42 You Are The Reason

27.5K 3.5K 987
                                    

Hey Guyss...!!! Welcome back to my storyyy...!!!!

Gimana kabar kalian?? Kangen sama author nggak???

Setelah lama Author istirahat akhirnya sekarang Author datang lagi guysss..... Terima kasih buat yang nungguin dengan sabar yaaa. love you...

Oke, kita masuk aja chapter spesial, hope you guys enjoy it, let's check this out..

Enjoy and happy reading...

*

*

*

"And I will try... to fix you..." tutup Shailene menatap lurus ke depan, tepat di posisi Fabian berdiri saat ini.

Ya, Shailene akan mencoba. Mencoba memperbaiki semuanya, keluarganya, dan juga Fabian yang telah ia sakiti.

Fabian menatap lurus Shailene yang kini tengah menatapnya dengan binar kesungguhan. Cowok itu memandang gadis yang kini tengah menjadi sorotan itu tak lepas sedikitpun. Bahkan konsentrasinya tidak terganggu dengan riuhnya tepuk tangan serta sorakan para penonton di sana.

Shailene dan teman-temannya turun setelah Ajisaka mengucapkan terima kasih dan beberapa patah kata mengenai kerja keras mereka dan makna lagu.

"Yeahh!" seru Shailene dan teman-temannya setelah menyelesaikan penampilan mereka yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari.

Shailene menghampiri adik kelasnya yang tengah menjaga kamera dan menanyakan bagaimana penampilannya. Adik kelas itu menjawab dengan acungan jempol di kedua tangannya. Membuat Shailene semakin puas dengan reaksi orang-orang atas penampilannya.

"Semoga gue bisa jadi your light buat nuntun lo pulang," ucap Ryan yang tiba-tiba datang menghampiri Shailene. Cowok itu menggunakan kaus hitam yang dipadukan dengan kemeja biru dan celana hitam. Rambutnya juga ditata sedemikian rupa membuatnya terlihat semakin menawan.

Shailene menoleh dan mengangkat kedua alisnya menandakan kebingungannya mendengar ucapan Ryan.

"Fix you. Ternyata lo bawain lagu itu, relate sama keinginan lo buat perbaiki keadaan," lanjut Ryan.

Shailene mengerutkan keningnya kali ini. Kenapa Ryan bisa menangkap maksud dan perasaannya saat ini? Apakah itu karena mereka saling mengerti keadaan satu sama lain?

"Anyway, penampilan lo bagus banget, pembagiannya rata dan nggak berlebihan, komposisinya pas. Gue yakin kalian bakal dapet nilai tertinggi sih." tambah Ryan lagi.

Shailene menghela nafas dan tersenyum. "Makasih ya." akhirnya hanya itu yang dapat Shailene katakana sebagai balasan dari semua ucapan Ryan.

"Hah? Gak salah denger gue? Lo ngucapin makasih ke gue?" heran Ryan dengan raut wajah terkejut.

"Ngerusak suasana aja lo!" kesal Shailene.

"Hey... Gue beneran nggak nyangka lo bakalan bilang makasih ke gue, lo kan cewek arogan yang manja." balas Ryan.

"Nyebelin banget lo! Mau ngancurin mood gue yang lagi bagus ini hah?" balas Shailene semakin kesal.

"Eh bukan gitu maksud gue, becanda doang elah... hehehe Lo kan bidadari Sirius yang udah ditakdirkan jadi pasangan gue, masa gue mau bikin mood lo ancur sih." elak Ryan.

"Dalam mimpi lo!" balas Shailene yang langsung pergi meninggalkan Ryan.

Ryan hanya tertawa kecil melihat betapa lucu dan menggemaskannya tingkah Shailene.

"Jangan lupa perhatiin gue tampil abis ini!" teriak Ryan yang tak diharukan Shailene.

***

Seperti yang dikatakan Ryan sebelumnya, cowok itu tampil setelah penampilan membosankan kelas 12 IPA 2 yang memilih lagu heart attack tapi dinyanyikan dengan nada dan ekspresi datar.

Ryan maju bersama 4 orang lainnya menyanyikan lagu Numb yang menghebohkan penonton dengan suara menggelegar yang kuat tapi fals. Sebenarnya bukan suara Ryan yang membuat sakit telinga, tapi salah satu temannya yang perempuan menyanyikan reff dengan begitu bersemangat tidak perduli nadanya salah atau benar, bahkan suaranya crack juga tak ia pedulikan. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Ryan untuk menyanyi. Ia tetap menyanyi dengan suaranya yang biasa-biasa saja sampai akhir penampilan dan langsung disoraki penonton di sana.

Setelah penampilan gila Ryan dan teman-temannya, ternyata Vania maju bersama teman-temannya. Jika biasanya sebuah kelompok terdiri dari perempuan dan laki-laki, tapi tidak termasuk pada kelompok Vania, karena kelompok itu hanya terdiri dari perempuan saja. Entah mereka sengaja bertukar atau bagaimana yang jelas saat ini hanya ada 5 perempuan di atas panggung. Kali ini mereka membawakan lagu dari penyanyi tanah air, berjudul Teruskanlah.

"Pernahkah kau tak salah? Tapi disalahkan... Tak diberi kesempatan..." lantun Vania dengan ekspresi begitu terluka saat menyanyikannya.

Shailene yang mendengarnya mencibir dalam hati. Dasar playing victim. Betapa tidak tahu dirinya kalau Vania benar-benar merasa seperti itu. Dan kenapa lagu yang dinyanyikan harus memiliki lirik seperti itu? Kalau yang menyanyi bukan Vania mungkin akan terdengar begitu indah dan menyayat hati, dilihat dari teman-teman Vania yang bernyanyi dengan sungguh-sungguh. Tapi karena ada Vania, lagu ini jadi terdengar begitu memuakkan. Tidak hanya dengan suaranya yang terlalu mendayu-dayu, tapi ekspresinya yang terlihat begitu kesakitan akan ketidak adilan ini juga begitu membuat Shailene yang melihatnya begitu muak. Sayang sekali orang-orang yang satu kelompok dengan Vania, bakatnya tertutupi oleh aura tidak tahu diri dari satu orang.

Shailene memang sudah mengetahui kenyataan tentang semua kesalah pahaman ini. Tapi entah kenapa rasa tidak sukanya kepada Vania tidak bisa hilang begitu saja. Apalagi kalau melihat wajah tidak bersalahnya itu.

[Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin membaca versi lengkapnya bisa ikut PO di bulan januari 2024 besok. Kalo udah gak sabar bisa baca lewat eBook di Google Playbook dengan judul yg sama atau bisa klik link yg ada di bio profil. Terimakasih]

Saving The Male Lead (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang