07

164 18 0
                                    

"Bagaimana kabar mu ?" Suara lembut Chanyeol menatap hangat pada wanita cantik yang secara status masih istrinya tersebut.

"Aku baik. Bagaimana dengan mu ?" Irine, wanita cantik itu tersenyum manis.

"Aku baik. Bagaimana kabar Suho Hyung dan Nana ?" Chanyeol mencoba merileks kan suasana.

"Mereka baik. Ku dengar Wendy dan Jisung sudah kembali ke Korea. Benarkah ?" Irine memastikan info yang Ia dapatkan.

"Hmmmm. Ia kuliah di kampus yang sama dengan Nana" Chanyeol menggantung kalimatnya.

"Aku pikir Jue-Ni dan Orang Tua kita harus mengetahui semuanya. Kita harus segera mengakhirinya." Irine seperti menangkap pemikiran Chanyeol dengan baik.

"Hmm... Ku rasa itu lebih baik. Kita tak bisa terus menyiksanya kan ?" Chanyeol menghembuskan nafas panjangnya..

"Oppa... Apa Jue-Ni akan baik baik saja?" Irine mencoba mencurahkan perasaan nya.

"Aku tak tau Rin~naa. Aku lah yang paling jarang bertemu dengan nya. Kau masih pernah bertemu dengannya kan ?" Chanyeol mengusap kasar wajah nya.

"Aku jarang berbicara padanya. Dia sering di rumah Ibu dan Ayah ku. Dia bahkan pulang ketika semua orang tertidur" Irine menjelaskan kondisi Jue-Ni yang Ia dapat dari para Maid dan Bodyguard nya.

"Aku merasa bersalah padanya. Tapi Aku tak bisa meninggalkan keluarga ku" Chanyeol menatap sendu pada Irine yang juga tertunduk.

"Kau benar Oppa. Aku pun tak bisa meninggalkan keluarga ku. Ku harap Jue-Ni mengerti dan bisa memaafkan kita. Kita harus segera bertemu dengannya" Final Irine.

"Kau benar. Mungkin lebih baik kita mengenal kan mereka. Aku pikir bukan hal buruk ketika Jue-Ni mengenal Nana dan Jisung" Chanyeol tersenyum.

"Oppa... Aku sungguh tak ingin Jue-Ni tersiksa. Aku sedih melihatnya" Irine kembali sendu.

"Percayalah Jue-Ni akan mengerti" Chanyeol kembali memberikan senyuman hangatnya pada Irine.

"Baiklah... Oppa, Aku akan menjemput Nana dulu. Sampaikan salam ku pada Wendy dan Jisung" Irine berlalu menuju mobilnya. Setelah Chanyeol membalas lambaian tangannya.

Irine tersenyum cerah membayangkan senyuman Nana, Putri cantik nya.
Kemudian senyuman itu pudar mengingat wajah dingin yang selalu di tampilkan Jue-Ni.

'Maafkan Mama Jue-Ni' Lirih Irine mengingat bahwa Ia bersalah pada Jue-Ni.

Sesampainya di Kampus sang putri, Irine melambaikan tangannya pada Nana yang sudah menunggu.

Nana menghampirinya setelah berpamitan dengan para sahabatnya.

"Mama....." Nana memeluk Irine dengan sayang.

"Aigoo... Uri Nana... Kau sudah besar tapi masih seperti bayi" Irine menoel pipi Nana.

"Biar saja. Kan Mama adalah Mama ku. Jadi aku berhak memeluk Mama" Ucap Nana masih bergelayut di lengan sang Mama.

"Ayo... Kita mampir ke Butik dulu ya ?" Ucap Irine seraya menjalankan mobil nya.

"okeyyy...." Nana berseru senang.

Keduanya hanyut dalam pembicaraan hangat Ibu dan Anak. Berbagi cerita layaknya sahabat. Saling menggoda dan memuji satu sama lain.

Hubungan yang sangat harmonis.
............

"Jue-Ni~yaa bisa kau temui Oma mu di Mall ? Ia terus merengek meminta mu menjemputnya" Opa Jung menatap penuh harap pada cucu nya itu.

"Haruskah Aku ?" Jue-Ni terbebani dengan keinginan sang Opa.

"Hanya sebentar sayang" Opa terus meyakinkan sang cucu.

"Baiklah Opa. Aku pergi" Jue-Ni melangkah kan Kaki nya menuju mobil dan segera mengintruksikan sang supir menuju Mall yang dimaksud Opanya.

Selama perjalanan Jue-Ni hanya membuka Notebook nya membaca segala data tentang perusahaan yang akan di alihkan padanya.

Jue-Ni sangat fokus hingga Ia tak menyadari bahwa mereka sudah sampai.

"Nona.. Kita sudah sampai" Suara supir untuk ketiga kali nya membuat Jue-Ni tersadar.

"Aku akan masuk" Jue-Ni melangkahkan kakinya bersama seorang bodyguard kepercayaan nya.

Jue-Ni mencoba menghubungi ponsel sang Oma yang tak kunjung dijawab. Hingga arah pandangnya menatap Irine yang berjalan beriringan dengan menggandeng Seorang gadis muda yang tempo hari berada di Cafe bersama sang Mama.

Jue-Ni mengikuti langkah sang Irine dengan tetap menjaga jarak di belakang nya.

"Mama.... Ini adalah baju untuk keluarga. Daddy akan suka" Gadis itu berceloteh.

Deg..

'Mama ?' Lirih Jue-Ni

"Tentu sayang. Kita akan memakainya saat kepantai nanti." Irine mengusak lembut surai gadis itu.

Mereka saling tertawa. Jue-Ni merasa sangat sakit.

"Jue-Ni~yaa....." Tepukan lembut di pundak Jue-Ni mengalihkan atensi nya.

"Eoh... Oma. Ayo kita pulang" Jue-Ni mengambil alih dan menyerahkan belanjaan sang Oma pada bodyguard nya dan berjalan mengiringi sang Oma.

"Jue-Ni~yaa... Ada apa ?" Yena yang menatap tatapan sendu sang cucu.

"Aku hanya lelah Oma" Ucap Jue-Ni menahan tangis dan amarah nya.

Sang Oma menggandeng lengan Jue-Ni dengan sayang. Ia memeluk pinggang Jue-Ni dengan penuh kasih.

Ia tau Jue-Ni sedang dalam kondisi tak baik. Namun Ia tak paham apa yang membuat sang Cucu semakin sendu akhir akhir ini.

Sesampainya di Mobil, Yena menatap penuh prihatin pada Jue-Ni. Wajah yang semakin tirus, mata yang semakin sembab dan tubuh yang semakin kurus.

Yena sadar, Jue-Ni semakin terlihat tak sehat. Yena tau Jue-Ni merindukan kedua orang tuanya.

"Jue-Ni~yaa... Malam ini kita makan bersama. Oma dan Opa merindukan mu" Yena menggenggam jemari Jue-Ni penuh kasih.

"Iya Oma" Jue-Ni kembali pada pikirannya.

Pikiran yang semakin berkecamuk. Penuh tanda tanya.

'Diakah Anak Mama ?'

'Apakah Opa dan Oma tau ?'

'Aku harus apa ?'

'Inikah saat nya Aku membiarkan Mama dan Papa bahagia ?'

'Bagaimana dengan Aku ?'

Jue-Ni kembali merasakan sesak kembali pada dadanya. Jantungnya melemah.

Rasa sakit kembali terasa.

'Ya Tuhan..... Sebegitu tak pantas kah Aku memiliki Orang Tua ?'

Jue-Ni mengalihkan pandangannya pada pemandangan di luar mobil nya.
Berharap rasa sakit kembali menguap dan membuatnya tetap bisa berjalan tegas.

Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang