53

86 11 0
                                    

cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. By Pinterest
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Langkah kaki gadis manis itu terhenti menatap ruang VIP yang tertutup rapat. Tak lama Ia melihat Pria tegap yang keluar ruangan dengan membawa baki.

"Apa Ayah melupakan janji nya padaku ?" Gadis manis itu berjalan kearah pintu dan membukanya walau sempat di tahan oleh Kun, Asisten sang Ayah.

"Apa yang membuat Ayah melupakan janji makan siang bersama ku ?" Gadis itu berjalan dan menjatuhkan dirinya di pangkuan sang Ayah.

Terlihat keterkejutan wajah semua orang di ruangan tersebut. Hingga pandangan gadis itu terarah pada sosok dingin dengan wajah datar di hadapanya.

Membuat gadis manis ini ikut terkejut.
Wajah di hadapannya memang cantik namun terkesan dingin dan terlihat sangat pucat. Membuatnya benar-benar terpaku.

"Maafkan Putri ku,Juni~ya... Kau tak akan marah kan pembicaraan kita terpotong ?". Sang Ayah seperti mengerti keterpakuan sang Putri.

"Chanie~ya... ucapkan salam pada Nona Juni" Jhonny meminta Chanie memberi salam pada Juni.

"Eoh... Hai Eonni, Aku Seo Chanie. Maaf mengganggu pembicaraan kalian" Entah kenapa Chanie merasa sangat gugup dan merasa sakit saat menatap wajah pucat yang dengan susah payah ditutupi dengan make -up mahal itu. Ia yang biasanya bersikap sembrono kini terlihat terpaku dengan Juni yang masih duduk di sofa nya dengan tatapan yang tak dapat Chanie mengerti.

"Hm... Salam kenal Nona Seo.." Juni kembali menampilkan wajah datarnya setelah membalas ucapan Chanie dengan ramah dan senyum tipis.

Kemudian Juni kembali melanjutkan ucapannya.

"Tak perlu meminta maaf Paman. Aku sudah menyampaikan semuanya. Setelah ini, semuanya akan kuserahkan pada kalian. Aku permisi" Juni berdiri diikuti Jhonny dan Lucas yang sedikit pucat.

"Tentu Juni~ya. Apa Kau tak ingin ikut makan siang bersama kami ?" Sang Ayah terlihat begitu perhatian pada kondisi Nona Jung di hadapan mereka ini. Membuat Chanie merasa bahwa Putri Jung di hadapannya sedang tidak baik-baik saja.

"Tidak perlu Paman. Kami akan melanjutkan perjalanan kami. Kau bisa menikmati waktu bersama keluarga mu". Senyum terpaksa dan menampilkan kegetiran itu tertangkap Chanie dengan baik.

"Terima Kasih Banyak telah membantuku, Paman. Aku permisi" Juni menundukkan kepala nya sebagai salam perpisahan dan meninggalkan ruangan tersebut bersama Yangyang dan Xiaojun yang masih terpaku dengan ucapan Juni. Tak Ada nada marah. Ini membuat mereka lebih takut.

Langkah ketiga orang itu menghilang di balik pintu dengan di dampingi oleh Kun.

"Ayoo... Kalian ingin makan siang dimana ?" Jhonny memecah keheningan kedua putra dan putri tersayang nya.

"Kita makan di cafe bawah saja, bagaimana ?" Lucas menatap wajah manis sang Adik yang masih terpaku dalam diam nya.

"Seo Chanie... Putri ku ?" Jhonny menangkup pipi chubby Chanie dengan sayang.

"Aaahh... Aku ingin makan di Restaurant milik teman ku, Dia baru saja memulai bisnis nya. Ayah... Oppa... kita kesana yahhh ?" Chanie dengan sejuta kegemasannya.

"Tentu... Apapun untuk Putri ku" Jhonny mengalihkan pandangannya dan menatap Lucas untuk meminta persetujuan.

"Hmmm... Apapun untuk Adik ku tersayang...." Lucas ikut merangkul pundak Chanie dengan sayang.

Mereka bertiga berjalan bersama dengan saling tertawa dan bercanda. Selayaknya sebuah keluarga yang bahagia.
.
.
.
.
.
.
Disisi lain Yangyang dan Xiaojun masih setia menunggu Juni terbangun dari tidur nya yang terlihat sangat lelah...

Wajah pucat itu terlihat sangat lelah. Yangyang dan Xiaojun bisa melihat jelas bagaimana Juni selalu berusaha terlihat baik baik saja.

Terpaan sinar matahari yang masuk melalui celah jendela mobil membuat Juni terbangun. Perlahan Ia mengerjapkan mata dan membukanya.

"Kita sampai di cafe Nona.." Xiaojun memulai ucapannya setelah melihat Juni sudah tersadar dengan baik.

"Hmm...." Juni melangkahkan Kaki nya diikuti Yangyang dan Xiaojun menuju cafe yang terlihat minimalis dengan design elegan yang sangat memanjakan mata semua pengunjung.

Terlihat ruangan tersebut tak terlalu penuh namun pelanggan datang silih berganti.

Dengan langkah anggun, Juni memasuki coffe shop dengan design lucu dan penuh warna itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah anggun, Juni memasuki coffe shop dengan design lucu dan penuh warna itu.

Entah mengapa Juni, merasakan sesuatu yang menggerogoti dada nya. Rasa sakit dan rindu yang menyatu menjadi sebuah bom yang siap meledak.

"Aku Rindu "Rumah" Lirih Juni dalam benak nya. Namun Ia sadar, tak ada lagi "Rumah Hangat" yang Ia ingin kan. Ia tak harus berekspetasi tinggi untuk memiliki nya walau hanya satu.

Juni menarik nafas panjang nya dan melanjutkan langkah, mencari tempat yang diharapkan akan membawa rasa nyaman untuk nya.

"Aku akan membawakan menu ke meja kita" Xiaojun segera menuju meja pemesanan untuk meminta menu.

Yangyang dan Juni duduk di spot pojok dengan nuansa imut.
"Aku tau ini dari seseorang di Twitter" Yangyang membuka pembicaraan.

"Hmmmm...." Juni berucap lirih.

"Ini menu nya" Xiaojun memberikan daftar menu untuk Juni dan Yangyang.

"Aku ingin Matcha Latte dan Strawberry Cheesecake" Ucap Yangyang seraya tersenyum pada Xiaojun yang siap mencatat pesanan mereka.

"Aku ingin hot chocolate dan lotus cheesecake" Ucap Juni.

"Baiklah... Aku akan memesan Pancake, Beef Toast dan Coffe Latte. Okee.. semua pesanan kita akan segera di antar"

Yangyang dan Juni hanya tersenyum melihat tingkah Xiaojun.

Setidaknya Juni merasakan sedikit kehangatan ketika bersama Yangyang dan Xiaojun, Setidaknya Ia tak harus menahan rasa sakit itu sendirian.

"Kau baik² saja ?" Yangyang menatap lekat wajah Juni yang termenung menatap jendela.

"Hmmm... " Juni berujar lirih dan tersenyum kecil.

"Apa kau yakin rencana mu ini ?" Yangyang kembali memastikan semuanya

"Aku ingin sedikit bersantai" Ucap Juni seraya tersenyum dan memberi isyarat agar Yangyang menghentikan pembicaraan nya yang di sertai dengan kedatangan Xiaojun.

Jujur saja, Juni bukan tak ingin menambah kekhawatiran Yangyang. Ia hanya ingin mencoba sedikit melupakan kesedihan dan ketakutannya akan apa yang terjadi selanjut nya.

Ketakutan akan hal yang membuat Juni semakin asing dan menghilang dari "Keluarganya".

'Sejujurnya, Aku ingin rumah'
Lirih Juni dalam hati. Rasa sakit dan pahit membuat Juni benar² merindukan Opa dan Oma nya.

Keinginannya menguap bersama tarikan nafas nya.

Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang