di samping pintu rumah dengan muka tertekuk.
*
Shailene kira dengan Fabian yang membawanya pulang mereka akan sangat kebosanan dengan hanya duduk-duduk bersama. Tapi Fabian benar-benar tak terduga. Ia malah menyuruh Shailene untuk berkebun di belakang rumahnya.
"Sejak kapan Bian punya tanaman-tanaman gini?" heran Shailene yang melihat ke sekelilingnya dimana terdapat 4 baris gundukan tanah yang 2 barisnya sudah tertanam sayuran hijau. Dan sekarang Shailene disuruh menanam tanaman cabai di 2 baris gundukan tanah yang belum berisi tanaman.
"Sejak kamu marah dan nggak mau ketemu aku." jawab Fabian dari ujung lain.
Shailene kaget karena ia kira Fabian tidak akan mendengarnya tapi malah menimpali monolognya yang terbilang pelan menurutnya. Apakah ia berbicara terlalu keras atau Fabian saja yang terlalu memperhatikannya? Entahlah.
"Itu kan belum lama, cuma beberapa hari doang." balas Shailene.
"Iya, maksudnya bikin 2 gundukan tanah ini sama nyiapin bibit-bibitnya." ucap Fabian.
"Terus yang ijo-ijo itu sejak kapan?" tanya Shailene menunjuk 2 gundukan yang sudah terisi sayuran hijau.
"Udah lama, kamu aja yang nggak tau." jawab Fabian santai.
"Hmm... eh ada cacing! Bian ada cacing! Euwwhh." keluh Shailene yang melihat cacing tanah mencuat dari gundukan tanah di depannya. Ia berdiri dan segera menjauh dari gundukan tanah tersebut.
Fabian mendekati gundukan tanah yang ditunjuk Shailene dan justru mengubur cacing yang mencuat tadi dengan tanah.
"Cacing bikin tanahnya jadi makin subur, nggak papa kalo ada cacing." ucap Fabian.
"Ayo tanam lagi." ajak Fabian sambil menatap Shailene yang sudah cukup jauh dari tempat itu.
"Nggak! nanti ada cacing lagi!" balas Shailene sambil menggeleng.
Fabian tersenyum mendengar jawaban Shailene. "Nggak papa, cacingnya nggak gigit." ucapnya.
"Tetep aja! aku jijik liatnya!" balas Shailene setengah berteriak.
Hal itu membuat Fabian terkekeh geli. Kali ini ia mendekat pada Shailene, menggenggam tangannya sembari memberi tatapan meyakinkan.
"Nggak aka nada cacing lagi kok, percaya sama aku." ujar Fabian meyakinkan.
"Beneran?"tanya Shailene yang salah fokus karena genggaman tangan Fabian.
Fabian mengangguk dan membawa Shailene untuk kembali berkebun bersamanya. Fabian berjongkok dengan Shailene di sampingnya. Ia membuat lubang dan membiarkan Shailene mengisi lubang itu dengan benih cabai, lalu ia menutupnya. Mereka berkebun dengan tenang sampai tiba-tiba Fabian menyodorkan seekor cacing tanah ke dekat tangan Shailene yang sedang menabur benih.
"Ih Cacing!! AAA!! BIAN!!" teriak Shailene yang langsung berdiri dan menumpahkan semua benih yang ia pegang.
[Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin membaca versi lengkapnya bisa ikut PO di bulan januari 2024 besok. Kalo udah gak sabar bisa baca lewat eBook di Google Playbook dengan judul yg sama atau bisa klik link yg ada di bio profil. Terimakasih]
KAMU SEDANG MEMBACA
Saving The Male Lead (COMPLETED)
Teen FictionSeorang youtuber hits, Shailene Olivera harus mati karena terjatuh ke dalam kolam renang dan tersetrum. Lalu dia terbangun dalam dunia aneh yang cuacanya berganti setiap jam dan ternyata adalah dunia novel yang telah dimaki dan dihujat olehnya dalam...