43 Take Care of Yourself

10K 1.4K 296
                                    

Hey guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Gimana kabar kalian? Kangen sama Author gak???

Setelah satu tahun berlalu akhirnya Author datang lagi melanjutkan projek yang selama ini terbengkalai karena ini dan itu.

BTW karena masih suasana lebaran, Author mau mengucapkan selamat lebaran buat semua temen-temen yang merayakan dan mohon maaf lahir dan batin yaa...🙏

Kalo gitu langsung aja ke ceritanya buat semua pembaca Saving The Male Lead semoga masih pada inget ceritanya ya. Kalo lupa bisa baca ulang kok dari awal hehehe...

Hope you guys enjoy it, let's check this out

Enjoy and happy reading...

*

*

*

Berita tentang Fabian yang mengungkapkan isi hatinya kepada Shailene telah menjadi trending topic di seantero SMA Sirius. Peristiwa itu ternyata tak hanya diabadikan oleh kamera Shailene, tetapi juga kamera ponsel masing-masing orang yang ada di sana. Hal itu membuat peristiwa itu tersebar ke seluruh penghuni sekolah.

Shailene yang sedang berbaring santai di atas ranjangnya tak henti melihat isi percakapan grup siswa di sekolahnya. Senyuman lebar tak kunjung luntur dari bibirnya. Tentu saja karena berita tentangnya dan Fabian yang tak ada habisnya menjadi topik pembicaraan dalam percakapan itu.

Memikirkan tentang peristiwa tadi sore memang sangat mendebarkan. Bahkan Shailene masih bisa merasakan tubuhnya yang panas dingin berdiri di hadapan teman-temannya menjawab Fabian yang terasa begitu mengintimidasi. Shailene masih bisa merasakan pelukan itu. Begitu hangat, begitu nyaman, terasa sangat melindungi, dan terasa seperti rumah untuknya. Oh Fabian, Shailene bahkan sudah merindukannya sekarang.

Senyuman bodoh masih menghiasi wajah Shailene sampai gadis itu menyadari sesuatu dan langsung membuka kolom percakapannya dengan Fabian. Kolom itu hanya menampilkan isi pesan Fabian yang meminta bertemu dengannya 2 hari yang lalu. Tentu saja itu adalah pesan hari Jumat yang baru dibuka Shailene hari ini. Shailene menghela nafas mengingat dirinya yang sangat kekanakan. Bahkan pesan dari Fabian benar-benar dia abaikan sampai hari ini. Dan sejak dirinya menemukan Fabian di bawah pohon itu, Fabian sama sekali belum mengiriminya pesan apapun. Kenapa tiba-tiba cowok itu berhenti mengiriminya pesan? Apa karena dirinya sudah kembali jadi Fabian berpikir kalau Shailene akan kembali mengiriminya pesan seperti biasa?

Mengingat hal itu Shailene memajukan bibirnya kesal. Kalau dia mengirimkan pesan duluan kepada Fabian, maka Fabian akan menganggapnya gampangan. Tidak bisa dibiarkan! Meskipun mereka sudah baikan, bahkan sudah menjadi sepasang kekasih, tetapi Shailene tidak akan bersikap murahan lagi, ia harus bersikap mahal untuk saat ini! Iya benar sekali!

Ah mengingat besok adalah hari senin dan Fabian juga tidak mengiriminya pesan, lebih baik ia mengerjakan tugas saja untuk besok. Setidaknya isi otaknya tidak hanya dipenuhi oleh Fabian kan?

***

Pagi ini Shailene datang ke sekolah dengan wajah kusut meskipun sudah ia tutupi dengan make up. Tentu saja, rencana mengerjakan tugas gagal sudah. Ia berakhir tidak tidur semalaman karena isi otaknya hanya memikirkan Fabian dan betapa manisnya cara cowok itu menembaknya kemarin. Ah dia sudah gila.

Seperti biasa, setiap hari senin setiap upacara mengadakan kegiatan rutin upacara bendera yang diikuti oleh seluruh penghuni sekolah. Shailene sudah berdiri di barisan paling belakang dengan wajah kusutnya.

"Sha, kenapa wajah kamu kusut banget?" tanya Kiki yang ikut berbaris di samping Shailene.

"Gue nggak bisa tidur semalem Ki." jawab Shailene lesu.

"Loh kenapa? Ah aku tau, pasti karena mikirin Fabian ya? Iya kan?" tanya Kiki antusias.

Shailene menjawabnya dengan anggukan lemas.

"Aww, Shasa harus semangat! Apalagi hari ini Fabian bakal nyerahin jabatannya ke adik kelas, pasti dia bakal muncul di depan nanti." ujar Kiki dengan semangat.

"Iya lo bener Ki." balas Shailene tersenyum mengingat acara pelantikan pengurus OSIS yang baru hari ini.

Shailene mengikuti upacara dengan malas, apalagi saat kepala sekolah menyampaikan ceramahnya yang tak kunjung usai. Kebosanan Shailene terbayar dengan munculnya sosok sang pujaan hati yang saat ini muncul di depan mereka. Wajah mengantuknya seketika berbinar cerah.

Fabian menyerahkan jabatannya kepada adik kelas mereka yang telah terpilih menjadi ketua osis berikutnya. Senyum Shailene semakin mengembang mengingat setelah ini waktu Fabian tidak akan banyak tersita seperti saat masih menjabat sebagai ketua osis.

Namun semua kebahagiaan Shailene ternyata tak membuat tubuhnya kembali bugar seperti biasanya karena gadis itu kini merasakan kakinya gemetar di bawah sana. Belum lagi beberapa air dingin terasa mengalir di pelipisnya. Apakah ini yang disebut keringat dingin? Padahal cuaca saat ini sedang panas, kenapa ia malah berkeringat dingin?

Shailene tidak mengerti kenapa tiba-tiba pandangannya mulai menghitam di sudut-sudut penglihatannya. Tak hanya itu, objek penglihatannya pun kian memburam yang perlahan-lahan berubah menjadi siluet. Nafasnya kian tersengal-sengal tanpa sebab. Shailene tidak mengerti apa yang terjadi saat kini tubuhnya sudah terduduk di lapangan dengan nafas tersengal dan penglihatan yang semakin menggelap. Ia dapat mendengar suara Kiki yang memanggilnya, tapi ia tak dapat menjawab apapun karena bibirnya seakan tidak memiliki tenaga untuk sekedar mengatakan sesuatu.

Shailene masih bisa merasakan ketika tangannya ditarik seseorang dan tubuhnya yang terangkat dari lapangan, namun ia tidak dapat mengenali siapa orang yang melakukannya karena penampakannya hanya seperti siluet dengan beberapa cahaya memancar di sekitar tubuhnya. Sungguh aneh. Selanjutnya Shailene sudah tidak dapat merasakan apapun lagi. Ia telah kehilangan kesadarannya.

[Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin membaca versi lengkapnya bisa ikut PO di bulan januari 2024 besok. Kalo udah gak sabar bisa baca lewat eBook di Google Playbook dengan judul yg sama atau bisa klik link yg ada di bio profil. Terimakasih]

Saving The Male Lead (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang