Beberapa bulan kemudian ....
Riko sedari tadi mengamati dua orang wanita yang tengah berdiri di dekat parkiran motor, kantornya. Seragam pink yang mereka kenakan cukup memberitahukan identitas mereka.
"Hmm, nggak di rumah, nggak di sini, seragam mereka sama mulu, ya?"
Riko terkekeh mendengar atasannya bergurau.
"Ya, kalau kata mereka, kami kan bestie," ucap Riko sembari menirukan cara bicara sang istri.
Dua pria gagah berseragam coklat lengkap dengan topi dan atribut yang berjajar di sana, melangkah ke arah yang sama.
"Ayaaah!" teriak si kembar yang menyadari kedatangan sang ayah.
Elea dan Ero berlomba lari ke arah ayah mereka. Riko tersenyum melihat tingkah dua balita putra seniornya.
"Ngiri ye, ngiri?" sindir Kayla.
"Enggak Bu, enggak," jawab Riko sembari menerima uluran tangan sang istri.
Dengan lembut ia mengecup kening Arin, begitu juga Eijaz yang kini menyejajari Kayla, mengecup pujaan hatinya sembari menggendong putra kembarnya.
"Ayah, Ayah, ayo beli eskim!"
Rengekan khas anak kecil terdengar riuh ketika dua balita duplikat Kayla itu merecoki sang ayah. Elea memaksa sang ayah menatapnya dan memegangi wajah sang ayah, sementara Ero berteriak memastikan sang ayah mendengar ucapannya.
Kayla tertawa melihat suaminya disiksa anak mereka.
"Setinggi apapun jabatanmu di kantor, kalau di rumah, tetep, kalah sama anak-anak," kata Kayla.
Riko tertawa, melihat atasannya tak berdaya karena ulah bocah tiga tahun itu.
"Mas, pulang yuk. Aku ngantuk," rengek Arin.
"Ngantuk? Perasaan kamu tidur mulu deh, Yank."
Kayla yang mendengar perdebatan kecil bekas pengantin baru itu terkikik.
"Udah sana pulang. Di rumah aku udah ada yang bantuin, Arin biar istirahat di rumah."
Karena istrinya terus merengek, Riko pun menurut. Ia bahkan menolak ajakan atasannya untuk mampir makan bersama sebelum pulang karena Arin sudah hampir tettidur di pelukannya.
Sesampainya di rumah, Riko mencoba membangunkan Arin dan istrinya sama sekali tak mau bangun. Alhasil, pria yang baru saja naik pangkat itu membopong sang istri sampai ke kamar mereka.
"Sayang, ganti baju dulu ih."
Arin menggeleng. "Mau pake ini aja."
"Nggak gerah apa?" tanya Riko sembari melepas seragam miliknya dan mengganti dengan kaos.
"Ya gerah tapi tapi tapi, biar semua orang tahu aku sekarang jadi ibu-ibu pinky," ucap Arin dengan mata tertutup.
Riko terkekeh mendengar ocehan sang istri.
"Katanya, nggak suka sama pink? Katanya nggak bangga punya suami berseragam?"
Pria itu merebahkan tubuhnya di samping tubuh mungil istrinya. Memeluk Arin yang masih mengenakan seragam pink.
"Ya gimana ya, setelah ngikutin acara tadi aku jadi sadar, apa salahnya sih bangga sama suami? Ternyata, lakiku gagah juga kalau lagi berseragam. Lumayan juga naik pangkat."
Riko terkekeh. "Kamu nggak ngucapin selamat ke aku?"
"Selamat? Ng ... Oh iya, lupa, selamat ya, naik pangkat dua kali dalam sebulan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Green or Pink (END)
Romance"Bu, besok aku mau punya seragam hijau. Foto cantik, sama Abang." "Kenapa hijau?" "Karena Abang seragamnya hijau. Kata Abang, seragam istrinya juga hijau. Kan Arin besok gede jadi istri Abang." "Arin, Arin. Jangan suka warna hanya karena seseorang...