Riko terbangun saat ia merasakan hawa dingin menusuk kulitnya. Ia lupa jika tengah bertelanjang dada sedang AC menyala. Tak ia temukan Arin di sampingnya.
"Sayang?" panggilnya sembari berjalan ke arah kamar mandi.
Tak ada jawaban. Seketika ia panik. Segera pria itu keluar dari kamar. Rumah yang mendadak sepi setelah ditinggal pergi oleh para tamu bakda isya tadi, semua gelap. Hanya lampu remang di atas ruang TV dan layar 48 inch menampilkan siaran berita tengah malam yang terlihat.
"Sayang?" panggil Riko lagi.
Ia tak mendapati jawaban dari orang yang ia cari. Hanya saja, suara dengkuran halus membuat Riko tahu dimana sosok yang ia cari.
"Ngapain sih tidur di sini?" gumam Riko saat mendapati istrinya meringkuk di sofa.
Ditatapnya wajah cantik nan menggemaskan milik sang istri. Di usianya yang ke dua puluh lima, Arin tetap terlihat imut. Bahkan, Kayla sering bersungut ketika Arin sudah berdandan bak anak SMP. Mereka seumuran, tetapi wajahnya terlihat terlalu jauh. Kayla terkenal dengan looknya yang dewasa sedang Arin dengan keimutannya.
Riko menyingkirkan helai rambut yang sedikit menutupi wajah sang istri. Ia mengecupnya sebelum membopong tubuh Arin.
Tak peduli jika lengannya masih nyeri, tetap ia nekat melanggar perintah Barra, agar tidak melakukan hal-hal yang memancing otot tangan kirinya bekerja keras.
"Mas Iko nakal. Jahat." Arin mengigau.
Riko menatap sang istri aneh, ia membaringkan Arin pelan.
"Aku jahat? Kenapa, Sayang?" tanya Riko. Pria itu seketika ingat, jika orang bicara ditidurnya, dia bisa diajak berbincang dan jawabannya pasti jujur.
"Masndaksayangaku," jawab Arin seperti orang berkumur.
Riko memposisikan dirinya berbaring di samping Arin. Memeluk tubuh sang istri.
"Kalau aku nggak sayang kamu, aku nggak akan nikahin kamu, Arina."
Arin tiba-tiba terkikik, meski matanya terpejam. Dalam keadaan tidur.
"Aku malu dipanggil Arina, deg degan. Lemes tau. Aku bucin sama Mas Riko tapi Mas Riko jangan bilang sama Mas Riko ya."
Riko terkekeh, ia menggesekkan hidungnya di telinga Arin.
"Oke, aku nggak bilang sama Riko," kata Riko sembari mengecup tengkuk istrinya.
Riko melakukannya berulang-ulang membuat sang istri yang entah berkata apa lama-lama bergerak-gerak gelisah.
"Mas ngapain?!" teriak Arin.
Kali ini ia sadar sepenuhnya. Ya, wanita itu melotot dan menjauhkan dirinya dari sang suami.
"Jangan teriak-teriak, ini tengah malem, Sayang."
Arin menjauh dan turun dari ranjang. Ia masuk ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya yang terasa panas.
"Sayang, kamu mandi? Tengah malam begini? Ngapain sih?" Riko mengetuk pintu kamar mandi.
Arin terlanjur tak bersemangat. PMS kah? Kenapa dia jadi uring-uringan? Arin membuka pintu, sekarang hanya mengenakan kaos oversize milik Riko. Ah, kaos Riko yang jadi Oversize karena ia gunakan. Arin hanya berukuran S/M sedang Riko XL. Tinggi mereka pun beda 17 cm. Kaos ketat Riko bisa jadi mini dress di tubuh Arin.
"Kenapa cemberut?"
"Ngantuk," jawab Arin.
"Eh, kaos siapa itu main pake?" tanya Riko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green or Pink (END)
Romance"Bu, besok aku mau punya seragam hijau. Foto cantik, sama Abang." "Kenapa hijau?" "Karena Abang seragamnya hijau. Kata Abang, seragam istrinya juga hijau. Kan Arin besok gede jadi istri Abang." "Arin, Arin. Jangan suka warna hanya karena seseorang...