26

136 17 0
                                    

Sudah 3 hari sejak kebergabungan para staf magang di perusahaan Jue-Ni.

Jue-Ni masih sibuk dengan masalah masalah perusahaan. Dengan terakusisinya saham beberapa waktu lalu membuat Jue-Ni harus extra meningkatkan pemasukan dan kerja sama dengan para pengusaha lainnya.

Siang ini, Jue-Ni mengadakan rapat direksi dan ada beberapa penanam modal yang akan bergabung.

"Nona... Mereka sudah datang" Siyeon membisikkan info kedatangan para penanam modal.

"Persilakan mereka masuk" Jue-Ni mengangkat wajah dingin nya.

Mark, Lucas, Tuan Zhong, Tuan Kim dan Hyunjin bisa melihat jelas kelelahan di wajah cantik penerus Jung itu.

Mata Jue-Ni seperti terhipnotis melihat sosok yang Ia rindukan memasuki ruang rapat.

"Selamat siang Nona" Ucapan tersebut membuyarkan lamunan Jue-Ni.

Jue-Ni merutuki dirinya sendiri. Atas kecerobohannya memilih 2 perusahaan tersebut tanpa membaca detail nya.

"Siang ini Tuan Park dan Tuan Lai akan bergabung menjadi dewan direksi kita" Ucap Jue-Ni dengan wajah datar nya.

Ada perasaan aneh yang membuat Jue-Ni semakin lelah.

Rapat pembahasan produksi dan sebagainya di lanjutkan. Ditambah dengan bergabungnya Tuan Park Chanyeol dan Lai Guanlin.

Rapat berlangsung dengan tertib. Meski harus selesai pada pukul 8.00 Malam. Dan sesekali Jue-Ni merasakan tatapan aneh dari peserta rapat.

Jue-Ni membiarkan semua orang keluar terlebih dahulu. Saat semuanya keluar Jue-Ni merebahkan kepalanya di atas meja ruang rapat dengan lengan sebagai bantalannya. Jika boleh jujur, Jue-Ni merasakan lelah yang amat sangat sekarang.

"Kau sangat lelah ?" Sebuah tangan mengelus lembut surai pirang Jue-Ni.

Jue-Ni yang terkejut segera membenarkan tubuhnya. Hingga Ia dapat melihat sosok yang sangat Ia hindari.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan ?" Ucap Jue-Ni datar dan dengan cepat mengontrol keterkejutannya.

"Jue-Ni~ya... Bisakah Kita memulai semua dari awal ?" Chanyeol mencoba menatap wajah Jue-Ni dengan senyuman.

"Jika tidak ada lagi. Saya permisi Tuan" Jue-Ni hendak melangkahkan kakinya.

"Pulanglah jika kau lelah. Datanglah jika kau memerlukan pelukan, putriku" Chanyeol mengelus lembut pucuk kepala sang putri kemudian berlalu dari ruangan tersebut.

'Putriku ?' Lirih Jue-Ni mengulangi kata terakhir Chanyeol dengan sarkas.

Jue-Ni bergegas ke ruangannya. Kembali menenggelamkan fokusnya para berkas berkas perusahaan. Namun gagal. Jue-Ni merasa sangat kesal.

Entahlah... Jue-Ni merasakan sesuatu dari dirinya berontak. Dengan sigap Ia mengambil kunci mobil dan pergi dari kantor nya.

Sejak pulang dari Jilin dan mendapatkan info-info tentang perusahaannya di Jilin, Jue-Ni lebih sering pergi sendiri.

Jue-Ni mengendarai mobilnya menuju taman kota yang terlihat sepi. Dengan masih di dalam mobil Ia mencoba berkali kali mengatur nafasnya.

Jue-Ni melangkahkan kakinya menyusuri taman yang terlihat sepi. Merasa sangat lelah Jue-Ni mendudukkan dirinya di bangku taman.

Ia menatap langit malam yang gelap. Udara malam yang dingin membuat Jue-Ni mengeratkan mantel nya. Putrinya ?'

'Kenapa baru sekarang Ia mengatakan itu ?'
'Apa yang membuatnya mengatakan itu ?'

'Apa tujuan nya ikut menanamkan modal di perusahaan ?'

Semua pertanyaan muncul dalam benak Jue-Ni. Semua yang terjadi membuat Jue-Ni sangat waspada.

Hingga tetesan hujan terasa mengenai tubuh Jue-Ni. Tapi entah mengapa, kakinya terasa enggan untuk pergi. Hatinya membawanya menikmati hujan. Hingga tetesan tersebut menjadi deras.

Namun Jue-Ni merasakan bahwa hujan tak lagi membasahinya. Bukan karena reda. Jue-Ni mendongakan kepala nya menatap sebuah lengan yang memegangi jaket jeans nya di atas kepala mereka berdua.

"Apa Kau berniat untuk demam malam ini ?" Suara Pria itu terdengar di sela suara hujan.

"Kau bisa meninggalkan Aku." Jue-Ni masih tak bergeming dari duduk nya.

"Hei... Kau ini. Harusnya berterima kasih jika ada yang peduli padamu" Dengan cepat Pria itu menarik lengan Jue-Ni untuk berteduh di mobilnya.

"Kenapa Kau membawaku ?" Wajah polos dan datar Jue-Ni membuat Pria dihadapannya terdiam sejenak.

"Aku Lee Jeno, Putra Tuan Lee Donghae dan Nyonya Lee Yoona. Kau kenal kan ?" Jeno menampilkan senyum manisnya.

"Ya. Lalu ?" Jue-Ni tak mengerti maksud dari Pria dihadapannya.

"Setidaknya jaga dirimu sendiri" Ucap Jeno dengan memberikan sebuah handuk kecil pada Jue-Ni.

Jue-Ni masih diam.

"Ini bersih. Aku belum menggunakannya" Ucap Jeno.

Jue-Ni pun mengambil handuk dari tangan Jeno dan mulai membersihkan dirinya.

"Emmm... Kenapa Kau disini ? Kenapa Kau sendirian ?" Jeno seolah penasaran dengan keberadaan Jue-Ni yang duduk sendirian di taman.

"Terima Kasih atas kepedulian mu. Aku akan mengganti ini" Jue-Ni hendak keluar dari mobil.

"Tunggu. Kau ini seperti anak kecil saja" Jeno mengambil alih handuk yang di pegang Jue-Ni kemudian mengusap rambut Jue-Ni yang masih basah.

Jue-Ni terdiam, Ia merasakan hal yang aneh. Hal yang sebelumnya tak pernah Ia rasakan. Sebuah kehangatan yang aneh.

Jeno menatap dalam mata sendu Jue-Ni. Mata penuh luka dan kesedihan. Tanpa disadari wajah Jeno memerah. Dengan sigap pria taurus itu memalingkan wajah nya.

"Trima Kasih" Ucap Jue-Ni kemudian berlari menuju mobilnya yang berada lumayan jauh dari mobil Jue-Ni.

Jue-Ni menghilang di balik gelap malam.

"Ya Tuhan... Kenapa jantung ku berdegup kencang begini ? Hei... Lee Jeno jangan gila" Jeno mengusap kasar wajah tampan nya.

"Aku harus segera pulang dan mandi. Ini pasti karena cuaca dingin" Jeno melajukan mobilnya meninggalkan taman.

Disisi lain, Jue-Ni memasuki mobilnya dan kembali dengan wajah datarnya.
Jue-Ni memacu mobilnya dengan santai.

Pikirannya sudah sedikit tenang.
Namun hatinya belum bisa berdamai dengan semuanya.

Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang