18 Muncul Dimana-mana

22.6K 3.5K 677
                                    

Hey Guyss!!! Welcome back to my storyyy...!!!

Hai.. Ayo ikutan PO Saving The Male Lead sebelum ketinggalan ‼️

Cuma sampai tanggal 20 Januari 2024 aja 🔥
*

*

*

Fabian berjalan keluar dari kelasnya bersama anak-anak yang lain. Dengan langkah panjangnya, Fabian berjalan santai dengan membawa ransel hitamnya. Ia berniat akan menunggu gadis pembawa bekalnya berharap gadis itu belum pulang dan meninggalkan sekolah. Itu semua memenuhi pikiran Fabian saat ini sampai sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Fabian!" teriak seorang gadis.

Fabian menoleh dan menemukan gadis yang mengambil tempat duduk lamanya sudah berlari mengejarnya yang hanya berjalan santai. Sepertinya langkahnya terlalu lebar untuk dikejar gadis itu. Tapi melihat siapa yang mengejarnya membuat pikiran cerahnya memburuk. Wajah datarnya yang sudah mengeluarkan aura bersahabat kembali datar sedater papan gilasan dengan aura suram.

Vania sudah sampai di depan Fabian yang kini menatapnya menunggu apa yang akan dikatakan olehnya.

"Fabian aku mau ngomong sesuatu," ucap Vania.

Fabian masih diam menunggu apa yang akan dikatakan Vania.

"Aku..., kamu gak marah kan aku panggil?" tanya Vania tiba-tiba.

Fabian hanya diam memandangi Vania yang kini malah terlihat gugup dan salah tingkah.

"Mereka liatin kita, aku..aku gak salah kan kalo panggilin kamu?" Vania menatap sekelilingnya.

"Mereka kayaknya gak suka aku ngomong sama kamu, ap-apa kita ngomong di tempat lain aja?" lanjut Vania lagi diakhiri dengan pertanyaan retoris.

"Gi-gimana kalo kita ngomong sambil jalan?, kamu ma.., Bian?" perkataan Vania tidak selesai karena Fabian sudah kembali berjalan meninggalkannya.

"Bian kamu kok pergi?" kejar Vania setengah berlari.

"Udah gue bilang jangan panggil gue begitu," ujar Fabian tanpa menoleh pada Vania.

"Ma-maaf, aku lupa..," ucap Vania dengan perasaan tidak enak.

"A-aku mau ngomong sesuatu," lanjutnya lagi.

"Daritadi udah ngomong," balas Fabian.

"M-maaf," Vania menekuk wajahnya mendengar perkataan datar Fabian.

"Cepet kalo ngomong," perintah Fabian.

"Ak-aku mau minta maaf sama kamu," ucap Vania.

"Daritadi juga udah minta maaf," komentar Fabian.

"Ah maaf," Vania kembali meminta maaf dengan wajah semakin murung.

"Maaf lo berulang, maksud dan tujuannya apa?" selidik Fabian.

"Aku gak ada maksud apa-apa!, aku beneran mau minta maaf, temen-temen di kelas gak suka aku ngomong sama kamu, kalo kamu gak suka juga aku minta maaf," balas Vania cepat.

"Hm," Fabian membalas hanya dengan deheman.

"Sebenernya aku berharap kamu bisa jadi satu-satunya temen aku," tambah Vania lagi.

Fabian mengernyitkan alisnya. Kenapa Vania bisa berpikir begitu? apa dirinya kelihatan baik untuk bisa dijadikan seorang teman? satu-satunya pula?. Tapi mengingat selama ini banyak gadis yang berperilaku hampir mirip seperti ini membuat Fabian paham. Sepertinya Vania ini tertarik padanya, sama seperti yang lain. Lalat yang ke sekian.

Saving The Male Lead (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang