37

136 14 0
                                    

Jue-Ni sudah mulai sehat, Ia sudah mulai bekerja melalui rumah sakit. Karena 'Keluarga' nya belum mengijinkannya untuk keluar dari rumah sakit.

Ceklek...
Pintu ruangan Jue-Ni terbuka, menampilkan 2 sosok pemuda yang sekarang sangat sering muncul di hadapannya.

"Noona... Apa kabar mu pagi ini ?" Jisung segera menghampiri sang Kakak yang sibuk dengan laptopnya.

"Eonni... Kau kan belum makan. Ayo aku suapi" Nana dengan sigap membuka bubur yang sudah di bawanya dari Irine dan bersiap menyuapi Jue-Ni.

Jue-Ni tak ingin banyak berdebat dengan keduanya. Ia hanya membuka mulut namun mata dan tangannya sibuk dengan laptopnya.

Saat merasa kenyang Jue-Ni hanya mengisyaratkan dengan menutup mulutnya. Dengan telaten Nana memberikan obat dan air minum untuk Eonni nya ini.

Hingga pintu ruangan terbuka dan menampilkan seorang pria dengan penutup kepala yang menarik Nana dan menyeret nya. Jue-Ni dan Jisung yang panik segera mengejar orang tersebut.

Tanpa Jue-Ni sadari lengannya berdarah karena menarik paksa selang infusnya.

Semua yang melihat kejadian segera memanggil dokter dan keamanan. Seorang perawat yang mengenal mereka segera menelpon Keluarga mereka.

Jisung yang juga panik melihat Jue-Ni berlari lebih cepat darinya dengan tangan yang berdarah semakin kalut.

Sampai di lantai atas gedung rumah sakit. Orang itu berhenti, Saat Jue-Ni dan Jisung sudah berada disana, seorang Pria menutup pintu dan menguncinya.

Orang itu membuka penutup wajah nya.

"Hai Nona ? Aku menunggu mu sadar untuk melakukan ini" Ucap nya tersenyum sinis.

"Eonni....." Nana tergugu. Tubuhnya gemetar, Ia di bawa berdiri di pinggir gedung dengan tubuh di dekap erat dan sebuah pistol yang menempel di kepalanya.

Sedangkan Jisung sudah terikat dan tertodong pistol oleh seorang Pria yang Jue-Ni kenali, Itu adalah Felix.

"Ap..a yang kalian inginkan ?" Jue-Ni dengan nafas terengah mencoba menahan tubuhnya yang terasa lemas.

"Ambil ini" Seru Felix seraya menendang pistol ke arah Jue-Ni.

Jue-Ni mengambil pistol tersebut.

"Kau membuatku dan Felix harus merasakan siksa penjara dan hidup. Bagaimana jika kita bermain main ?" Hyunjin yang ternyata kabur dari penjara bersama Felix masih dendam pada Jue-Ni.

"Kau ingin aku melakukan apa ?"  Ucap Jue-Ni datar.

"Aku ingin bermain sayang" Hyunjin masih dengan posisinya menyadera Nana.

Felix membawa Jisung kehadapan Jue-Ni yang berada di hadapan Hyunjin dengan jarak lumayan dekat.

"Mundur !!" Perintah Hyunjin. Jue-Ni memundurkan langkahnya. Membuat Ia bisa melihat jelas posisi Nana yang berada di samping Hyunjin di pinggir gedung dan Jisung yang terduduk di samping nya dengan jarak tak terlalu jauh. Keduanya tertodong pistol.

Tangan Jue-Ni masih meneteskan darah walaupun sudah tak terlalu banyak. Namun itu cukup melemahkan kondisinya. Di tambah perutnya kembali terasa sakit.

"Bermainlah Felix" Seru Hyunjin sinis.

Felix mulai memukuli tubuh Jisung hingga terlihat darah segar di bibir Jisung.

"HENTIKAN !" Teriak Jue-Ni seraya berusaha menahan sakitnya.

"Kami bisa saja berhenti. Tapi ini terlalu menyenangkan Nona" Ucap Hyunjin.

"Apa yang Kau inginkan Hyunjin~si ?" Jue-Ni menatap tajam Hyunjin.

"Aku ingin kau menderita" Ucap Hyunjin santai.

"Lepaskan mereka berdua. Mereka tak ada sangkut pautnya dengan ini" Jue-Ni berusaha menyelamatkan kedua Adiknya.

Nana semakin gemetar, Karena Hyunjin mengarahkannya ke pinggir gedung. Tangis Nana semakin terisak.

Jisung sudah dalam keadaan tersungkur dan babak belur. Wajahnya memar dan bibirnya berdarah.

Jue-Ni menodongkan pistol kearah kepalanya.
"Ini yang kau inginkan ?" Ucap Jue-Ni

Hyunjin terkejut dengan kenekatan Jue-Ni. Ia tak tau jika Jue-Ni begitu berani.

"Kau benar aku mengharapkan itu" Ucap Hyunjin.

"LEPASKAN MEREKA"  Ucap Jue-Ni dengan suara dalamnya.

"Noona... Uhukk jang..an la..ku......kan itu" Lirih Jisung seraya berusaha melepaskan diri dari Felix yang juga menodongnya dengan pistol.

"Eon....ni..... Eon...ni.... Jangan...." Nana melihat mata nyalang Jue-Ni yang terlihat sudah mulai tak bisa mengendalikan diri nya.

Jemari Jue-Ni menarik pelatuk besi tersebut. Dengan perasaan mulai lemah Ia mencoba melepaskan tembakan di kepalanya.

Jue-Ni menutup matanya, Air mata jatuh disana. Ia tau jika semua salahnya. Ia mengingat bagaimana seorang Ibu muda menyelamatkannya dari sebuah kecelakaan yang mengakibatkan wanita itu terpental hingga tewas.

Kejadian 20 Tahun lalu kembali terlintas di kepala Jue-Ni, bersamaan dengan semua kenangan buruk yang terjadi dalam hidupnya.

Ia sama sekali tak menyalahkan dan membenci Hyunjin, Ia tau semua salahnya. Semua yang terjadi di hidupnya adalah salahnya...

Ia tak ingin membawa Nana dan Jisung menanggung apa yang Ia sudah lalui.

"Opa... Oma Maafkan Aku. Ini salahku, Aku tak sekuat yang kalian pikirkan. Aku masih terlalu lemah. Ya Tuhan, Ku mohon jaga mereka semua"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dor.....
Dor.....
Dor.....

Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang