Jogja 2021Suasana kafe cukup ramai. Arin yang sedang libur, ikut turun tangan membantu para karyawan di kafe milik sahabatnya itu.
"Bu Boss masih di rumah orang tuanya ya, Rin?"
Arin mengangguki pertanyaan Binar. Gadis yang kini berjilbab itu menyemprotkan facial mist ke wajahnya kemudian mendesah lega.
"Seger banget," desahnya.
"Capek ya?" tanya Binar sembari menyodorkan segelas lemon tea.
"Enggak sih, gerah doang."
"Bin, kopi item dong."
Binar mengalihkan perhatian pada pelanggan yang baru datang itu. Pria berkaos hitam dengan celana krem itu berdiri di samping Arin yang tengah menyedot es teh lemonnya.
"Jam segini udah ngopi aja."
"Gue belum tidur dari kemarin."
Pria itu duduk di kursi depan mini bar. Arin tak sengaja menoleh di saat yang sama dengan sang pria menoleh padanya.
"Kalau belum tidur ya tidur bukan ngopi," kelakar Binar.
Arin tersenyum tipis dan beranjak dari kursi yang didudukinya.
"Bin, kalau full lagi panggil ya. Aku balik dulu," kata Arin.
"Oke, Rin. Makasih ya, Arin!"
Arin mengacungkan jempol. Pria tadi masih menatap Arin yang terlihat begitu berbeda. Jauh lebih dewasa dan kalem.
"Namanya Arina, dia temennya bu Bos. Tinggal sama bu Bos. Kerja di JIH, entah psikolog entah psikiater, aku nggak paham," terang Binar sembari menyodorkan kopi pada Riko.
"Oh." Riko menyesap kopinya.
"Mas Bin, Arin ada nggak?" salah satu junior Riko tiba-tiba mendekat dan bertanya setengah beteriak pada sang barista.
"Barusan cabut."
"Oh, oke. Makasih," jawab Eza sembari membawa sesuatu di tangannya dan pergi ke arah yang sama dengan menghilangnya Arin tadi.
"Jadi, orang di tempat Mbak Kay yang diawasi itu Arina?" tanya Riko pada Binar.
Pemuda tadi mengangguk. "Kata pak bos begitu."
Sementara itu, Eza tengah mengetuk pintu yang baru tertutup lima menit lalu.
"Ariiin!" teriak pria itu sembari mengetuk pintu.
"Iyaaa!" jawab Arin.
Satu tangannya menggendong kelinci berwarna putih yamg baru dibelinya dua hari lalu itu.
"Taraaaaaaa!!! Ini diaaa kandang barunya!"
Eza menunjukkan benda berbungkus plastik di tangannya.
"Waaaa!! Buruan unboxing, buruan!" pekik Arin kegirangan.
Eza segera membuka bungkus plastik yang melapisi kandang bercat ungu muda itu.
"Babi, nih rumah baru kamu. Bentar aku ambilin si Bubu dulu," kata Arin sembari meletakkan kelinci putih bernama Babi itu di kandang yang baru.
"Aku ambilin minum dulu ya," kata Eza pada si kelinci sembari menghidupkan kran yang berada tak jauh dari pintu.
Tak lama Arin kembali keluar.
"Eh, eh! Babi!!! Babi lepaas!" Arin menyerahkan Bubu pada Eza dan mengejar Babi.
"Babi!" teriak Arin sembari berlari mengejar kelinci yang melompat-lompat ke arah kafe itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green or Pink (END)
Romansa"Bu, besok aku mau punya seragam hijau. Foto cantik, sama Abang." "Kenapa hijau?" "Karena Abang seragamnya hijau. Kata Abang, seragam istrinya juga hijau. Kan Arin besok gede jadi istri Abang." "Arin, Arin. Jangan suka warna hanya karena seseorang...