43

134 11 0
                                    

Malam semakin larut. Yangyang masih setia menunggu kedatangan Nona Muda Jung. Penerbangan pribadi jam 10.00 Malam.

20 Menit sudah Yangyang duduk di ruang tunggu VIP. Hingga tak berapa lama Ia melihat sosok yang di tunggu.

Yangyang sedikit terkejut melihat Juni yang hanya menggunakan setelan kantor dan tas jinjing nya. Tanpa koper dan barang apapun.

"Nona..." Yangyang menghampiri Juni yang telihat lemas.

Juni hanya menatap Yangyang datar dan lanjut berjalan. Yangyang tau jika Juni sedang tidak dalam kondisi baik.

Yangyang melangkah mengikuti sang Nona Muda dengan langkah waspada. Sesampainya di dalam mobil, Juni duduk menyandarkan tubuh nya pada kursi mobil.

Yangyang yang melihat sang sahabat sekaligus bos nya ini pun khawatir. Wajah Juni terlihat memerah dan terlihat sangat tak sehat.

Dengan inisiatif Yangyang mencoba mendaratkan telapak tangannya pada kening Juni.

"Kau demam. Kita ke rumah sakit" Dengan sigap Yangyang menghidupkan mesin mobilnya.

"Kita ke Apartemen saja" Lirih Juni dengan suara serak.

"Tapi...." Yangyang menatap wajah Juni.

"Yangyang... Aku hanya ingin tidur" Juni memejamkan kembali matanya.

Yangyang pun mengikuti keinginan Juni dengan berat hati. Ia mengendarai mobil dengan perasaan kacau.

Sesampainya di Apartemen yang sudah Ia siapkan untuk kehidupannya selama di Jilin. Juni mencoba melangkahkan kaki nya untuk turun dari mobil, namun tubuhnya menolak untuk bergerak.

Yangyang segera mengangkat tubuh kurus Juni dengan perlahan dan membawanya memasuki ruangan apartemen nya.

Yangyang panik segera mengompres Juni dengan sigap Ia menyiapkan air hangat dan bubur untuk Juni.

Ia menatap wajah cantik yang pucat dengan rasa khawatir. Yangyang tak pernah merawat orang sakit sebelum nya. Ia begitu panik dan takut.

Ia duduk berjaga di samping tubuh Juni yang terlihat sangat lemah. Ia tau betul Juni gadis yang kuat. Jika Ia seperti ini berati gadis itu benar benar sakit.

Yangyang merawat Juni dengan sangat telaten. Ia berkali kali mengganti kompres di kepala Juni. Hingga Ia tertidur dengan posisi duduk di sofa yang Ia tarik kesamping ranjang Juni.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi tiba....
Juni mengerjap matanya perlahan. Ia mencium bau dari dapur nya.

Dengan tertatih Juni melangkahkan kaki nya menuju dapur. Ia melihat sosok Yangyang yang repot menyiapkan sarapan untuk nya.

"Yangyang...." Juni memanggil lirih Yangyang.

"Kau sudah bangun. Ayo sarapan dulu. setelah itu minum obat mu." Yangyang menuntun Juni duduk di kursinya dan menyuapkan bubur untuk Juni dengan perlahan.

"Sudah" Ucap Juni setelah menerima beberapa suapan dari Yangyang.

"Kau baru makan beberapa suap Jue-Ni" Yangyang gemas dengan porsi makan Juni yang sedikit.

"Aku akan minum obat dan baikan" Juni mengambil obat nya dan meminum nya dengan santai. Kemudian Juni berdiri dan kembali ke kamar nya.

Yangyang cemas dengan kondisi Juni yang terlihat sangat lemah. Yangyang berdiri dan membersihkan semua bekas sarapan Juni.

"Jue-Ni~yaa... Aku akan ke kantor. Jika ada apa apa Kau bisa menghubungi ku" Yangyang berteriak di balik pintu.

Tak lama terdengar suara pintu apartemen yang tertutup dan terkunci.
Juni memejamkan matanya. Kepalanya terasa amat sangat sakit. Juni mencoba kembali tidur. Berharap saat bangun semua akan membaik.

Namun tiba tiba, Juni merasakan tubuh nya kembali sakit. Nafasnya sesak, kepalanya pening. Ia berusaha mengambil ponsel nya dan mendial nomor Yangyang. Belum sempat Ia bicara kepalanya semakin pusing. Hingga Ia hanya merasa gelap.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Saat terbangun, Juni melihat Yangyang yang cemas ditemani oleh Pria yang ingin Juni hindari.

"Kau sudah bangun ?" Guanlin berjalan dan memeriksa suhu tubuh Juni. Yangyang yang melihat adegan itu pun pergi memanggil dokter . Tak lama dokter, perawat dan Yangyang memasuki ruangan tersebut.

Dokter Luhan dengan tenang dan hangat menjelaskan kondisi Juni.
"Nona... sebaik nya mulai sekarang Kau menjaga pola makan mu, dan perbanyak istirahat. Kondisi mu benar benar tak bisa di paksa. Luka-luka mu belum sembuh sepenuhnya" Luhan tersenyum manis pada Juni.

"Akan aku usahakan Dok" Juni berkata datar.

"Untuk sementara kau harus berada di sini. Karena aku langsung yang akan memantau pola makan mu." Ucap dr. Luhan dengan sopan.

"Apa lukanya sangat parah ?" Terlihat kecemasan di wajah Guanlin.

"Lukanya cukup parah. Kita benar benar harus selalu memerhatikannya." dr. Luhan kembali tersenyun setelah mengedarkan pandangannya pada Guanlin, Yangyang dan Juni.

"Trima Kasih Dok" Ucap Juni kembali mengistirahatkan tubuh nya.

"Kalau begitu saya permisi dulu. Jika ada yang perlu ditanyakan silakan hubungi saya" dr. Luhan pun pergi setelah berpamitan dengan ketiga nya.

Sepeninggalan dr. Luhan, Juni meminta Yangyang untuk kembali ke kantor. Yangyang yang melihat kecanggungan diantara mereka pun segera pergi.

"Jue-Ni~yaa...." Guanlin mencoba memanggil Juni yang terlihat berpura pura tidur.

"Aku tau, Kau lelah. Kau bisa menceritakan semuanya padaku. Aku masih sahabat mu" Guanlin masih berdiri di ujung brancar Juni.

"Istirahat lah. Aku akan kembali ke kantor. Jika kau memerlukan sesuatu silakan hubungi aku" Guanlin pun keluar dari ruangan Juni.

Juni menarik nafas panjang nya. Ia sangat membutuhkan sosok Guanlin sekarang. Ia juga ingin memeluk Guanlin. Ia rindu. Namun Ia benar benar tak bisa melakukannya.
.
.
.
.
.
.
.

Namun Juni sadar. Guanlin bukan milik nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
'Aku harus melupakan mu kan ?'

'Jangan berikan harapan dan rumah untuk ku'

'Akan semakin sulit bagiku melepaskan mu'

Juni berkata lirih dalam hatinya.

kepalanya kembali pusing.

Ia pun mencoba mengistirahatkan tubuh nya. Walaupun pikirannya sangat kacau.

Terlihat dua orang penjaga berdiri untuk menjaga ruangan Juni.

Juni merasa sangat lelah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang