30

154 18 0
                                    

"Nona... Mulai sekarang Anda harus bisa lebih memerhatikan makanan Anda. Benjolan ini belum menunjukkan kanker ganas. Tapi Anda masih dalam pengawasan." dr. Yuta menjelaskan semuanya pada Jue-Ni dengan details.

"Bantu aku membujuk nya untuk makan dengan teratur dokter Yuta" Ucap Ny. Sora seraya tersenyum kearah Jue-Ni.

"Dengarkan lah Nona. Anda ingin segera sehat kan ?" dr. Yuta dengan senyum nya membuat Jue-Ni tanpa sadar mengangguk.

"Selamat pagi..." Yoona sang Psikiater datang menjenguk Jue-Ni.

"Selamat pagi dr. Yoona. Silakan. Aku sudah selesai. Saya permisi" Ucap dr. Yuta seraya pergi dari ruangan tersebut.

"dr.Yoona... Apa kabar ?" Ny. Sora baru kali ini bertemu langsung dengan Yoona.

"Selamat pagi Nyonya. Aku hanya akan menjenguk hari ini" Ucap Yoona seraya tersenyum dan meletakkan buah buahan yang Ia bawa.

"Silakan. Gadis ini harus sering di jenguk agar tak tidur" Ucap Ny. Sora seraya tersenyum.

"Kau akan baik baik saja Jue-Ni~ya. Makan lah dengan teratur." Ucap Yoona dengan senyum manis nya.

"Bisa kita bicara sebentar dr.Yoona~sii ?" Ny. Sora mengajak Yoona keluar dari ruangan.

Jue-Ni hanya menatap datar keduanya.
Hingga keduanya menghilang di balik pintu.

"Ada apa Nyonya ?" Yoona memasang wajah bingung nya .

"Bisa aku minta bantuan mu ?" Senyum manis terpatri di wajah tua Ny. Sora.

"Tentang ?" Yoona masih bingung

"Tentang cucu ku. Kau tau bukan kehidupannya ?" Ny. Sora mengawali pembicaraannya dengan senyum yang terlihat sedih.

"Tidak banyak" Ucap Yoona jujur.

"Akan sulit jika di ceritakan. Aku mohon bantu aku mengembalikan Dia ke keluarganya" Ny. Sora berucap dengan satu tarikan nafas.

"Maksud Nyonya ? Chanyeol ? Irine ?" Jujur Yoona sangat bingung.

"Keduanya. Aku ingin Ia bisa menerima keluarga Chanyeol dan Irine" Ny. Sora masih dengan tatapan penuh harap.

"Nyonya... Anda lebih tau apa yang sudah di lalui cucu Anda. Untuk hal itu sangat sulit Nyonya." Yoona paham betul luka batin Yoona.

"Ku mohon bantu aku. Aku pun banyak berdosa padanya. Untuk itu aku ingin Ia bahagia. Aku takut waktu ku tak banyak" Ny. Sora memelas.

"Nyonya... Aku akan membantumu sebisa ku" Ucap Yoona menggenggam jemari tua tersebut.

Kedua nya memiliki harapan yang sama. Untuk seorang Jue-Ni.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sebulan sudah sejak Jue-Ni keluar dari rumah sakit, namun tetap masih harus rawat jalan. Ini semua karena Jue-Ni tak ingin merepotkan siapapun. Dengan sejuta akting dan kemampuan manipulasi yang Ia punya serta berbagai kesepakatan dengan sang Kakek dan dokter Yuta. Jue-Ni akhirnya bisa keluar dari rumah sakit.

Seperti pagi ini, Jue-Ni sudah di hadapkan dengan 2 kotak bekal dari Wendy dan Irine.

Sejak pagi Nana dan Jisung yang bersikeras ingin mengantar langsung pada Jue-Ni akhirnya duduk berhadapan dengan sang Kakak.

"Noona... Makan ini saja" Jisung memasang wajah imut nya.

"Hohoho... Tidak, Eonni kan sedang sakit, lebih baik makan ini saja" Nana tersenyum manis dan menyodorkan kotak bekalnya.

"Noona... Ada apa dengan mu ?" Jisung menatap Nana tajam.

"Hei.. Park Jisung harusnya Kau makan bekal mu, jangan berikan pada Eonni ku" Nana tak mau kalah.

"Heii... Dia Noona ku" Jisung mendengus pada Nana.

Jue-Ni yang pusing dengan tingkah keduanya pun mengambil kedua bekal tersebut dan memakannya pelan. Hingga kedua orang berstatus adik Jue-Ni tersebut terdiam kemudian tersenyum.

Saat sudah separuh makanan habis. Jue-Ni menyerahkan kedua bekal tersebut ke hadapan keduanya.

"Habiskan !" Ucap Jue-Ni dengan tatapan tajam nya.

Hingga kedua orang dihadapannya itu segera melakukan permintaan Jue-Ni.
Jue-Ni menatap keduanya dengan wajah dingin nan datar.

Keduanya menghabiskan bekal yang Jue-Ni berikan dengan wajah takut takut. Mereka tak saling dekat. Bahkan tak pernah bertegur sapa.

Jue-Ni juga merasakan kecanggungan itu. Namun Ia bisa dengan baik menutupi semuanya.

"Mulai besok kalian bisa menitipkan bekal ini pada Siyeon." Ucap Jue-Ni di sela pekerjaannya.

"Aanniiyyaaa.......!!!" Serempak keduanya menolak tegas.

Jue-Ni menurun kan berkas yang Ia baca dan menatap keduanya bingung.

"Eonni.... Aku sengaja ingin bertemu dengan mu. Makanya aku selalu beralasan pada Mama untuk membawakan bekal untuk mu" Nana polos dan jujur.

"Benar Noona. Aku selalu berdebat dengan Appa setiap pagi agar bisa lebih dulu menggunakan mobil untuk kekantor lebih pagi" Jisung membenarkan.

"Lalu ?" Jue-Ni kembali memasang wajah dingin nya.

"Eonni... Aku tak apa menghabiskan sisa makan mu. Asal bisa bertemu dan dekat denganmu" Nana menundukkan kepalanya.

"Noona... Selama di kampus semua orang mengatakan hal buruk tentang mu. Entahlah dari awal bertemu dengan mu aku tak suka mereka membicarakan mu" Jisung menjelaskan dengan wajah imutnya.

"Kembalilah ke pekerjaan kalian." Ucap Jue-Ni kembali kepekerjaan nya.

"Noona... Ijinkan kami bersamamu" Jisung meremat jemarinya.

"Malam ini kita makan bersama. Pilihlah tempat yang kalian mau. Tinggalkan pesan pada Siyeon" Ucap Jue-Ni dengan tak melepas kertas di tangannya.

"Eonni... Kau bersungguh sungguh ?"

"Noona... Kau tak bohong kan ?"

Keduanya terlihat sangat bahagia mendengar ucapan Jue-Ni.

"Hmmmm....." Hanya itu yang di dengar keduanya. Dengan sigap keduanya membersihkan bekas makan dan keluar dari ruangan Jue-Ni dengan senyum mengembang.

"Eonni... Noonaa.... Saranghaeeee!!" Keduanya menutup pintu ruangan Jue-Ni setelah melontarkan kata kata yang mampu membuat Jue-Ni tersenyum tipis.

Ada perasaan hangat menyusup dalam hatinya.

Namun dengan cepat Jue-Ni kembali pada wajah datarnya. Rasa takut kembali menghantuinya.

Rasa takut akan bahagia yang bisa berubah jadi duka.

Jue-Ni sangat takut hal buruk kembali terjadi jika Ia bahagia. Ia tak ingin semua orang tersakiti karena Dia.

Jue-Ni menghela nafas panjang nya kemudian kembali bekerja.

Park Jue-Ni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang