Jogja, kembali kaki dua insan itu menginjak di kota perantauan berjuta cerita. Riko tak sedetikpun melepas genggaman tangannya sejak keluar dari pesawat, hingga berjalan ke area penjemputan.
"Genggamlah tanganku, bersamaku
Kau 'kan menentukan arah
Bersama diriku yang 'kan s'lalu
Menjaga dirimu."Suara Riko terdengar jelas di telinga Arin, sedari tadi pria di sampingnya itu benar-benar sangat manis.
"Mas, manis banget sih. Jet lag apa gimana?"
Riko tak menggubris celetukan calon istrinya. Ia terus menyanyikan lagu itu, satu tangan menyeret koper, tangan yang lain menggenggam jemari lentik gadis pujaannya.
"Mas, lepas dulu," rengek Arin.
"Nggak akan aku lepas, sampai kapanpun."
"Mas ... Lepas ih, diliatin orang nanti, malu tau!"
"Nggak akan aku lepas, Sayang," tegas Riko sembari mencuri sebuah kecupan di kening Arin.
"Mas, bentar doang. Lepas dulu aku maㅡ"
Riko malah mempererat genggamannya. Arin mendengkus. Ia kemudian dengan santainya menarik tangannya dan tangan Riko ke arah ketiak kirinya. Menggaruk bagian ketiaknya yang gatal. Riko seketika berjengit.
"Sayang! Ngapain kamu?!"
"Nggaruk ketek. Gatel dari tadi. Pake tangan kiri nggak bisa nih, makanya pake tanganku dan tanganmu yang mesra ini."
Riko melepaskan genggamannya.
"Ya Allah, sabar ... Riko ganteng ... Riko sexy ... Sabar ... Tetep senyum, jangan emosi," batin Riko sembari mengelus dada.
Arin tanpa rasa bersalah meneruskan acara menggaruk ketiaknya. Riko menggeleng kepala, melihat tingkah sang calon istri.
"Sini aku garukin," tawar Riko.
Dia, sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menghadapi Arin dengan kepala dingin.
"Ogah ah, modus. Bahaya kalau nyerempet kemana-mana. Aset negara bisa terjamah nanti."
"Sok-sokan aset-aset. Kayak gede aja asetnya."
"Heh, ini tuh keliatan kecil gara-gara aku umpetin. Kalau liat aslinya, hm ... Tarik sis."
Riko mengernyit. "Apaan?"
"Semongko," lanjut Arin sembari memainkan mata sok seksi.
Riko merangkulnya dan mencubit pipi Arin gemas. Keduanya terkekeh. Sejak perang dunia di Aceh itu, hubungan keduanya membaik. Riko dan Arin sama-sama instrospeksi diri.
"Belum nikah, tapi kok vibes-nya kayak pasangan yang baru balik dari honeymoon ya?"
Eza, si anak juragan bakso mercon, menunggu mereka. Riko dan Arin terkekeh.
"Masih jomblo aja hm? Kasian banget jok belakang keisi angin doang," ledek Riko sembari memeluk Eza, mengucap salam.
"Nunggu yang tepat, Bang. Banyak yang ngejar cuma gara-gara seragam doang. Susah cari yang tulus, macem Bu Kayla sama Arin."
Arin merentangkan tangan bersiap memeluk Eza, tapi tangan Riko dengan sigap membelokkan arah kekasihnya.
"Masih kecentilan aja. Bulan depan kita nikah," tegas Riko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green or Pink (END)
Romansa"Bu, besok aku mau punya seragam hijau. Foto cantik, sama Abang." "Kenapa hijau?" "Karena Abang seragamnya hijau. Kata Abang, seragam istrinya juga hijau. Kan Arin besok gede jadi istri Abang." "Arin, Arin. Jangan suka warna hanya karena seseorang...