Hello guys...!!! Welcome back to my story...!!!
Gimana kabarnya? Kangen gak sama Author? Sama Shailene & Fabian? Author datang hari ini untuk kalian semuaa....
Part ini spesial karena part ini setengah kali lebih banyak dari part biasanya ya, ada 3000 kata di part ini yg siap menemani kalian nih, jadi cari posisi terbaik dan baca pelan-pelan yah...
Tapi sebelum baca, kalian wajib banget tekan vote dan komen di sini ya, jangan malas2 komennya ya guys... Biar cerita kita eksis terusss...!!!
Oke, hope you guys enjoy it, let's check this out...
Enjoy and happy reading...
*
*
*Shailene menata makanan yang telah ia buat di atas meja. Pagi ini ia bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan spesial yang kini ia sajikan di atas meja makan. Gadis itu menatap puas makanan yang telah tersaji di atas meja. Sandwich, nasi uduk, omlet keju, dan berbagai sambal di atasnya, tak lupa 3 gelas susu, 3 gelas jus jeruk dan 3 gelas air putih.
Renata memasuki area meja makan dan terkejut melihat putrinya yang sudah menyambutnya dengan berbagai hidangan di atas meja.
"Wow, apa ini? My princess udah nyiapin semua ini sendiri?" tanya Renata terkejut.
"Sure, special breakfast for my family." Jawab Shailene senang.
Renata memicingkan alisnya tampak berpikir mendengar jawaban Shailene.
"Apa ada yang spesial hari ini?" tanya Renata penasaran.
Shailene hanya menjawab dengan sebuah senyuman penuh makna.
Shailene telah memikirkan tentang bagaimana nasib keluarganya semalaman. Setelah mendengar apa yang dikatakan Ryan, ia sadar kalau keluarganya hanyalah korban dari perbuatan Mahendra, ayahnya Vania. Dan itu diperparah dengan kebodohan Julian yang justru menutupi hal seperti itu dari keluarganya. Setelah menimbang semua hal, baik dari sisi Renata maupun Julian, juga dirinya sendiri di posisi anak, ia pikir sudah saatnya untuk memperbaiki apa yang telah rusak. Ketika ia melihat bagaimana Julian berusaha untuk membangun komunikasi dengan Renata, ia tahu kalau Renata telah menutup seluruh akses komunikasi itu. Kalau seperti itu terus bagaimana keluarga ini akan membaik?
Tapi tentunya Shailene juga telah memikirkan cara untuk membuat Julian dan Renata baikan dengan cara yang tidak terlalu mudah. Seperti yang Renata bilang, harus ada perjuangan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Maka Shailene akan membuat Julian bodoh itu untuk berpikir dan berjuang meraih keluarganya kembali. Tentu saja itu semua dimulai dari hal yang paling sederhana, dan dimulai dari Shailene sendiri. Seperti sarapan pagi ini.
"Daddy mau nyoba ini?" tanya Shailene pada Julian yang sedari tadi tampak diam melamun.
"A-apa? Oh iya boleh." jawab Julian yang terkejut mendapat pertanyaan Shailene, karena ini adalah pertama kalinya putrinya membuka percakapan padanya setelah seminggu berlalu.
"Ini namanya nasi uduk, enaknya kalo dimakan sama sambel ini, terus ditambah kerupuk, sama satu lagi, ditambah omlet, nah Daddy cobain, pasti rasanya enak," ucap Shailene sembari mengambilkan makanan dan menyerahkannya pada Julian.
Julian tampak terperangah dengan kelakuan Shailene. Rasanya begitu hangat ketika melihat bagaimana putrinya bersikap begitu manis padanya pagi ini. Sudah lama sekali ia tidak mendapat perlakuan seperti ini dari Shailene, dan semua itu karena dirinya sendiri.
"Makasih Sayang." ucap Julian lirih dengan mata berkaca-kaca.
Shailene hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Pandangannya beralih kepada Renata yang juga tampak terkejut melihat bagaimana sikap Shailene hari ini.
"Mommy juga coba, ini resep Shasa dapetin dari eksperimen sendiri, udah dicoba sama mbak-mbak di dapur, mereka bilang enak, jadi Mommy harus cobain juga." ucap Shailene yang sibuk mengambilkan makanan untuk Renata.
Renata tampak tersenyum dengan wajah terkejut yang masih belum hilang. Ia menerima makanan yang diberikan Shailene dengan senang hati. Diliriknya Julian yang sedang memandangi Shailene dengan mata berkaca-kaca.
"Makasih Sweetheart." ucap Renata lembut.
Shailene tersenyum manis mendengar ucapan Renata. Ia mulai mengambil sendiri makanan untuknya.
"Ayo makan!" ajak Shailene semangat.
Keluarga itu memulai sarapan dengan suasana berbeda dari biasanya. Shailene yang tampak ceria itu membangun suasana menjadi hangat, tidak terlalu canggung seperti biasanya. Shailene berharap kehangatan ini akan menjadi awal yang baik untuk memperbaiki keluarga mereka.
***
"Aku mau pake baju warna pink, kok kamu yang ribet sih?" kesal Kiki yang tampak sedang berdebat dengan Rio.
"Eh cengeng, baju pink lo tu nggak cocok sama kaos item gue! Gue mau pake jins sama kaos kesayangan gue!" balas Rio tak mau kalah.
"Kok item sih? Kayak teroris aja, nggak cocok sama lagu kita!" kesal Kiki.
"Lah lo kira pink cocok sama lagu kita?" balas Rio semakin kesal.
"Dodi kamu mau pake baju apa?" tanya Kiki mengalihkan tatapannya pada Dodi yang sedang membaca buku.
"Hmm, pake kemeja kayaknya." jawab Dodi kalem.
"Warnanya apa?" tanya Kiki lagi.
"Kemejaku yang paling bagus warna kuning." Jawab Dodi santai.
Baik Kiki maupun Rio sama-sama meringis mendengar jawaban Dodi.
"Kuning? Nggak ada yang lebih mending apa?" cibir Rio.
"Itu yang paling bagus." jawab Dodi lagi tersenyum kecil.
"Aji kamu mau pake baju apa?" tanya Kiki kini beralih pada Ajisaka yang tampak bosan mendengarkan percakapan mereka.
"Mungkin hoodie." jawab Ajisaka.
"Warna?" tanya Kiki lagi.
"Mungkin biru." jawab Ajisaka lagi.
"Kok mungkin terus? Yang pasti dong!" kesal Kiki.
"Dari obrolan kalian dari tadi, nggak mungkin bakalan pake baju itu," jawab Ajisaka.
"Apanya yang nggak mungkin?" tanya Shailene yang baru datang dan melihat teman-temannya tengah membicarakan sesuatu.
"Shasa! Pas banget kamu dateng! Kita lagi ngomongin baju buat dipake tampil besok!" ujar Kiki semangat.
Shailene tersentak. Karena masalah keluarganya ia bahkan telah melupakan acara pengambilan nilainya yang telah menghabiskan banyak waktu untuk mempersiapkannya selama ini. Dan apa kata Kiki barusan? Penampilannya besok? Astaga ia bahkan belum menyiapkan tentang kostum yang akan mereka pakai.
"Jadi apa hasil dari omongan kalian?" tanya Shailene mencoba mempercayakan masalah kostum kepada teman-temannya.
"Aku mau pake baju pink, Rio mau pake kaos item, Dodi mau pake kemeja kuning, terus Aji mau pake hoodie biru." jawab Kiki tampak ragu.
Shailene menganga mendengar jawaban itu. Kenapa orang-orang ini bisa berpikiran begini?
"Kalian serius mau pake baju sama warna itu?" tanya Shailene memastikan.
"Baju aku yang paling bagus yang itu Sha." jawab Kiki. Diangguki oleh Dodi.
"Gaya gue paling keren kalo pake item." timpal Rio.
Lagi-lagi Shailene meringis mendengar jawaban teman-temannya.
"Hahh, kenapa nggak sekalian aja kalian nyuruh gue pake baju merah biar kayak power ranger." sarkas Shailene.
Kiki tampak terkejut. "Oh iya juga ya, iya pas banget, jadi konsep kita power ranger?" tanyanya dengan wajah polos.
Shailene menepuk keningnya sambil menghela nafas. Ia harus merombak konsep yang sudah dibuat teman-temannya demi penampilan yang akan menghantarkannya mendapatkan nilai A.
[Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin membaca versi lengkapnya bisa ikut PO di bulan januari 2024 besok. Kalo udah gak sabar bisa baca lewat eBook di Google Playbook dengan judul yg sama atau bisa klik link yg ada di bio profil. Terimakasih]
KAMU SEDANG MEMBACA
Saving The Male Lead (COMPLETED)
Teen FictionSeorang youtuber hits, Shailene Olivera harus mati karena terjatuh ke dalam kolam renang dan tersetrum. Lalu dia terbangun dalam dunia aneh yang cuacanya berganti setiap jam dan ternyata adalah dunia novel yang telah dimaki dan dihujat olehnya dalam...