Rumah dengan halaman luas berhias taman di bagian tengah itu menjadi tujuan Riko dan Arin. Bekas air mata sudah hilang, dihapus tisu basah hasil pencurian perlengkapan milik Haikal.
"Itu tisue buat pantat Haikal. Kamu pakai buat muka?" Riko mencoba mencairkan suasana.
"Mukaku kan selembut pantat bayi," tukas Arin ringan.
Riko terkekeh, ia mencubit pipi kekasihnya, kemudian turun dari mobil dan segera membukakan pintu untuk Arin.
"Silakan turun, Nyonya Enriko. Selamat datang di rumah keluarga, Zein."
Arin berusaha tak terpengaruh dengan rayuan dan perlakuan manis Riko.
"Ya Allah, Arin? Mana, mana mantu Ummi, mana?"
Wanita bergamis ungu berjalan ke arah mobil yang dikendarai Riko tadi. Ketika sosok Arin turun, wanita itu seketika memberi pelukan hangat.
"Mantunya Ummi," ucapnya girang.
Mendapat perlakuan seperti itu hati Arin antara senang dan khawatir. Benarkah wanita itu menerimanya seterbuka ini? Arin takut jika wanita itu hanya berpura-pura baik di depan Riko.
Sementara, berbeda dengan Arin, Riko justru tersenyum senang dengan reaksi sang ibu atas kedatangan kekasihnya.
"Ayo masuk," ucap wanita itu setelah menerima salam dari Arin.
Riko merangkul dua wanita yang ia cintai, masuk ke dalam rumah. Arin mendadak menjadi anak pendiam. Ia mengamati rumah Riko yang jauh lebih mewah dari rumah Eijaz dan Kayla, meski dari luar terlihat biasa.
"Istirahat dulu, nanti kita makan sama-sama."
Arin tak protes, ia pasrah saat seorang asisten rumah tangga mengantar ke kamar tempatnya berisitirahat. Hal pertama yang Arin lakukan adalah mandi.
Ya, ia ingin menyingkirkan segala kekacuan di wajah dan pakaiannya. Guyuran air dingin menyegarkan tubuh dan pikiran Arin. Cukup lama, dara itu berdiri di bawah guyuran air.
Setelah puas, Arin segera keluar dan mengganti pakaiannya. Ketukan pintu terdengar.
"Arina!"
Panggilan itu setengah berbisik. Suara ibu Riko beberapa kali memanggil. Arin meraih jilbab yang ia pakai tadi sebelum membuka pintu.
"Iya Tante, ada apa?" tanya Arin sedikit gugup.
Wanita itu segera masuk ke dalam kamar dan mendorong calon menantunya, kemudian menutup pintu dan menguncinya. Arin menelan ludah.
Si wanita paruh baya menatap Arin dari atas ke bawah, membuat sang dara merasa ditelanjangi hanya dengan tatapan. Tak ada kata terucap, sampai akhirnya ibu Riko membuka suara.
"Sudah berapa lama kenal Riko?"
"Empat tahun," jawab Arin.
"Apa yang kamu tahu soal Riko?"
"Ya lumayan banyak tapi nggak sebanyak yang Tante tahu pastinya. Tante mau tahu bagian apanya?"
Arin bingung menjelaskan dari mana. Itulah sebabnya ia bertanya kembali pada ibu kekasihnya. Namun, mata ibu Riko justru membelalak.
"Kamu memang tahu bagian apa aja?"
"Ya, gimana ya Tante. Saya bingung mau jelasinnya kalau udah ngomongin punya Mas Riko. Gimananya, bisa panjang banget kalau gitu, tapi bisa pendek sih. Mm ya kadang tuh keras banget, tapi kadang lemes juga, gemesin."
Ibu Riko menutup mulutnya.
"Astagfirullah, kalian ... Ya allah, kalian harus nikah secepatnya! Ya Allah!"
![](https://img.wattpad.com/cover/289643499-288-k35303.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Green or Pink (END)
Romans"Bu, besok aku mau punya seragam hijau. Foto cantik, sama Abang." "Kenapa hijau?" "Karena Abang seragamnya hijau. Kata Abang, seragam istrinya juga hijau. Kan Arin besok gede jadi istri Abang." "Arin, Arin. Jangan suka warna hanya karena seseorang...